15. Diculik.

17 1 0
                                    

Akhirnyaaa, akuu bisa update lagii hehehe. Mohon maaf untuk keterlambatan yg begituuu lamaa
Jgn lupa di vote yaa temen-temen ^-^

happy reading!! ✨

*******

Dikamarnya Raffi tampak mencemaskan sesuatu, sejak tadi cowok itu mengintip keluar jendela kamarnya untuk melihat apakah sang adik sudah pulang atau belum. Gadis itu pun tidak menjawab telepon dari Raffi. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam lewat. Tidak biasanya Leta pulang selarut ini, padahal tadi gadis itu mengabari bahwa sedang berteduh ditempat yang tidak cukup jauh dari rumahnya, dan hujan sudah berhenti sejak satu jam yang lalu.

Raffi kembali menghubungi adiknya itu, namun lagi lagi tidak ada jawaban. Cowok itu beralih menghubungi sahabat sahabat sang adik, namun tidak ada satupun diantara mereka yang sedang bersama Leta. Membuat kecemasan cowok berkulit putih itu semakin menjadi. Tanpa pikir panjang, Raffi segera mengambil jaket dan kunci mobilnya lalu keluar kamarnya untuk mencari Leta, cowok itu takut karena bisa saja terjadi sesuatu pada gadis itu karena tidak biasanya adiknya hilang kabar seperti ini.

****

Di sebuah gedung tua tak terpakai, kini Leta duduk dengan tidak sadarkan diri. Tangannya yang terikat, mulut yang diberi lakban dan memar di area wajahnya karena tamparan dari laki-laki bertubuh besar yang membuatnya tak sadarkan diri.

"Hallo Boss. Dia belum sadar, jadi kita harus ngapain lagi?" tanya lelaki botak dengan pakaian serba hitam, serta jenggot dan kumis hitamnya itu ditelepon.

"..."

"Oke bos"

"..."

Lelaki berkepala plontos itu memeriksa keadaan Leta, memastikan apakah gadis itu telah sadar atau belum. Lalu memeriksa tali yang mengikat di tangan gadis itu. Saat dirasa masih aman, lelaki itu mendekati cowok berbadan kekar itu sambil melempar kunci mobil yang mereka gunakan.

"Lo beli makan sono, gue laper banget. Masih pegel gue karna gue ngejar ngejar ni cewe"

Lelaki bertubuh besar dengan kalung rantai yang lumayan besar dilehernya itu pun langsung beranjak untuk mencari makan bagi mereka.

"Jagain Lo! Jangan sampe kabur tu cewek!" ancam pria berbadan kekar itu, dan segera meninggalkan gudang kosong itu.

"Sok ngerasa boss lo!" kesal lelaki berkepala botak itu, lalu lelaki itu memilih untuk keluar gedung untuk memantau agar tetap aman.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam, Leta baru saja membuka matanya. Lehernya terasa sakit karena terus menunduk selama pingsan tadi, gadis itu menelisik ke seluruh bagian gedung itu. Tidak ada seorangpun disini. Tangannya yang terikat terasa sakit, tubuhnya begitu lemas saat ini. Gedung ini kosong total, apa tidak ada orang yang bisa dia mintai pertolongan. Gadis itu berusaha membuka lakban yang menempel di mulutnya dengan terus menggerakkan pipi dan mulutnya. Untungnya lakban tersebut bisa terlepas walau masih tersangkut di pipi kirinya. Pandangan gadis itu memburam karena benar benar terasa sakit dibagian kepalanya. Leta berusaha untuk melepaskan ikatan ditangannya. Ikatan itu terlalu kuat sehingga membuat pergelangan tangannya semakin terasa sakit. Merasa percuma, Leta mencoba untuk menyingkirkan tangannya yang melingkari bangku. Untunglah tubuhnya tidak diikat bersama bangku besi itu, sehingga gadis itu bisa berdiri saat ini walau dengan tangan terikat dibelakangnya.

Leta berjalan perlahan, berusaha keluar dari gedung ini dengan tenaganya yang tersisa. Gadis itu masih belum melihat siapapun disini, dia sesekali melihat sekelilingnya untuk memeriksa dimana penculik itu berada. Kini gadis itu telah berada diluar gedung tua itu. Namun, jarak dari posisinya ke arah pagar gedung itu sangat jauh. Lagi lagi, Leta mengawasi sekelilingnya. Dengan sedikit berlari, gadis itu bersembunyi di balik tong tong besar yang ada di sana. Leta segera mendudukkan dirinya saat dirasa tempat yang dipilihnya cukup aman. Sedikit mengistirahatkan tubuhnya yang semakin tak bertenaga. Sesekali gadis itu berusaha melepaskan tali yang mengikatnya dengan menggesek ke besi yang ada disana.

SalletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang