Tugas masak malam diambil alih Eldy karena Luki juga sedang asik mengajak main anjing mereka. Rasanya tiap malam selalu seperti ini sejak anabul itu datang. Luki ajak menari ketika lagu-lagu dari The Charm Park terputar. Agak legas juga karena bukan Eldy yang diajak berdansa kali ini. Anjing mereka senang-senang saja. Berdiri dengan dua kaki belakangnya, melompat-lompat seakan menari. Kadang berlari mengikuti Luki yang juga berlari. Sejak kedatangan anak anjing cockapoo ini, rumah memang jadi lebih ramai.
Luki juga cerita kalau di studio jadi lebih ramai semenjak anjing mereka ikut Luki tiap kerja. Ramai dalam artian seru bermain. Kalau pengunjung masih seperti biasanya, lebih sering yang membuat janji ketimbang yang datang langsung untuk tato. Di studio ada mainan dan kasur khusus untuk anjingnya, benar-benar dimanjakan. Begitu juga di rumah. Tiap bunyi kunci pintu, anjing mereka akan langsung bangun dan berlari, setia menyambut dengan kibasan ekor tanda senang.
“Udahan dulu, ayo makan.”
“Okee~” Luki berjalan cepat ke meja makan, diintili si anjing. Kibasan ekornya makin semangat begitu Luki menarik Eldy untuk ikut berdansa dan dengan mereka.
Eldy sudah melengos-lengos, kedua tangannya diayun-ayunkan Luki ke kanan dan kiri. Inginnya menyudahi, tapi Luki juga sedang senang. Eldy enggan juga menyudahi kesenangan Luki. Sampai suara dering handphone terdengar nyaring. Eldy cepat melepas tangan Luki, berjalan setengah berlari mengambil handphonenya, takutnya telpon penting.
“Lea, sini aja. Eldy mau nelpon.” Luki mengecilkan volume lagunya, melihat Eldy sudah melenggang ke beranda untuk mengangkat telepon. Matanya melirik, anjing mereka yang akhirnya tetap dinamai Lea hanya duduk di samping kaki Luki. Ya, untuk nama, akhirnya Eldy yang menyerah.
Eldy kembali ke dalam dan menyusul ke meja makan setelah menjawab telepon hanya lima menit. Ternyata hanya telpon dari rumah, protes karena Eldy yang sudah lama tidak pulang. Bukannya tidak mau atau hubungan Eldy dengan keluarganya tidak baik, bukan. Eldy hanya bingung, tiap kali pulang pasti akhirnya malah leha-leha, sama seperti di sini, meski kadang mengerjakan kerjaannya juga.
“Ibu nyuruh pulang.”
“Ya pulang lah. Lagian emang udah lama banget kan kamu gak pulang.”
“Hmm.” Eldy menyahut malas. Ya malas, karena artinya Edly harus meninggalkan Luki. Selama ini tiap kali Eldy pulang, Luki tidak pernah ikut, katanya takut tidak diterima, jadi lebih baik di apartemen, meski sendirian, meski kadang tidak tenang. “Ikut Ki.”
“Nggak.”
“Gak bakal gimana-gimana. Mereka gak bakal peduli juga.”
Luki diam, melahap makan malamnya. Luki hanya tidak mau terlarut dalam kenangan dengan Yoga, perihal bagaimana hubungan mereka bisa berakhir dulu.
“Ki.”
“Aku disini aja sama Lea.”
“Serius Ki, gak bakal ada apa-apa. Lagian selama ini juga mereka masa bodo sama aku. Udah setua ini, emang pernah mereka nyuruh aku nikah? Nggak. Orangtua lain mana betah liat aku begini. Ki.”
“Ya tapi kamu homo.”
“Terus?”
“Orang masih belum bener-bener bisa terima sama hubungan kayak kita. Terus kan ini orangtua kamu. Kalo mereka gak suka, kamu mau apa?”
“Ya daripada gini terus, mending sekalian kenalan, jadi tau mereka suka apa nggak. Kalo ternyata gak suka, ya aku gak peduli. Kan yang jalanin hubungannya aku, bukan mereka.”
“Kamu ngerti gak sih?”
“Iya kamu inget soal Yoga, tapi kan gak semua orangtua kayak orangtua dia Ki.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Healing Way (BL 18+) [COMPLETE]
General FictionEldy mantan animator studio game dan Luki pelukis tato yang tinggal bertetangga di sebuah apartemen sederhana. Ini cerita tentang kehidupan Eldy yang terlibat dengan masalah Luki, yang dimana keduanya berusaha bangkit dari kesalahan di masa lampau. ...