***
Apa yang terlintas dipikiran kalian jika mendengar kata pagi hari ? Indahnya sunrise ? Suasana tenang dan damai ? Udara segar yang berlimpah ? Jalan-jalan pagi, bersepeda, dan berjemur ? Apapun itu jika berkaitan dengan pagi hari tidak masalah bukan ?
Bagi sebagian orang pagi hari menjadi awal dari semua aktivitas bermulai. Pagi hari menjadi jalan untuk melihat dunia baru, pengalaman baru, dan harapan baru. Pagi hari menjadi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan di hari kemarin. Pagi hari juga dapat menjadi sebuah peringatan agar kita selalu bersyukur dalam menjalani hidup. Pada dasarnya, setiap orang dapat mendefinisikan pagi harinya masing-masing.
Berbeda dari kebanyakan orang, Rosé kini sedikit anti dengan pagi hari. Rosé juga takut menyebrang sendirian. Semua bermula dari kejadian yang menimpa dirinya, Jennie, dan Jisoo. Rosé masih ingat betul bagaimana kejadian itu terjadi setiap detiknya. Dari ia melihat melihat Jennie dan Jisoo yang sedang menyebrang jalanan yang cukup sepi. Hingga sebuah mobil hitam melintas dengan cepat dan ugal-ugalan dari arah lain membuat Rosé berlari kencang agar dapat menjangkau kedua sahabatnya. Didorongnya Jennie dan Jisoo sampai keduanya terguling. Rosé dapat melihat bagaimana raut wajah keduanya yang terlihat terkejut. Rosé ingin bangkit, tetapi entah kenapa kakinya terasa sakit digerakan. Rosé mendengar teriakan dari Jisoo dan Jennie. Rosé juga melihat jelas bagaimana mobil hitam yang bergerak semakin mendekat ke arahnya. Rosé memaksa berdiri, kaki yang sakit kini terasa bergetar. Rosé menangis, ia tidak berharap banyak. Hingga sebuah tarikan dari arah belakang membuat dirinya yang nyaris tertabrak kini menjadi aman. Rosé dapat merasakan bagaimana dirinya dipeluk erat oleh seseorang. Rosé tidak dapat menahan tangisnya. Rosé dapat merasakan usapan di lengannya dan ucapan penenang dari orang di belakangnya. Dan ya, orang itu adalah Jeon Jungkook. Orang yang sudah menyelamatkan nyawanya sekaligus orang yang ia tidak suka.
"Kau melamun lagi."
Rosé tersadar dari lamunannya. Ia melihat Jungkook yang sedang duduk di sofa. Ia memejamkan matanya sembari memegang kepalanya yang terasa berdenyut.
"Aww.. shh.."
Jungkook yang melihat itu segera mendekat ke arah Rosé. Dilihatnya wajah Rosé yang menurutnya pucat.
"Kepalamu sakit ? Kau merasa pusing ? Mau kuambilkan obat ?"
Rosé menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Jungkook.
"Berbaringlah, kau harus banyak beristirahat."
Rosé hanya menurut. Pertama kalinya Rosé patuh dengan kata-kata Jungkook tanpa melawan sedikit pun. Jungkook yang melihat itu tersenyum. Ia membantu Rosé berbaring. Betapa terkejutnya ia saat mendapati badan Rosé yang panas.
"Kau demam. Tunggu sebentar, aku akan ambilkan kompres."
Jungkook segera menuju ke dapur. Diambilnya air dan kain kecil. Beruntung dirinya pernah ke apartemen Rosé sebelumnya sehingga mudah baginya tau di mana keberadaan kain dan baskom.
Sesampainya di kamar, Jungkook langsung mengompres Rosé. Ia benar-benar merawat Rosé dengan telaten. Jungkook berharap demam Rosé segera menurun. Tak lupa Jungkook menghubungi Jennie dan Jisoo. Meminta mereka agar cepat pulang dan pastinya memberitahu keadaan Rosé saat ini.
'Sembuhlah, Tupai. Kau membuatku takut.'
Jungkook menatap Rosé lekat. Baru beberapa menit lalu keduanya bertengkar. Tapi kini Rosé sedang terbaring lemah di kasur kesayangannya. Jika boleh jujur, Jungkook lebih menyukai Rosé yang keras kepala, galak, cuek, dan ketus daripada Rosé yang saat ini ada di hadapannya. Jungkook tidak suka melihat Rosé yang lemah, sakit, dan suka menangis. Jungkook berharap Rosé sehat selalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙸'𝙼 𝙾𝙺
Fanfiction"Kau mungkin dekat dengannya, tapi tidak dengan hatinya. Ia mencintai orang lain." "Ya, kau tidak ingin mengecewakan dirinya. Namun, kau membuatku kecewa. Terima kasih." "Kau berhak bahagia, tapi tidak dengan mengorbankan perasaanmu." ** It's about...