Bab 20 | No Way To Go I Was Fine To Die

182 26 4
                                    

31 Maret 2018

Seandainya hari itu langit tidak merangkum kebisingan dari terik hujan dan gema gemuruh keras, barangkali Youra tidak akan begitu kehilangan sebagian diri yang hangat. Namun, tetap ia harus menindaklanjuti sesuatu yang sudah sangat mengacaukan perasaanya dan juga harga dirinya. Mungkin berawal ketika ia tetap enggan bergelut menawarkan kebenaran yang terjadi padanya, memutuskan untuk berangsur dengan kebisuannya, hingga semua orang merengek menyalahkannya atas seluruh tindakan dan segala kejadiannya. Padahal jelas, ia tidak pernah menyentuh satu helai kesalahan. 

Sembari merapatkan jemarinya, tungkainya di bawa untuk memasuki sebuah tempat yang seharusnya tidak ia jejaki. Hanya saja, ia harus mendapatkan petunjuk yang pantas ia dapatkan. Alunan musik yang merambat berisik seperti kesetanan benar-benar memaksa untuk tenggelam di dalam rungunya. Youra meringis sejenak. Bahkan ketika berbagai aroma alkohol tumpah ruah di sekitarnya, membuatnya berjinjit ingin kembali pulang. Dan satu hingga lima lontaran kalimat yang bergeming keras, semakin menginjak ruas hatinya yang sudah sangat sakit sejak ia mendapatkan tuduhan aneh. 

Katanya begini. "Dia Seo Youra, kan dari kelas dua belas? Gosip itu ternyata benar, dia gadis pendiam yang senang mencari mangsa." Satu. "Memalukan, sedang apa dia kemari? Dia ingin mendapatkan hukuman, ya?" Dua. "Aku rasa setelah ini dia akan pergi ke hotel. Benar, kan?" Tiga dan ujaran berikutnya dengan konteks yang sama. Lebih gilanya, mengapa mereka tidak mengajukan penghinaan pada diri mereka sendiri. Oh astaga, apa semua orang sedang membuat tipuan atau permen, ya? 

"Ya!"

Sesekali pula deretan giginya menggertak, menahan dingin membeku hampir pada pertengahan malam. Youra menunjukkan pandangannya yang kelewat tidak suka, sedikit menajam manakala sekumpulan para gadis—tidak, mungkin lebih tepatnya para wanita itu asik menciptakan obrolan dengan segelas alkohol yang berada di genggaman mereka. Youra bergerak, meraih salah satu gelas tersebut dan memecahkannya. Bahkan tiba-tiba saja, sekitarnya menjadi senyap, hanya terdengar bisikan-bisikan kecil. 

"Cukup, Im Youra." Terasa dadanya mengaduh sakit. Luapan emosinya sejenak dilema, ia ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat. Namun, tidak di pungkiri, barangkali Youra sedang merasa takut. Deru napasnya membaur sedikit dengan pertahanan isak tangisnya. "Berhenti menjadikanku korban atas kesalahan yang kau lakukan sendiri. Kupikir kau ingin menjadi temanku, selalu bersikap baik padaku, tapi aku salah. Kau ingin aku yang mendapatkan masalah di mana aku tidak pernah melakukan kesalahan."

Dia yang menjadi topik utama dalam geraman teriakannya, mendekat ke arah gadis yang berdiri setengah lugu. "Tunggu sebentar, tunggu sebentar, Seo Youra. Pelan-pelan saja, tidak perlu terburu-buru begitu, dong." Gadis tersebut menyentuh rambut Youra yang sedikit kebasahan karena hujan di luar sana. Namun, Youra menepisnya. Ia beralih menatap kesal, bahkan memutuskan untuk mengenggam lengan gadis itu cukup keras. 

"Dengar, aku tidak akan berbicara untuk kedua kalinya. Katakan pada Guru Lee dan semua siswa, terutama yang berada di kelas, bahwa aku bukan Youra yang sudi menginjakan kaki di sebuah bar atau hotel. Dan katakan juga, bahwa yang di dalam foto itu adalah kau, Im Youra bukan aku, Seo Youra." Tubuh gadis di sana sejenak terdorong, hampir saja limbung. Sedangkan Youra segera menarik kedua kakinya untuk menjauh lebih cepat. Hanya saja, terdengar kekehan tidak manusiawi yang diberikan oleh gadis itu. 

"Astaga, Youra, mengapa kau lucu sekali." Im Youra melangkahkan pijakannya untuk mendekat. Beralih mengeluarkan sebuah ponsel miliknya. "Lihat, tentu saja ini kau, Seo Youra. Nama kita memang sama, tapi wajah kita sangat berbeda." Benda itu diletakkannya di atas sebuah meja, tempat berderet berbagai gelas dan botol-botol khas alkohol. Youra mencoba tetap enggan untuk beralih, tapi Demi Tuhan, kepala serta hatinya sangat berisik. 

(TIDAK DILANJUTKAN!) Yellow DaylilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang