♪ ♬ 02 ♬ ♪

2.6K 191 20
                                    

“Mas Eldyyy, dipanggil Pak Evan.”

Euh! Nih anak! Bisa gak sih gak teriak-teriak? Emang gue budek apa?”

“Abis dari tadi aku panggilin gak nyaut.”

“Ini gue lagi ribet. Emang lo mau bantuin? Nggak kan?”

Matanya melirik ke meja kerja, “Gak mau, kerjaan Mas Eldy susah. Aku mending bantu Haani.”

“Tck.” Eldy mendecak kesal, bangkit dari kursinya dan menjitak Alfi dengan keras.

“Maaas!”

“Rasain!”

“Mas Eldy sama Mas Alfi berantem terus, kasian tuh Mas Dany sampe pusing. Kalo Pak Evan atau Bos liat, nanti malah kena marah loh.” Sosok malaikat itu datang juga, memisah keributan Eldy dan Alfi yang hampir jadi Perang Dunia ke III. Tidak, tidak, seorang Haani tidak akan membiarkan itu terjadi. Ia sayang dengan kakak-kakaknya ini, jadi sebisa mungkin Haani akan meminimalisir keributan yang ada, seperti sekarang.

“Eh, Mas, sekalian tanyain Pak Evan soal workshop minggu depan ya.”

“Bukannya lo udah tanya ke Bos, Dan?”

“Ah elah, lo tau sendiri Bos kayak apa Mas, iya-iya doang. Aga yang tanya aja jawabannya begitu. Lo tanyain lah ke Pak Evan, please. Sekalian. Kan? Kan?”

“Iya, selow. Gue ke atas dulu.” Eldy melirik Alfi di sofa sudah memegang gun controller siap main, “Tungguin kek.”

“Gak, Mas Eldy lama.” Tolaknya, tanpa menoleh atau apa, siap bertarung melawan kejahatan.

Eldy hanya melengos, keluar Ruang Animasi dengan wajah masam. Ia mengakui kalau hubungan dengan Alfi memang bisa beruah seketika, biasanya ia mengaayomi, bahkan selalu, tapi kadang kesabarannya hilang juga kalau ia sedang pusing dan ribet dengan pekerjaan, kalau ada yang mengajak ribut, ya Eldy ladeni. Seperti dengan Alfi tadi, meski tidak serius.

Masih harus menunggu satu lantai lagi untuk bisa sampai di lantai paling atas, ruangan Evan berada. Di lift, Eldy bersama beberapa anak magang, ia hanya mengumbar senyum karena anak magang yang baru bekerja seminggu ini juga belum terlalu akrab. Sesaat sebelum keluar Eldy merapihkan cepolan rambutnya. Anak-anak rambutnya berdiri karena Eldy terlalu fokur bekerja.

“Duluan Kak.”

“Oh. Iya, iya. Semangat ya.” Baru cengiranya diumbar, anak-anak magang juga ikut cekikikan waktu Eldy memberi semangat. Sebenernya ia agak heran, sudah sejak studio ini berdiri Eldy bekerja sebagai Animator, tapi masih saja bosnya itu ogah menerima karyawan perempuan. Sekadar anak magang pun pilih-pilih. Seperti segitu antinya dengan perempuan.

Tapi ya Eldy paham kenapa Surya, bosnya itu tidak suka menerima pegawia perempuan, menurutnya perempuan itu cerewet, suka bergosip. Padahal Eldy dan yang lainnya pun kandang suka bergosip di ruang animasi, apalagi kalau sohib sejati Alfi alias Galuh datang, habis sudah mereka cerita banyak hal tentang masa kuliah anak muda. Kadang Galuh tidak ragu menceritakan skandal yang terjadi di kampusnya, itu yang buat seru.

Matanya melirik ke ruang presentasi, gordennya tertutup, berarti sedang dipakai, mungkin Surya di dalam, karena yang biasa mengurusi anak magang hanya Surya dan Aga. Pun ia lihat ruangan Sruya juga kosong, berarti benar. Berbeda dengan ruangan di sebelahnya, ruangan Evan, pemiliknya sedang di dalam, serius membaca berkas dengan kacamata yang agak melorot.

Tanpa mengetuk, Eldy langsung menyelonong masuk, “Cowok lo teriak-teriak ke gue tau gak? Sumpah berisik banget.” Dan protes seketika.

Evan menurunkan berkasnya, mengernyitkan keningnya melihat Eldy berwajah masam, “Alfi?”

Our Healing Way (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang