Di ruangan serba putih dengan aroma obat-obatan yang memenuhi seisi ruangan, kini Raffi sedang menyuapi Leta yang kini telah sadar sepenuhnya. Ingin sekali lelaki itu menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada sang adik, namun Raffi harus mengesampingkan keinginannya karena mengingat kondisi adiknya yang baru saja siuman dan masih terlihat lemah. Dia harus menunggu kondisi Leta tampak lebih baik dahulu.
"Udah bang" ucap Leta, gadis itu sudah memakan makanannya cukup banyak, hanya tersisa beberapa sendok lagi di mangkuk buburnya.
"Habis ini minum obat ya" Leta hanya mengangguk, gadis itu memang tampak lemah namun dia masih sanggup untuk menggerakkan tubuhnya walau masib terasa nyeri.
"Handphone gue ada gak bang?" tanya Leta pada sang abang sambil menoleh ke kanan kiri untuk melihat dimana ponselnya berada, namun Raffi hanya menggeleng sambil menatap adik perempuannya itu.
"Ah, kayanya jatuh deh" rutuk gadis itu saat teringat ketika dia berusaha kabur dari orang-orang mengerikan itu.
"Apa yang sebenarnya terjadi sih dek?" tanya Raffi, membuat Leta langsung menoleh ke arah Raffi. Gadis itu mengingat awal mula bagaimana dia akhirnya bisa disekap di gedung tua itu. Leta menceritakan semuanya kepada sang abang. Raffi salah akan kondisi gadis itu, Leta tampak aman-aman saja saat menceritakan semuanya, pasti karena Raffi yang terlalu mengkhawatirkan kondisi adiknya.
"Gue kaget waktu mereka ngehadang gue dimobil. Maksa gue supaya keluar trus gue di bekap dari belakang dan gue gaktau apa yang terjadi sampe waktu gue bangun, gue udah ada di gedung tua yang gelap banget. Gue gak kenal mereka bang, yang pasti mereka orang suruhan. Soalnya beberapa kali gue denger mereka nelpon seseorang dan melapor kalo mereka berhasil nyulik gue" ucap Leta sambil sesekali menahan nyeri diperutnya.
"Cuma pecundang yang nyakitin cewe. Gue bakal cari tau soal ini, Niko juga lagi nyelidikin semuanya"
"Lo kayaknya harus ada yang jagain, Dek" ucap Raffi serius
"Hah?! maksudnya?" tanya Leta terkejut, Raffi tak menjawab. Lelaki itu justru mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang.
Ini lah Raffi yang sebenarnya, lelaki itu selama ini berlagak sok friendly dan suka bercanda ke semua orang padahal aslinya Raffi ada sosok yang tegas. Terlebih ini sudah menyangkut keselamatan sang adik.
Raffi juga yang memegang beberapa perusahaan milik Ayahnya, lelaki itu sebenarnya tidak perlu berkuliah karena sudah menjabat diperusahaan sang Ayah, namun atas kemauannya sendiri yang ingin mendapatkan gelar sekaligus mengerti tentang Hukum. Jadilah lelaki itu melanjutkan pendidikan nya ke jenjang perkuliahan. Raffi adalah jenis orang suka bertindak tanpa diketahui oleh orang lain. Leta yakin pasti kakak laki-laki nya itu akan menyelesaikan masalah ini. Namun di satu sisi, gadis itu akan ikut mencari tahu siapa dalang dibalik semuanya. Mengapa harus dirinya, padahal gadis itu tidak merasa punya musuh semengerikan ini.
"Minum obatnya, istirahat lagi biar cepat sembuh." kata Raffi sambil memberikan obat dan air putih yang langsung diteguk oleh Leta.
"Temen lo dari tadi ngehubungin gue, tapi gue ga respon. Biar lo sendiri aja yang cerita ke mereka, gue gak mau ngasih tau mereka dulu soal keadaan lo yg sekarang" Leta hanya mengangguk kecil.
Ah! gadis itu hampir lupa. Pasti sekarang para sahabatnya sedang kebingungan mencari dirinya, terlebih lagi ponselnya tidak tau dimana. Gadis itu harus secepatnya sembuh agar bisa bertemu dengan mereka dan kembali bersekolah, juga mencari tau siapa yang sudah melakukan hal ini padanya.
"Bang" panggil Leta
"Hm?"
"Beliin gue HP ya" kata Leta sambil tersenyum memperlihatkan gigi putihnya, Raffi hanya menaikkan satu alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salleta
Teen FictionSalleta Clarissa Herlang. Perempuan cantik dengan mata hazel yang indah, alis yang tebal, bulu mata yang lentik natural, pipi berisi yang menggemaskan dan rambut hitam lebat bersinar sebahu dengan badan yang semampai dan kulit putih bersih. Dia sung...