TENG TONG TENG TONG TENG TONG
Sama sekali tidak bisa berhenti, bahkan belnya juga berubah jadi gedoran keras. Luki dari kamar mandi langsung berlari ke arah pintu, ia tau siapa pelakunya, pasti Wira. Hanya Wira yang berani melakkan itu pagi-pagi. Jadi cepat Luki membukakan pintu.
“Berisik Wira!”
Tapi yang lebih dulu menegur malah Eldy, buat Wira dan Luki yang baru melongokan kepala ikut menoleh ke arah yang sama. Menatap bingung pada Eldy yang sudah rapih dengan kemeja di ambang pintu apartemennya sendiri.
Di dalam, Luki menyiapkan tiga teh sekaligus. Masih hening, tidak ada yang bicara meski Wira juga sudah tidak sabar. Matanya melirik Eldy menyesap tehnya, Luki juga hanya menunduk mengaduk-aduk tehnya yang sama sekali belum disesap. Ia makin tidak sabar, bahkan Wira yakin, kalau Gema dan Candra sudah ada disini, mereka juga akan sama seperti Wira. Sayangnya, kedua teman Wira masih di jalan, jadi Wira masih harus menahan kekesalannya.
“Kamu kalo mau kerja, gak papa kok El.”
“Hm.” Eldy menyahut singkat, “Santai lah, masih ada waktu.”
Wira melirik gusar, “Tck.” Dan mendecak main tidak sabar. Matanya melirik Luki baru akan menyesap tehnya. “Kak! Kenapa gak lo aduin aja sih tuh orang ke polisi?! Dia tuh ngelecehin lo Kak! Dia mau merkosa lo, tapi lo mau ngebebasin dia gitu aja? Kak? Lo gila?!”
Luki diam, Eldy juga sama.
“Kak!”
“Aku gak bisa Ra.”
“Ya gak bisa kenapa? Jelas-jelas dia ngelecehin lo!”
“Aku gak ada bukti apa-apa. CCTV? CCTVnya paling cuma ada di lift sama besmen pas aku kabur, di kamar dianya kan gak ada. Lagian, kalo aku ngelapor polisi, studio juga yang namanya jadi jelek. Nanti orang makin mikir aneh-aneh.”
“Tapi kan dia salah Kak! Duuh!” makin-makin tidak sabar.
“Iya, emang salah, tapi waktu aku ngelapor polisi, apa mereka bakal langsung percaya? Aku laki-laki, mau diperkosa laki-laki, apa mereka gak mikir aku cuma ngelawak? Gak bisa Ra, gak ada yang mau ngurusin hal kayak gini. Pelecehan sama pemerkosaan perempuan aja mereka masih anggap remeh ngurusnya, gimana yang kasusnya kayak aku? Waktu mereka tau aku gay, penampilan aku kayak gini, yang ada mereka mikir aku yang ngudang Panji untuk ngelakuin itu.”
Wira diam sejenak. Membenarkan kalimat Luki tapi tetap tidak dengan pilihan Luki yang tidak mau melapor. Setidaknya Wira ingin kliennya itu dapat hukuman yang setimpal.
“Panji juga semalem ngajak ketemu, kamu bisa ikut kalo mau.”
“Jelas lah gue ikut! Mau gue tonjok muka tuh orang! Kesel tau gak? Kenapa sih Kak lo masih mau baik banget sama orang bejat kayak dia?!”
Tapi belum sempat Luki menjawab, bel apartemennya sudah berbunyi lagi. Eldy yang bangkit untuk membukakan pintu, Gema dan Chandra lekas masuk tanpa mengucap salam. Bahkan sapaan pada Eldy yang membukakan pintu saja tidak ada. Keduanya protes hal yang sama seperti Wira, dan sekali lagi Luki menjelaskan alasannya.
“Tapi lo serius gak papa kan Kak? Dia gak ngapa-ngapain lo kan?!”
“Aku gak papa Gem. Nanti kita ketemu sama dia, sama-sama, kita omongin baik-baik.”
“Duh! Heran gue. Orang baik aja masih ada yang jahatin!” Gema mendumal keras. “Boleh gue kebiri gak sih tuh orang?”
“Boleh banget Gem. Gue bantu!” Chandra menimpali kesal.
“Dah, udah.” Eldy baru angkat suara, sejak tadi bungkam, menikmati amarah rekan-rekan kerja Luki, baginya seperti melihat masa lalu. “Kalian ribut-ribut juga gak bakal ada efek apa-apa ke dia. Mending, mulai sekarang, soal nato di luar studio itu mending gak usah aja. Biar aman. Ya emang gak semua klien kayak dia, tapi untuk meminimalisir. Kalo pun harus banget di tempat klien, jangan sendiri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Healing Way (BL 18+) [COMPLETE]
Narrativa generaleEldy mantan animator studio game dan Luki pelukis tato yang tinggal bertetangga di sebuah apartemen sederhana. Ini cerita tentang kehidupan Eldy yang terlibat dengan masalah Luki, yang dimana keduanya berusaha bangkit dari kesalahan di masa lampau. ...