26 : ✨Have a nice dream✨

738 103 19
                                    

💉💉💉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💉💉💉

Kau baik,
Kau mengajarkan ku bahagia
Kau mengajarkan ku kesabaran
kau mengajarkanku kedewasaan

Tapi kau jahat,
Karena tidak mengajariku bagaimana caranya tegar dihadapan kepergian mu.

-The book of almost, Brian khrisna-

💉💉💉

Pagi ini, harusnya Sejeong dan Dr. Oh membawa Seoyun bertemu dengan nenek mereka. Pagi ini, harusnya mereka melakukan pertemuan keluarga, dan pagi ini-harusnya ia sedang tersenyum disebelah laki-laki yang kini tertunduk diam diujung ruang.

Seoyun masih terlalu kecil untuk tahu arti kehilangan, ia hanya bisa diam mengamati semua orang yang menangis sembari menatap foto perempuan cantik dengan banyak bunga disekelilingnya. Anak itu menoleh kearah Seri yang menggendong nya, ia tidak rewel, tidak juga tersenyum. Seoyun memperhatikan bibi yang menggendongnya itu, terlihat jelas lingkaran hitam di kedua mata dan senyuman lirih yang menghias wajah sedih itu.

"Sehun-ah, minumlah. Sedikit saja." Entah itu sudah permintaan ke berapa kali yang diucapkan oleh Mama Oh, tapi anak sulungnya itu masih tetap diam membisu.

Sorot matanya kosong, air mata miliknya sudah habis kering di pelupuk. Tatapan itu hanya terfokus pada sebuah cincin pernikahan mereka, kemarin saat ia bisa memeluk istrinya dengan erat di sana didalam mimpi yang terasa nyata Sejeong menitipkan ini untuk ia jaga.

"Sehun-ah."

Dr. Oh masih bergeming saat ayah mertuanya itu duduk disebelah kanannya, menepuk pundak rapuh Dr. Oh yang terlihat sangat lemah.

"Aku akan pulang, semangat operasi nya sayang."

Sejeong benar-benar pulang, ia pulang, tapi tidak ke rumah. Ia pulang ketempat yang paling sejuk dan indah. Tubuh laki-laki itu kembali bergetar, ia menelungkupkan kepala pada tangan lemah miliknya, "Dia bilang akan pulang. Tapi dia meninggalkan ku."

Dr. Malik mengusap punggung menantunya, meskipun mencoba untuk terlihat tapi dia hanyalah seorang ayah yang kehilangan Putri kesayangannya. Laki-laki paruh baya itu turut tersedu di sana, menatap sendu peti berwarna putih yang sudah ditutup. Sebuah tangan mengusap rambutnya membuat Dr. Malik mendongak, istrinya sedang mencoba memaksa senyuman, ia merengkuh tubuh Hana, saling menjatuhkan air mata di pundak.

"She leave us?" Suara Hana bergetar, "Why?"

"Hana..." Dr. Malik mencoba menenangkan istrinya yang kembali menangis, selama semalaman Hana hanya diam mematung menatap pintu rumah, seolah berharap anak semata wayangnya datang dengan senyuman. Dr. Malik mencoba membujuk nya untuk berpikir tenang, tapi seorang ibu memiliki ikatan batin yang begitu kuat terhadap anaknya, berulang kali Hana mengucapkan nama Sejeong dalam tidurnya, sampai pada akhirnya sebuah panggilan yang menyatakan berita yang paling tidak ingin ia dengar.

Covered • Osh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang