Bab 28 | Now, I Can't Live A Day Without You, Please

211 23 16
                                    

02 September 2022 

Lucunya adalah ketika segala sesuatu yang telah di persiapkan sejak awal, tiba-tiba harus berantakan antah berantah. Pikiran serta hati seolah di tumbuk paksa, mengendalikan logika hingga sempurna. Tapi, demikian semuanya melebur layaknya lelehan lilin. Api yang sempat membara, lantas hilang tertiup angin. Bagaimana bisa semuanya lepas dari praduga. Titik-titik rencana hitamnya menjadi ampas tak bertuan. Sial, sial, sial.

Yoongi menahan salivanya sendiri, sembari jemarinya meremat kasar pada gelas yang berisikan americano miliknya. Pandangannya enggan terlepas dari tokoh utama yang berdiri beberapa jarak di hadapannya. Kali ini Yoongi benar-benar layak jika ia harus menyalahkan dirinya sendiri. Astaga, apa ia terlambat?

Dua hari berlalu sejak kepergian Youra dari kediamannya, dan tepat dia yang menjadi pemicu konflik di pertengahan malam kala itu lantas menunjukkan batang hidungnya dengan kedua takroma yang terlihat agak kelimpungan. Demi Tuhan, Yoongi ingin sekali menyakiti tulang pipi itu dengan kepalan tangannya. Sejenak Yoongi menengadahkan kepalanya, memperhatikan semburat abu dari langit di atasnya. Ah, mendung. Pria di sana akan kebasahan jika terus saja berdiri dan menginjak rerumputan milik halaman rumahnya. Agak berengsek, tapi tidak juga.

"Maaf aku menganggumu, Hyung."

"Ya, kau sangat menganggu."

Ya Tuhan, dadanya benar-benar sesak. Ia tidak tahu harus merasakan perasaan seperti apa. Ia kecewa, bahkan sangat, tapi ia juga senang. Tidak, ia marah, sungguh sangat marah. Hingga tanpa sadar, Yoongi menjatuhkan gelas tersebut—hancur, dan melayangkan satu pukulan yang cukup keras pada pria itu. Seolah pecahannya terdengar senyap, Yoongi hanya mampu mendengar bagaimana degupan jantungnya bertahan pada puncak amarah yang sangat tinggi.

Yoongi menarik kasar kerah pakaian milik pria di hadapannya kini. Pria itu menampik pandangannya, dan membuat Yoongi kembali melajukan hantaman yang sangat keras pada tulang pipi kanannya. Pria di sana lantas terjatuh. Yoongi meraih kasar kerah pakaiannya lagi, menarik pria itu untuk berdiri tegap. "Kuperingatkan padamu, Jeon. Aku tidak akan segan untuk membunuhmu jika kau berniat menghampirinya, apalagi menujukkan keberadaanmu."

Jeon Jungkook, dia benar-benar kembali, bahkan terlihat utuh dengan keadaan yang sehat. Seolah dia mampu menampik mimpi buruk yang sempat terlintas di kepalanya. Gila, Yoongi hampir gila. Ia telah melakukan kesalahan. Padahal Yoongi sudah berusaha keras untuk menciptakan permainannya sendiri, tapi ia tidak tahu jika ternyata ada yang jauh lebih cepat untuk memainkan sebuah permainan. Yoongi kalah telak. Sial. Mengapa ia tidak menyadari rasa curiga yang sempat muncul walau hanya satu kali? Mengapa harus Jeon Jungkook?

"Mengapa harus kau, Jeon? Mengapa harus kau?"

Yoongi meremat jemarinya sendiri pada kerah pakaian pria itu. Air yang menggunung di antara kelopak matanya berhasil menciptakan hangat, hampir akan menangis, tapi ia tidak ingin untuk melakukannya. Persetan dengan tangisan, Yoongi memilih menajamkan pandangannya sendiri. Ia tidak ingin mengadu pada abu atau birunya pilu. Katakan saja, Yoongi akan benar-benar membunuh Jungkook kali ini.

"Maaf, Hyung." Jungkook berusaha melepaskan genggaman jemari pria di hadapannya dengan susah payah. "Kau tidak seharusnya terlibat. Aku tetap tidak ingin kau terluka, Hyung. Mengapa kau sangat keras kepala, padahal aku sudah memperingatimu."

Hingga perlahan, kekuatan pria itu lantas menurun. Jungkook menarik keinginannya sendiri untuk tidak memperhatikan pria di sana yang tertunduk lesu. Ia benar-benar tidak sanggup untuk melihatnya terluka.

"Aku akan menyelesaikannya untuk Kim Taehyung. Jadi, kumohon, hentikan sampai di sini. Kau tidak layak untuk melibatkan diri. Aku tidak mau melukaimu."

(TIDAK DILANJUTKAN!) Yellow DaylilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang