Sixth

1K 127 1
                                    

Hope u like it :)

***

“Kau di mana ?” tanya seseorang dari sebrang sana. Terdengar dari nada bicaranya ia sedang khawatir.

“Aku sedang menuju tempat parkir, eonni."

“Katakan dengan jelas, Rosé,” ucap orang itu yang tak lain adalah manager Rosé. Yap, mereka adalah Rosé dan managernya.

Eonni aku sedang di luar, aku di pusat perbelanjaan. Wae ?”

“Ck! Kau sendirian ?”

"Aigo !" Pekik Rosé.

Rosé terjatuh di tangga menuju tempat parkir bawa tanah. Bahunya ditabrak oleh seseorang. Untung saja orang itu sigap menangkap tangan Rosé.

"Mianhae."

Orang itu segera membantu Rosé mengambil belanjaannya yang terjatuh. Dengan cepat Rosé menahan tangan orang itu. "Aku tak apa, bagaimana denganmu ? Kau baik-baik saja ?" Rosé mengambil belanjaannya yang terjatuh.

"Maafkan aku, aku terlalu fokus menelepon hingga membuatku tidak fokus pada jalan. Kau terluka ?" Rose bertanya sembari melihat orang itu dari atas sampai bawah. "Apa ada yang sakit ?" Tanyanya kembali.

Orang itu tersenyum melihat Rosé. Rosé yang melihat itu ikut tersenyum dibalik maskernya.

"Harusnya aku yang minta maaf. Maaf telah menabrak bahumu, maaf telah menjatuhkan belanjaanmu, dan yang terakhir, maaf telah membuatmu khawatir. Aku baik-baik saja, nuna."

Rosé menganggukan kepalanya.

"Hey, Rosé ! Kau tak apa ? Mengapa kau mengaduh. Kau jatuh ? Ya !! Di Mana kau ? Kau mendengar ku? " Rosé melupakan bahwa dirinya sedang teleponan dengan sang manager.

"Omo !"

Saat akan menuruni tangga matanya tak sengaja melihat ponselnya yang kini sedang berada di suatu panggilan telepon. Rosé langsung melanjutkan pembicaraan dengan managernya yang tadi sempat tertunda.

"Mianhae, eonni." Rosé merasa tak enak dengan sang manager.

"Kau tak apa ? Mengapa kau mengaduh ? Kau baik-baik saja bukan ? Kau jatuh ? Kau kenapa Rosé ?"

Rosé tersenyum mendengar beragam pertanyaan dari eonni-nya.

"Aku tak apa, eonni. Maaf membuatmu khawatir. Tadi aku tidak sengaja menabrak orang. Belanjaanku ikut terjatuh."

Rosé berjalan menuju mobilnya. Ia tidak sadar jika kupluk yang ia gunakan terjatuh saat tabrakan tadi. Rambutnya yang sempat ia gelung kini terurai dengan apik. Untungnya tempat parkir tengah sepi, hanya ada beberapa orang dan petugas parkir tentunya.

"Kau sungguh tak apa ? Apa perlu aku panggilan dokter ?" Mendengar itu Rosé menggelengkan kepalanya. "Aku baik-baik saja eonni, kau tak perlu berlebihan seperti ini."

"Tapi-

"Apa perlu aku mengirimkan foto padamu agar kau percaya padaku ?" Rosé tengah menyenderkan dirinya di mobil. Ia sudah sampai di tempat di mana mobilnya terparkir dengan rapi. "Percayalah, aku baik-baik saja," ucapnya lagi.

"Jaga dirimu, Rosé." Terdengar helaan nafas dari sang manager. Rosé tersenyum, ia beruntung memiliki manager yang mengerti dia dengan baik.

"Aku menyayangimu, eonni."

Rose hanya mendengar deheman dari eonni-nya.

Tak ada balasan yang lebih sweet kah ? Begitu pikir Rosé.

“Aku lupa memberitahumu. Aku akan menginap di apartment Jisoo eonni."

"Benarkah ? Baiklah, jaga dirimu Rosé." Ada rasa lega mendengar Rosé mengatakan bahwa ia menginap di apartment Jisoo. "Berhati-hatilah, banyak yang mengawasi gerak gerikmu, Rosé,” ucap sang manager mengingatkan.

Nde, eonni. Aku tidak se-famous itu. Kau tak perlu khawatir. Aku akan menjaga diriku dengan baik.”

"Ya yaa, aku percaya padamu adik kecil."

Panggilan pun berakhir. Terlalu asyik menelepon membuat Rosé tidak sadar jika sedari tadi ada dua orang yang mengikutinya. Rose dikejutkan dengan bunyi jepretan kamera. Ckrek !!!

“Tetap berfikir positif, Rosé,” ucap Rosé mencoba menenangkan dirinya. “Mungkin seorang fotografer,” ucapnya lagi.

Ia melihat kanan kiri. Yang terlihat hanya beragam mobil dan beberapa orang. Ia tak melihat ada orang yang membawa kamera.

Ia merogoh tas, saku jaket, dan hasilnya ? Kunci mobil Rosé tidak ada.

“Di mana kunciku ?” tanya Rosé dalam hati.

Ketika sedang sibuk mencari kunci, ia dikejutkan dengan seseorang yang menarik tangannya. Rosé hampir dibuat teriak karena terkejut, alhasil orang itu segera mengisyaratkan Rosé untuk diam. Ia meminta Rosé untuk berjongkok.

“Kau namja tadi ?” tanya Rosé memastikan.

Namja itu hanya menganggukan kepalanya. Ia kemudian menatap Rosé yang sedang melihat keadaan sekitar. Namja itu mencoba memastikan apakah ia mengenal gadis yang ada dihadapannya atau tidak.

“Ini kunci mobilmu,” ucap namja itu sembari menunjukan kunci mobil di hadapan Rose.

“Buka bagasi mobilmu !” perintah namja itu.

Wae ?” tanya Rosé heran.

“Buka saja.”

Rosé pun menurut dan membuka bagasi mobilnya. Namja itu segera menarik tas belanja Rosé dan meletakannya dibagasi. Tas belanja miliknya pun ikut ia letakan di bagasi Rosé. Namja itu segera menarik tangan Rosé untuk menjauh dari tempat parkir. Mereka berjalan biasa sambil berpegangan tangan. Mereka memasuki kembali pusat perbelanjaan.

“Kenapa kita masuk lagi ?” tanya Rosé pada namja itu.

Bukannya menjawab, ia terus membawa Rosé hingga kini mereka berada di lantai dua. Ia berhenti sejenak kemudian menatap Rosé yang juga menatapnya heran.

“Jangan melihatku seperti itu !” ucap Rosé memberi peringatan.

“Kau tak apa ?” tanya namja itu.

Rosé hanya menganggukan kepalanya. Mereka masih mengenakan masker. Rose tidak tahu siapa namja yang ada dihadapannya.

“Kau tau siapa mereka ?” tanya namja itu lagi.

“Apakah mereka paparazi ?” bukannya menjawab, Rosé justru berbalik tanya sembari melihat sekitar.

“Paparazi ?” tanya namja itu sambil menaikan satu alisnya.

***

To be Continued

𝙸'𝙼 𝙾𝙺 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang