05 Febuari 2022
Satu babak pertama yang kulewati, barangkali di putuskan Tuhan untuk di biarkan tidak tersentuh olehku. Kuharap memang begitu. Meraup setidaknya satu minggu berlalu tanpa hal gila yang menahan langkahku. Kehidupanku berangsur seperti sebelumnya.
Tuhan tidak akan membiarkan makhluk berdosa sepertiku terjatuh dan tenggelam ke dalam Palung Mariana, ya, kan? Aku juga hanya perlu percaya pada diriku sendiri bahwa aku tidak akan merengkuh rasa manis terhadap kue yang sama. Aku mampu mencari kue yang kuinginkan dengan seluruh keyakinanku. Ya, memang perlu untuk merasa terluka jika ingin menjadi tenang.
Berbicara tentang kue, aku akan membelikan beberapa camilan manis untuk Taehyung. Sudah lama, aku tidak bertemu dengan pria itu. Mungkin dia merindukanku. Mengingat dua minggu ini, sejak di mana ukiran layaknya manusia sakit jiwa menghantam kesadaran dan imajinasiku sendiri. Hampir saja aku membunuh diriku.
"Youra-ssi."
Kepalaku menoleh, menemukan dua gadis dengan salah satu menggunakan ikat rambut berbentuk kelinci. Kuyakini jika mereka berasal dari semester di bawahku. Namun, begitu, mungkin umurnya tidak berbeda denganku. Ya, dia tidak menggunakan embel-embel sunbae, misalnya. Siapa peduli juga, toh aku bukanlah orang yang haus akan penghormatan.
Aku sejenak menatap mereka, kembali menenggelamkan beberapa buku pada tas kecilku. Kuliah berakhir jauh lebih lama, aku benar-benar bosan setengah mati. Aku tidak mengerti mengapa dosen tua senang berbicara menuturkan hal yang tidak berguna. Ah, lupakan masalah itu, bagaimana dengan dua orang yang bertingkah seolah mereka baru saja melakukan kesalahan. Maksudku, mereka terlihat ragu, saling mendorong dan memaksa untuk siapa saja berbicara. Aku menghela napas, menjatuhkan pukulan kecil pada pelantaran meja kosong. Sedikit tersenyum dan kembali memperhatikan mereka.
"Ada apa? Tidak perlu takut, aku tidak menyukai daging manusia."
Hingga salah satu selain ikat rambut kelinci itu perlahan mendekat. "Apa benar kau—maksudku, Min Suga Sunbae adalah suamimu?"
Astaga, berapa banyak lelucon tidak waras yang tersebar? Apa kini kampus menyediakan mulut berbusa yang senang mencampuri urusan orang lain? Tidak juga, aku yang bodoh mengapa aku perlu memilih universitas dengan mantan mahasiswanya adalah makhluk yang tidak pernah ingin kutemui.
Aku segera meraih udara, menahan untuk sekiranya iblis dalam darahku tidak memberontak mencari sasaran. Sekali lagi, tidak, berulang kali aku tersenyum tenang. "Aku bukan—maksudku, sunbae itu bukanlah suamiku. Aku sudah mendapatkan pertanyaan yang sama selama dua minggu ini dan jawabanku akan tetap sama."
Apa aku sempat mengatakan tidak ada hal gila selama dua minggu ini? Omong kosong, aku seperti sedang terperangkap pada rumusan ujian kelulusan mahasiswa tingkat akhir yang seolah menutut diriku untuk mematuhi pertanyaan yang bahkan tidak ada jawabannya sama sekali.
Baiklah, satu atau dua, aku benar-benar baik-baik saja. Namun, melebihi kapasitas perhitungan normal, pertanyaan yang di keluhkan selalu sama. Telingaku sakit, akan berdarah sekiranya kutemukan kembali sapaan yang berakhir mengintograsiku.
Aku memutuskan untuk berlalu, tapi salah satu suara yang kupikir terdengar seperti gadis yang berlagak imut itu berangsur menghentikanku. "Tapi, Min Suga sunbae yang mengatakannya sendiri. Bahkan kulihat, dia—"
"Apa kau akan percaya pada pencuri daripada mempercayai korbannya? Apa kau sedang bermain peran sebagai detektif yang sok tahu." Aku beralih kembali mendekat, jauh lebih dekat. Aku terkekeh tanpa sadar.
"Kukatakan sekali lagi, bahwa dia bukanlah suamiku. Jika kau menyukainya, maka menikahlah dengannya." Tegasku, bahkan menekan pundak gadis di hadapanku dengan kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TIDAK DILANJUTKAN!) Yellow Daylily
Fanfiction(WARNING!! SETIAP PART PANJANG2. BAHASANYA BELIBET. BIKIN MIKIR KERAS!! YANG GAK KUAT, SILAHKAN UNTUK TIDAK DIPAKSAKAN. KESEHATAN ANDA JAUH LEBIH PENTING DARIPADA MEMIKIRKAN KEHIDUPAN DI DALAM DUNIA YELLOW DAYLILY. SEDANGKAN YANG INGIN MELANJUTKAN...