Luki dapat suntikan karena maagnya sudah parah, dokter yang sedang berjaga di klinik 24 jam itu juga mewanti-wanti Luki untuk menjaga pola makannya, menghindari makanan pedas, kafein, dilarang begadang, setres, dan macam-macam yang bisa memicu asam lambungnya meningkat. Luki hanya bisa mengangguk lemas tadi, karena memang lemas, perih di perutnya sudah hilang, mualnya juga hilang karena sudah mendapat obat yang tepat. Tapi tetap lemas, karena selain mendapat wanti-wanti dari dokter, di jalan pulang pun masih kena omelan Eldy.
Entah, rasanya memang malam ini Eldy berubah seperti ibu-ibu yang sedang mengomeli anaknya.
Tidak langsung kembali ke apartemen sendiri, Luki malah mengekori Eldy ke apartemennya. Sekalian untuk makan lagi. Oh, Eldy memang belum sempat makan malam, mandi juga belum karena tadi keburu ada Evan, tapi Luki sudah makan, tetap dibelikan makan lagi oleh Eldy. Luki nurut saja, telinganya lelah mendengar omelan Eldy sepanjang waktu.
“Abis makan jangan langsung tiduran.”
“Nggak, orang aku cuma mau sender-senderan.” Begitu memang kata Luki, tapi setelah memastikan Eldy menghilang untuk mandi, Luki lekas mengangkat kaki, tiduran meringkuk di sofa. Matanya terpaku pada layar tv yang menyiakan acara fashion. Model-model sedang runaway memerkan pakaian tema musim gugur.
Menonton acara tersebut, tiba-tiba Luki jadi teringat soal rambutnya yang semakin panjang. Memang sudah lama Luki tidak potong rambut, malas katanya, tidak ada waktu katanya, padahal Wira yang segitunya sudah biasa dengan Luki yang berambut panjang saja sampai risih sendiri. Memang rambut Luki kini sudah hampir sebokongnya, mungkin besok-besok Luki potong saja, sepunggung seperti biasanya.
Luki suka rambut panjang, entah kenapa, ia suka menguncir rambutnya jadi ekor kuda, atau kepang, atau dikuncir bunhead, apapun. Luki suka, ia pria penganut:
“Women can be masculine without wanting to be a man. Men can be feminine without wanting to be a woman.”
Ya, Luki amat-sangat membenarkan kalimat itu. Ia terlahir sebagai manusia yang bebas, orang-orang juga. Luki tidak masalah orang-orang bicara apa tentangnya, bebas. Pun Luki juga bebas untuk menerima cibiran mereka atau mengabaikannya. Baginya;
Boys and Girls can wear nail polish if they want, they can also do karate.
Luki sangat setuju dengan itu.
Indra pendengarannya ditajamkan kembali setelah beberapa saat melamun, Luki bangkit kembali duduk, sepertinya Eldy sudah mau selesai, tapi tak kunjung keluar. Matanya melirik ke tempat cucian piring, ada dua gelas bekas, Luki ingat soal tamu Eldy tadi, hampir Lupa kalau Evan, orang yang tak jarang Eldy sebut dalam ceritanya hadir di depan mata. Luki tau Eldy sudah melarikan diri sejauh ini, ia penasaran dengan apa yang terjadi tadi. Tapi... tidak enak juga untuk menanyakannya.
Kaki melenggang dari sofa, melihat sekeliling. Selama ini Luki selalu tertarik dengan tumpukan kotak berbalut kertas coklat. Ia tau itu kiriman, pun Luki sempat tanya dari siapa, Eldy jawab dengan gamblang tanpa perasaan yang gimana-gimana, tapi saat Luki tanya kenapa Eldy tidak pernah membukanya, Luki tidak pernah mendapat jawaban apapun.
Kini ia berdiri, memandangi kiriman-kiriman yang ditujukan untuk Eldy. Ada gemuruh aneh di dadanya, mungkin Luki tidak bisa mengatakan masalahnya dengan masalah Eldy sama, memang beda. Tapi Luki benar-benar merasa ia sudah bangkit, terjauh dari niatan untuk mengakhirir hidupnya seperti dulu, tapi kenapa Eldy, hingga kini, sama sekali tidak bisa? Padahal Luki rasa, orang-orang di tempat kerja Eldy itu benar sudah memaafkan Eldy.
“Ki?”
Luki sontak menoleh, “Jangan ngagetin!”
“Ya elo siapa suruh bengong disitu?” Eldy malah mengembang seringai, seraya melenggang ke beranda, menjempur handuknya disana. Begitu masuk, ia lihat Luki sudah duduk di tepi kasurnya, masih memandangi hal yang sama. “Buka aja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Healing Way (BL 18+) [COMPLETE]
General FictionEldy mantan animator studio game dan Luki pelukis tato yang tinggal bertetangga di sebuah apartemen sederhana. Ini cerita tentang kehidupan Eldy yang terlibat dengan masalah Luki, yang dimana keduanya berusaha bangkit dari kesalahan di masa lampau. ...