14. Sorry.

63 1 0
                                    

Setelah hari itu, Leta benar benar menutup diri. Gadis itu merasa bersalah pada Reyhan. Ketiga sahabatnya pun kebingungan, mereka tidak tau apa yang membuat gadis itu menjadi seperti ini. Saat disekolah gadis itu lebih banyak diam. Terhitung tepatnya ini adalah hari ketiga gadis itu tiba-tiba menjadi lebih tertutup. Kadang Leta lebih memilih tidur dikelas daripada diajak untuk makan di kantin. Bahkan bisa dibilang ia tidak meninggalkan kelas sama sekali kecuali hanya untuk ke toilet. Mereka sudah membujuknya untuk ke kantin atau bercerita namun tetap saja ia bersikeras dengan jawaban yg sama, saat ditanya gadis itu selalu menjawab bahwa dirinya tidak apa apa. Padahal terlihat jelas perubahan sikap yang terjadi padanya akhir-akhir ini.

Seperti saat ini, gadis itu sedang fokus melihat ke arah papan tulis yang jelas jelas kosong tidak tertulis apapun, tatapannya kosong seperti memikirkan sesuatu. Para sahabatnya saling menatap bingung. Saat mereka asik bercerita, Leta hanya diam dan terus menatap sesuatu dengan pandangan yang kosong.

"Let, lo kenapa sih sebenarnya?" tanya Intan hati-hati, mungkin mereka sudah cukup lelah melihat sahabatnya yang selalu murung dan tidak mau berbagi cerita. Ajeng dan Putri menatap Leta dengan tatapan sedih, mereka sedih melihat sahabatnya seperti ini. Bahkan sampai tidak mau berbagi cerita seperti ini. Mereka sangat tidak suka jika ada sahabatnya yang menanggung beban sendirian.

Leta lalu menatap ketiga sahabatnya bergantian, lalu tersenyum kecil sambil menggeleng. Memberitahukan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Kalian ga ke kantin?" Tanya Leta sambil melihat jam di tangannya.

"Gimana bisa kita ninggalin sahabat kita yang lagi nanggung beban dia sendirian?" kata Putri, membuat Leta menatap mereka bergantian.

"Gue gapapa kok, tenang aja" jawab Leta sambil tertawa kecil.

"Kita tau kalo lo sedang kenapa kenapa Lett, kita udah kenal dari orok kalo lo lupa" tukas Intan.

Leta menghela nafasnya, rasanya belum siap untuk menceritakan hal ini kepada siapapun. Ia sebenarnya merasa bersalah pada sahabat sahabatnya, gadis itu tau bahwa mereka sangat mengkhawatirkan dirinya. Tapi ia masih butuh waktu untuk menceritakan apa yang telah terjadi.

"Gue belum siap buat cerita sama kalian, tapi gue bakal cerita kok. Gue cuma butuh waktu. Waktu buat nenangin diri dulu" kata Leta menatap mejanya. Ajeng, Putri, Intan menatap gadis itu sendu.

"Iya Let, kita bakal nunggu sampe lo bener bener siap buat cerita ke kita. Tapi jangan lama-lama ya, ntar kita keburu tua hehe" kata Ajeng sedikit bercanda.

"Maafin gue ya" kata Leta.

"Gapapa, yang penting lo tenangin diri lo dulu. Kita sedih ngeliat lo murung terus beberapa hari ini. Kita kaya kehilangan lo tau gak sih" kata Intan sedikit kesal, membuat Leta tersenyum.

"Makasih ya, kalian ga pernah ninggalin gue saat gue kayak gini" ucap Leta menatap mereka bertiga bergantian, mereka bertiga langsung memeluk Leta.

"Lo adalah kita dan kita adalah Lo!" teriak mereka bertiga dengan posisi masih berpelukan, membuat Leta tertawa akibat ulah mereka. Gadis itu sangat sangat bersyukur memiliki sahabat seperti mereka. Mereka tidak tergantikan. Sama sekali tidak.

"Yaudah ayo kita ke kantin, pokoknya lo gakboleh sedih ya. Kita juga jadi sedih tau" kata Ajeng memajukan bibirnya.

"Iya" kata Leta tersenyum sambil mengangguk pelan.

"Yeay!! Leta gue balik. Hahahaha" ucap Putri tertawa dikuti yang lainnya, kemudian mereka berjalan menuju kantin bersama sama lagi seperti biasanya.

***

"Parfume gue kayanya hilang" kata Leta tiba tiba saat mereka sedang bercerita sambil menunggu makanan datang.

"Parfum yang mana Let?" tanya Putri heran, padahal gadis itu memiliki sangat banyak parfum hingga mereka tidak tau sebenarnya gadis itu menyukai wangi parfum yang mana karena setiap hari bisa jadi gadis itu berganti ganti parfum.

SalletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang