“Kak.”
“Hmm.”
“Lo makin deket ya sama Mas Eldy.”
Luki diam sejenak, matanya masih fokus pada bahu sebelah kanan Wira yang sedang ditato olehnya. “Iya ya?”
“Gue ngeliatnya gitu sih Kak. Kayak gue ngeliat lo yang dulu nih udah balik gitu Kak, lo yang masih ada Mas Yoga.”
“Hmm, yaa bagus kan?”
“Bagus lah, gue malah seneng. Akhirnya lo bangkit juga Kak.”
Luki sekadar tersenyum. Ya Luki juga tidak bisa mengelak kalau memang hubungannya dengan Eldy semakin dekat, dalam artian bertetangga, berteman baik.
Hampir tiap pagi mereka bertemu saat mau berangkat kerja, bersama sampai di besmen lalu berpisah. Pulangnya memang tidak, karena Eldy juga masih sering pulang larut, tapi tidak jarang Luki mengajak Eldy mampir untuk makan malam, atau mengobrol sebentar. Kadang Luki juga yang mampir ke tempat Eldy, untuk menonton film dan banyak hal. Bisa dibilang mereka jadi seperti teman curhat. Obrolan keseharian dan banyak hal, buat mereka makin dekat.
Dan soal keterpurkan Luki di masa lampau.
Kepergian Yoga memang masih sangat menyakitkan untuk Luki, bahkan tidak bohong kalau sampai sekarang pun masih terasa menyakitkan. Kartu ucapan selebar KTP dengan tulisan tangan Yoga, Luki simpan dengan baik di dompetnya, agar Luki tetap ingat kalau Yoga ingin ia hidup bahagia sebagaimana mestinya.
Luki memang berkali-kali mencoba untuk mengakhiri hidupnya, namun gagal, pun yang terakhir ketika Luki siap terjun dari beranda kamarnya, Eldy malah datang menyelamatkan. Dari sana ia mulai berpikir, usahanya selama ini untuk menyusul Yoga selalu sia-sia, yang ada luka di tubuh Luki yang makin banyak. Luki sadar kalau memang belum saatnya ia pergi menyusul Yoga. Luki ingin mewujudkan keinginan terakhir Yoga, tentang Luki yang harus hidup bahagia.
Sedikit demi sedikit Luki mulai bangkit. Wira, Gema, dan Candra sangat setia membantu Luki untuk meninggalkan masa terpuruknya, dan ditambah Eldy, yang kehadirannya entah kenapa selalu bisa buat Luki lupa ia pernah sangat terjatuh sampai lupa untuk bangun.
Kedekatanya dengan Eldy berarti banyak untuk Luki, entah kenapa tapi rasanya Luki bisa meyakini hal ini, kalau Eldy yang berperan besar dalam membantu Luki untuk bangkit. Eldy menjadi sosok teman seperti yang dulu Yoga lakukan, meski Eldy tentu tidak bisa menggantikan sosok Yoga, karena mereka tidak sama.
“Tapi ya Kak, lo pernah nanya ke dia gitu gak, soal pacar atau apa gitu?”
“Hah? Nggak lah. Gak sopan lah Ra, gak enak juga aku nanyanya.”
“Dia tuh seumuran lo gitu kan Kak?”
“Iya, kayaknya.”
“Kenapa belum nikah coba?” Wira agak menoleh, meski cepat dikembalikan Luki karena ia masih harus menato bahunya. “Harusnya seumuran Mas Eldy tuh udah punya anak.”
“Ya pilihan orang mana tau Ra? Mungkin aslinya udah punya pacar kali.”
“Belom sih Kak kalo menurut gue.”
"Tau dari mana?”
“Ya kapan pacarannya coba? Balik kerja aja dia malem terus.”
“Ya LDR mungkin.”
Nah Wira baru diam, gantian dengan Luki tadi. “Iya... juga ya Kak?”
“Kan?”
“Berarti... lo gak bisa deketin dia dong?”
Luki lekas menghela napas panjang, “Duh Wira, aku mana mikirin begituan sih? Lagian aku gay, dia nggak. Ngaco ah kamu.”
“Tck, bukan gitu Kak. Kalian tuh cocok aja menurut gue. Mas Eldy tuh sumpah deh dewasa banget, mana baik banget ke kita, mengayomi gitu loh Kak kayak ke adek sendiri, tapi ya suka jail juga sih.” Jelasnya, yang penuh penyesalan di akhir kalimat. “Kalo emang bener lo ada niat kesana sih, ya gue dukung Kak.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Healing Way (BL 18+) [COMPLETE]
BeletrieEldy mantan animator studio game dan Luki pelukis tato yang tinggal bertetangga di sebuah apartemen sederhana. Ini cerita tentang kehidupan Eldy yang terlibat dengan masalah Luki, yang dimana keduanya berusaha bangkit dari kesalahan di masa lampau. ...