22: I wish, I was Special Pt.2 :)

871 124 20
                                    

💉💉💉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💉💉💉

Suara ketukan pintu yang menggema besar di ruang keluarga membuat Dr. Shin mendesah kesal, baru saja ia ingin menikmati hari libur tapi masih saja ada yang ingin mengganggunya.

"Sebentar," teriak perempuan itu lalu berlari kecil kearah pintu, ia memamerkan senyumnya sembari membuka pintu berwarna putih tulang tersebut, "Selamat datang, ada ap—a?"

Dr. Shin tersedak tatkala melihat sesosok Sejeong yang berada dihadapannya dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Mata sembab, dengan rambut yang sedikit teracak dan kantung mata yang membesar serta wajah pucat.

"Sejeong-ah?"

Perempuan itu langsung memeluk erat Dr. Shin dengan erat, menangis di pundaknya,  "Namianhae."

Hanya dua patah kata itu yang terucap sebelum akhirnya perempuan tersebut kehilangan kesadaran. Tubuh Dr. Shin terdorong kedepan saat menahan Sejeong agar tidak jatuh ke lantai, beberapa pelayan rumah langsung mendekat tatkala ia berteriak meminta pertolongan.

Ada seorang perempuan yang tidak baik-baik saja disini.

Mata Dr. Shin terpaku pada koper berwarna abu-abu itu yang berada didepan rumahnya. Tidak mungkin kan?

Hanya itu yang terlintas dipikiran Dr. Shin.

💉💉💉

Kepercayaan itu layaknya sebuah kertas, ketika ia sudah remuk, sangat mustahil kamu bisa membenarkannya kembali.  Karena kepercayaan bisa hilang dalam hitungan detik, namun membutuhkan seumur hidup untuk mendapatkannya kembali, dan jika itupun bisa ia tidak akan pernah sekuat yang pertama.

Dr. Shin hanya bisa diam memperhatikan Sejeong yang masih belum sadar, ia melihat ponsel perempuan itu—entah sudah berapa kali ponsel itu bergetar, tetap dengan panggilan dari orang yang sama.

Dr. Oh.

Ia sengaja tidak mengangkat panggilan itu, karena menurutnya, semakin ia menyelami permasalahan keluarga ini jika diantara kedua belah pihak tidak ada yang mau mengerti, hasilnya akan tetap sama saja.

Apakah rencanaku gagal?

Sementara ditempat yang berbeda, laki-laki kelahiran April itu kembali memutar stir dan tuas mobil, entah sudah berapa jam ia memutari kota Seoul untuk mencari keberadaan istrinya. Memo singkat yang ia berikan pagi tadi dibalas dengan memo kecil yang tidak pernah ingin ia baca.

Dr. Oh tidak tahu jika kejadian sepele semalam benar-benar bisa membuat hubungan mereka yang awalnya baik-baik saja menjadi sehancur ini.

Sungguh kejadian semalam tidak lebih dari salah paham. Tangan laki-laki itu gemetar saat panggilan yang kesekian kalinya tidak kunjung jua diterima Sejeong.

"Laki-laki itu harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah ia perbuat."

Perkataan sang Ayah yang datang—hadir secara nyata di batin Dr. Oh membuat laki-laki itu menghempaskan punggungnya ke kursi mobil, ia tidak ingin menyerah hanya saja ia sedikit lelah hari ini, ditambah dengan Sejeong yang menghilang tanpa jejak.

Covered • Osh ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang