Pagi ini gadis cantik berambut sebahu itu kembali melakukan aktivitas nya di sekolah setelah mengikuti Olimpiade kemarin, gadis itu pun tidak lupa membawa perlengkapan upacaranya. Biar bagaimanapun, meski Leta adalah pemilik sekolah namun ia tetap menjalankan kewajibannya sebagai seorang murid biasanya dan tetap mengikuti peraturan yang ada.
'Tin Tin Tin'
Bunyi suara klakson mobil membuat Leta yang baru saja turun dari mobilnya sedikit terlonjak kaget. Untuk pertama kalinya gadis itu membawa mobil kesekolah, itupun karena paksaan dari Raffi dan Brian, papanya. Mobil gadis itu sebenarnya sudah lama dibelikan, sejak gadis itu berumur 17 tahun. Artinya sudah setahun lebih tidak ia pakai kesekolah, dan selama ini hanya dipakainya untuk pergi bersama teman temannya dan terkadang Raffi lah yang menggunakannya, daripada menganggur dirumah saja.
Gadis itu menoleh ke arah mobil dibelakangnya, melihat siapa pelaku yang mengklakson. Saat tahu siapa yang melakukannya, alis gadis itu langsung terangkat seolah bertanya 'kenapa?'
"Mingir lo!" kata Sheila yang masih berada didalam mobilnya, gadis itu duduk di bangku samping kemudi. Leta menghela napasnya, tidak mau beradu mulut dengan gadis gila pagiini. Gadis itu memilih untuk mengabaikan Sheila dan segera berjalan menuju kelasnya.
'Tin Tin Tin'
Lagi lagi gadis itu dibuat kaget, dan dengan perasaan kesal Leta langsung menghampiri Sheila dengan langkah santainya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Lo bisa gak, sehari aja gakusah cari masalah?" tanya Leta. Gadis itu tidak sengaja melihat siapa yang mengemudikan mobil tersebut, ternyata Reyhan. Membuat Leta merasa agak aneh dengan perasaannya, sepertinya dia sedikit 'cemburu'.
"Itu mobil lo? Bisa nggak lo pinggirin? Itu parkiran punya Reyhan! Ngerebut aja kerjaan lo!" jawab Sheila dengan lantang, padahal masih pagi.
"Ribet lo! Emang lo pikir lo siapa? parkiran juga masih banyak yang kosong mas!" balas Leta sambil menoleh ke arah Reyhan sebentar lalu berlalu dari sana. Tidak mau beradu mulut lagi pagi ini. Hal tadi sudah cukup membuatnya membuang tenaga dengan percuma. Oh tidak bisakah hidupnya tenang tanpa seorang Sheila sekali saja?!
Intan, Ajeng, Putri menatap heran ke arah Leta yang baru saja duduk di bangkunya dengan ekspresi kesal.
"Pagi-pagi ada aja ya setan yang muncul" ucap Leta sembari mengambil topinya dari tas dengan ekspresi wajah yang ditekuk.
"Ehm, gue paham ni. Paham banget gue, udah Let jangan lo peduliin. Emang kerjaan makhluk ghaib kaya gitu kok" sergah Intan yang paham siapa yang dimaksud.
"Medusa?" tanya Ajeng memastikan.
"Ya siapa lagi setan disekolah ini kecuali Medusa?" jawab Putri yang juga sudah tahu siapa yang dimaksud. Ajeng hanya mangut-mangut paham.
"Eh tapi kok tumben lo kesel Let? Biasanya juga gak lo peduliin" tanya Intan kali ini.
Leta terdiam, ada benarnya juga. Biasanya gadis itu biasa saja jika Sheila mengganggunya, tapi entah kenapa gadis itu kali ini merasa kesal atau karena dia melihat Reyhan bersama Sheila lagi. Memang dulu ketika cowok itu baru masuk, dia dekat dengan Sheila. Tapi jika dia memang masih punya hubungan dengan Sheila mengapa dia bersikap seolah ingin mendekatinya? Bikin jengkel saja.
"Tadi gue lihat dia sama Reyhan bareng, entahlah males gue. Yok ah" jawab Leta sambil berdiri, karena bel sudah berbunyi. Mereka bertiga mengangguk paham dan ikut berdiri untuk menuju ke lapangan. Intan menatap punggung Leta yang berada di depannya, menghela nafasnya kasar lalu ikut berjalan beriringan dengan mereka.
***
"Let, ntar sore sibuk?" tanya Reno yang menghampiri Leta saat upacara baru saja dibubarkan.
"Enggak, kenapa Ren?" tanya Leta balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salleta
Teen FictionSalleta Clarissa Herlang. Perempuan cantik dengan mata hazel yang indah, alis yang tebal, bulu mata yang lentik natural, pipi berisi yang menggemaskan dan rambut hitam lebat bersinar sebahu dengan badan yang semampai dan kulit putih bersih. Dia sung...