Bab 22 | I Run, but The Shadows Follow Me

209 29 13
                                    

27 Agustus 2022

Menyentuh ringan terhadap kicauan burung yang di sapa hangat mentari, barangkali mampu membangkitkan suasana hati. Namun, entah mengapa ia malah membangkitkan rasa ingin melarikan diri. Takroma dengan sepuluh ribu makna mengenai kekhawatiran di ujung pikirannya sendiri. Berkelana mengitari siluet halaman depan rumah yang berkelas mewah, terkesan classic di padupadankan dengan gaya minimalis sederhana. Pohonnya tidak begitu banyak, tapi benar-benar sangat rindang. Rerumputan hijau menambah kesan tenang dan nyaman. Youra pikir Yoongi tidak memiliki kekayaan sebesar ini. Hanya saja, jika di ingat lagi, pria itu tipikal manusia pekerja keras.

"Hai, apa tidurmu nyenyak?"

Layaknya terkekang oleh duri mawar yang meruncing di berbagai sisi, tubuhnya membeku terkejut manakala pria yang sedari tadi berada di dalam serba-serbi prasangka tiba-tiba merengkuhnya dari belakang. Mengalungkan kedua lengan miliknya begitu lembut. Entah mengapa ia seperti sedang berada di pertempuran emosi. Astaga, bagaimana bisa Youra tertidur dengan nyenyak jika saja sikap dan tingkah Yoongi berubah-ubah seolah pria itu memang tidak waras.

"Eoh, aku sangat nyenyak. Terima kasih." Alibinya. Berangsur ingin menyingkirkan kedua lengan itu dari lingkaran pinggangnya. Namun, seperti terikat rantai berkepala iblis, Yoongi berusaha menahannya.

"Tunggu sebentar, biarkan seperti ini," sanggahnya, tertera pada kehangatan yang tidak mampu untuk di sangkal oleh alasan apa pun.

Mungkin yang harus dicurigai itu adalah dirinya. Bahkan perasaan yang awalnya seperti tenggelam dan berkelana memasuki hutan belantara dengan misteri di dalamnya, kini bahkan terasa layaknya menyentuh matahari dengan tangannya sendiri. Satu sisi ia begitu takut, tapi pada sisi yang berbeda ia juga merindu. Yoongi itu benar-benar menyerupai salju yang turun di musim panas.

"Kau tidak menjawab pertanyaanku, Yoon."

"Katakan. Aku tidak ingat."

"Kau tahu sesuatu?" Youra sejenak beralih memperhatikan pria di belakangnya. Kemudian kembali memandangi penjuru kemelut atmosfer pagi hari di sana. "Tentang semua hal yang terjadi padaku. Kedua orang tuaku, Taehyung sahabatku, kini Hoseok dan Jimin. Di antara aku dan kau hanya tidak ada Jungkook yang kupikir aku tidak tahu keberadaannya saat ini. Jika dia temanmu, tolong katakan padaku di mana dia?" jelasnya. Hingga memutuskan untuk memutar presensi tepat satu jarak dengan pria di hadapannya. Melepaskan rengkuhan yang layaknya pergulatan rantai tak terbatas.

Tahu tidak, menjadi muak terhadap sebuah kehidupan yang seolah di permainkan oleh skenario rasanya sangat menyebalkan. Dunianya yang tenang tiba-tiba berubah seperti perang alien yang turun ke bumi. Ah, sialan. Youra kembali menahan dirinya untuk tidak melukai seseorang yang kini menatapnya begitu ringan. Ia secara tak terduga, lantas mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam dengan sebait kalimat di hiasi tinta emas.

"Kartu nama Jungkook. Di sana ada alamat rumahnya dan kau juga bisa mencari tahu sendiri dari bar yang sering kau datangi." Yoongi menyodorkan benda tersebut, meminta Youra untuk cepat meraihnya. Namun, barangkali akan segera melarikan diri, Youra tetap mematung dengan kekosongan sudut pandang yang menajam tidak terima.

"Mengapa kau membuatku berputar-putar seperti ini? Kau bisa katakan langsung padaku dan ceritakan semuanya yang kau ketahui, Yoon."

"Kalau aku yang menceritakannya, kau tidak akan terkejut," ucapnya, begitu sederhana. Yoongi lantas memutuskan untuk menjauh dan membiarkan gadis yang melulu di hantamkan pada terumbu karang itu, terkesima oleh penjelasan yang hebat.

Youra sejenak menghela napas, ia kemudian bergerak melangkah grusar, menuntun diri entah pada siapa. Menjauhi jejak pada pelantaran rumah mewah dan meninggalkan pemiliknya. Terserah saja, jika Yoongi sendiri bahkan tidak ingin membantu, maka Youra akan menemukan dengan caranya. Barangkali ia harus menemui Hoseok dan mencari tahu bagaimana keadaannya. Setelah itu, ia akan menuju kampus, menyelesaikan tugas-tugasnya. Tidak perlu menoleh pada hal yang tidak benar-benar mengingkan keberadaannya.

(TIDAK DILANJUTKAN!) Yellow DaylilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang