Eleventh

775 126 1
                                    

***

Terlihat sepasang kelopak mata terbuka perlahan memperhatikan mata indah nan teduh berwarna cokelat. Dan ya, pemilik mata indah itu adalah Rosé. Rosé kini sudah terbangun dari pingsannya. Ia melihat sekitar, warna abu-abu berpadukan putih mendominasi kamar yang ia tempati.

'Perasaan kamarku berwarna biru, kamar siapa ini ?'

Rosé berjalan ke arah jendela, dilihatnya pemandangan dari luar. Ia membelalakan matanya, tidak jauh di sana ia melihat gedung apartemennya. Lantas apartemen siapa ini ?

Rosé mengingat kembali kejadian yang ia alami. Teror yang ia dapat, darah, bangkai, secarik kertas dan foto yang dirusak. Memori itu kembali masuk ke dalam kepalanya. Ia merasa benar-benar ada yang mengawasinya.

"Kepalaku sakit mengingat itu. Dasar menyebalkan ! Aku harus cepat kembali ke apartemenku. Aku harus-

"Kenapa harus cepat-cepat kembali ? Kondisimu belum pulih. Kau harus beristirahat."

Rosé segera membalikkan badannya. Dilihatnya seorang laki-laki berhoodie biru laut. Laki-laki itu menutupi wajahnya dengan masker. Rosé sontak memundurkan langkahnya. Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalanya. Apakah itu orang yang sama dengan yang menerornya ? Apa ia sedang diculik ?

Dengan keberanian tinggi, Rosé menerjang orang yang ada di hadapannya. Ia memukul orang itu dengan keras sampai orang itu terjatuh di lantai.

"Dasar penjahat, kau fikir aku takut padamu ? Rasakan ini !!"

Rosé tidak mendengarkan orang berhoodie biru laut yang mengaduh kesakitan. Ia terus memukul orang itu tanpa ampun.

"Sakit bukan ? Rasakan itu !"

"Hei, berhentilah ! Aku bukan penjahat."

"Dasar pembohong !"

"Dengarkan aku dulu."

"Kau penjahat, kau tidak perlu diberi ampun."

Merasa kesal karena terus dipukuli Rosé, orang itu segera memegang bahu Rosé dan membalikkan posisi Rosé. Sekarang Rosé yang berada di lantai. Rosé ketakutan bukan main. Tenaga pria itu benar-benar kuat. Ia merasa tubuhnya remuk karena dibanting.

"Dengarkan aku !"

"Tidak ! Aku tidak mau, kau penjahat. Awas !"

Rosé berusaha melepaskan cengkraman tangan orang itu di bahunya. Ia mendorong dada orang itu dengan keras. Tetapi nihil, orang itu tetap berada di posisinya.

"Berhenti memukul, Roséannne Park !"

Rosé terdiam mendengar orang itu memanggil namanya lengkap. Rosé merasa familiar dengan suara orang itu.

"Si-siapa kau ? Kenapa kau membawaku ke sini ?"

"Kau tidak mengenaliku ?"

Rosé menatap tajam orang yang ada di hadapannya itu. Ia mencium aroma maskulin. Ia pernah mencium aroma ini. Tapi di mana ?

"Aku tidak mengenalmu."

Sekarang gantian orang itu yang menatap balik Rosé. Rosé yang ditatap seperti itu nyalinya menciut.

"Jangan menatapku seperti itu."

Merasa cengkraman pada bahunya melemah, Rosé segera mendorong dada orang itu hingga orang itu terhuyung ke belakang.

"Rasakan itu !"

Rosé segera berlari menuju pintu. Namun, pintunya tidak bisa dibuka. Pintunya terkunci.

𝙸'𝙼 𝙾𝙺 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang