♪ ♬ 07 ♬ ♪

1.2K 164 18
                                    

“Belakangan ini kamu pulangnya malem terus ya?”

Sama sekali tidak menoleh atau bahkan melirik, kakinya terus melenggang masuk, menyimpan tas dan menjatuhkan diri di sofa. “Kerjaan aku lagi banyak Ki. Kamu sih enak kerjanya gitu doang, aku kan kerja kantoran, bukan kayak kamu.”

Luki yang baru ikut duduk dan siap menyandarkan tubuhnya mendadak diurungkan, ia hanya diam, pandangannya yang semula hanya pada pria yang sedang melepas penat ini dipalingkan, menunduk, menatapi lututnya yang polos.

“Kamu udah makan?”

“Udah.”

“Aku mau mandi, terus tidur. Aku capek banget.”

“Oke.” Namun sebisa mungkin Luki masih bisa mengembangkan senyumnya. Ia berikan yang terbaik untuk pria yang menjabat sebagai kekasihnya sejak lima tahun lalu.

Sudah selama itu memang, hubungan keduanya selalu dalam keadaan yang baik-baik saja, tanpa cibiran atau apapun meski mereka hubungan sesama jenis. Mungkin karena mereka juga yang tidak peduli, karena itu hubungan keduanya bisa bertahan sangat lama tanpa ada masalah besar, paling hanya masalah-masalah sepele, yang sekali dibicarakan lalu selesai. Seperti tidak ada masalah apa-apa lagi.

Tapi ya Luki juga tikda bisa memungkiri, kalau hubungannya kini terasa tidak dalam keadaan yang baik. Sudah sejak dua bulan terakhir, Yoga dingin terhadap Luki, pulang kerja hampir selalu telat, ya memang karena kerjaan, bukan karena hal lain, pun Luki masih mau meyakini kalau hubungannya dengan Yoga yang mendingin ini juga karena Yoga yang lelah dengan pekerjaan.

Luki masih ingin meyakini itu meski kenyataannya Yoga memang tidak pernah sehangat dulu.

Kini, berbaring di samping Yoga yang terlelap, Luki hanya bisa mengenang masa lalu. Tidak pernah ingin Luki lupakan bagaimana dulu Yoga meminta Luki menjadi kekasihnya. Mereka awam dalam hubungan sesama pria, tapi kali itu Luki benar-benar diperlihatkan keberanian Yoga.

Luki diberikan bunga ketika Yoga menyatakan cinta, tanpa pikir panjang, Luki menerimanya. Luki menyukai Yoga teramat sangat. Dari sana mereka resmi menjadi sepsang kekasih, perhatian keduanya selalu berlimpah, bertahun-tahun berlalu pun masih sama. Tidak ada yang kurang, malah lebih. Hidup Luki berubah jauh sejak ia menjalin hubungan dengan Yoga.

Luki ingat waktu Yoga sakit dan harus istirahat di rumah, Luki juga bolos kerja untuk Yoga, agar bisa menemani Yoga. Pun sebaliknya, waktu Luki sakit dan harus dirawat inap, Yoga izin dari kantor, cuti sehari untuk menemani Luki, meski akhirnya tetap Luki suruh untuk kerja, dan datang saat pulang kerja saja.

Lima tahun bersama, banyak hal manis yang terjadi di hubungan mereka. Luki benar-benar diperlihatkan indahnya suatu hubungan percintaan, begitu juga Yoga. Kalau ditanya apa mereka menyesal menjalin hubungan sesama jenis, jawabannya selalu tidak. Luki sangat sempurna untuk Yoga, pun Luki juga merasa demikian, kalau Yoga adalah pria sempurna. Luki senang yang nemenukannya adalah Yoga, tidak terbayang kalau laki-laki lain. Sejauh ini, manusia paling baik menurut Luki hanya Yoga seorang.

Kalau bisa, Luki ingin hal itu bertahan selama-lamanya, tidak terhenti suatu saat nanti.

“Ki...” matanya mengerjap, mengantuk memang, tapi pandangannya yang kabur masih bisa menangkap wajah Luki, yang tangannya mengusap kasar air mata yang entah kenapa menetes begitu saja. “Ki? Kenapa? Sakit?”

Luki menggeleng cepat, membenarkan posisi tidurnya, menarik selimut, merasa bersalah sudah membangunkan Yoga yang padahal sedang lelah-lelahnya.

“Luki.”

Luki diam, ia pandangi wajah Yoga, kerongkongannya sakit, ia menyesal ia mengingat-ingat masa lalunya. “Aku.. aku sayang kamu Ga..”

“Astaga Luki..”

Our Healing Way (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang