3. Kenangan

81 4 0
                                    

Gadis berambut sebahu itu menatap selembar foto yang baru saja di ambilnya dari dalam laci tempat nya menyimpan barang barang kenangan dari Reyhan. Dia dibuat bingung dengan kejadian yang dialaminya hari ini. Bagaimana mungkin Reyhan melupakan dirinya. Atau sesuatu terjadi pada Reyhan? Atau ini ulah Sheila? Ah, tidak, dia tidak mungkin asal menuduh tanpa bukti, atau mungkin dia memang sengaja? Sengaja untuk berpura-pura tidak mengenalinya agar dirinya tidak bisa mendekati lelaki itu lagi? Apa benar? Jika benar, sungguh menyakitkan sekali. Tapi atas dasar apa? Orang tuanya? oh mungkin iya, sejak mereka menjalin hubungan pertemanan hingga menjadi sepasang kekasih, orang tua Reyhan tidak menyukai Leta, terlebih Mamanya. Namun walau begitu, dulu Reyhan bahkan tidak ingin melepaskan dirinya sedikitpun. Tapi mengapa sekarang dia berubah menjadi seseorang yang berbeda?

"Bahkan belum ada kata putus Rey." lirihnya saat tangan mungilnya mengelus wajah tampan yang tersenyum manis didalam foto tersebut.

Sakit rasanya, terlebih lagi saat melihat dirinya bersama perempuan lain. Padahal selama 2 tahun dia menunggu kabar dari laki-laki itu. Lelaki itu seharusnya menjelaskan kepadanya mengapa dia menghilang selama 2 tahun terakhir ini. Bukannya menunjukkan bahwa dia telah bahagia dengan wanita lain, dan melupakan dirinya begitu saja. Mengapa ini begitu menyakitkan saat ini? Mengapa dadanya terasa sesak bahkan nafasnya tercekat saat mengingat kejadian tadi. Apa dia tidak di izinkan untuk kembali bersama dengan lelaki yang dicintainya?

* * *

Setelah lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) , Leta memutuskan untuk bersekolah di SMA Garuda pilihannya, karena itu sudah menjadi incarannya sejak SMP, lagi pula Papanya juga menyuruh gadis itu untuk bersekolah disana karena kebetulan sekolah itu milik keluarga Herlang. Namun berbeda dengan Reyhan. Dia tidak bisa memilih sekolahnya, karena orangtuanya yang tidak mengizinkan mereka untuk bersekolah di sekolah yang sama dengan Leta, yaitu SMA Garuda. Ya, itu jugalah sekolah yang akan menjadi pilihan Reyhan. Namun percuma, dia tidak bisa membangkang. Dia masih terlalu lemah untuk memberontak dan menolak perlakuan orangtuanya saat itu.

"Maaf ya kalo kita ga bisa satu sekolah" Reyhan menatap manik mata milik gadis berambut tebal itu. Gadis itu hanya tersenyum dan menjawab.

"Gapapa Rey, kan masih bisa ketemu kaya sekarang. Lagian enak tau kalo kita ga sama sama hahahaha..." ucap gadis itu sambil tertawa sebentar melihat wajah Reyhan yang begitu serius kali ini.

"Kenapa?" tanya Reyhan memandang gadis yang sudah menghentikan tawa nya.

"Iya enak aja, biar bisa rindu rinduan hehe. Udah jangan bahas itu terus ih, kita udah lumayan lama loh masuk jenjang SMA, kok masih ngomongin itu si Rey?" tanya Leta heran.

"Aku ngerasa lemah. Padahal aku cowok. Aku gak bisa nolak permintaan orang tua ku dari dulu. Bahkan sampai saat ini, tapi saat aku mau ngebantah, aku selalu inget kata kata kamu" jawab Reyhan kembali menatap manik mata gadis dihadapannya ini.

Leta tersenyum mendengar penuturan Reyhan barusan "Bagus dong, lagian kita gaboleh Rey menentang keinginan orang tua kita. Apapun yang mereka lakuin pasti untuk kebaikan kita, walaupun kadang cara mereka salah" Leta beralih menatap lurus kedepan, ke arah pancuran air yang berada di taman tempat mereka saat ini.

"Aku juga pengen hidup atas pilihan aku sendiri Let"  Reyhan menghembuskan nafasnya kasar.

Leta menatap Reyhan lagi, dia menyentuh pundak kokoh itu.

"Kamu itu anak sulung Rey, jadi mungkin orang tua kamu mau kamu jadi orang yang mereka harapkan, dan mungkin bagi mereka, cara yang terbaiknya adalah dengan ngelakuin hal ini Rey. Percaya deh, suatu saat nanti, kamu pasti keluar dari zona ini, saat kamu siap untuk melawan dunia yang memang benar benar nggak seindah dongeng, Rey" Leta tersenyum setelah itu mengelus pipi lelaki yang menjadi kekasihnya sejak 2 bulan lalu.

SalletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang