Chapter 32: Succiduous

298 130 92
                                    

Suara teriakan berpadu dengan suara bising lainnya. Ledakan hingga percikan senjata api bersahutan satu sama lain. Pemerintah kota Seito tidak berdiam diri, puluhan personel pasukan khusus turut andil dalam pertarungan rider melawan Tartarus. Namun sayangnya  personel yang diturunkan oleh pemerintah tidak dapat mengatasinya. Banyak korban jatuh dari pihak mereka, perlindungan diri yang minim serta tidak mumpuni jadi salah satu alasan dibalik kegagalan mereka.

"Komandan! Sebaiknya biar kami saja yang menghadapi monster itu. Anda lebih baik fokus untuk mengevakuasi team medis dan warga sipil lainnya!"

Takatora meminta sang Komandan pasukan khusus untuk lebih mementingkan keselamatan warga sipil dan team medis yang masih terjebak dalam lokasi pertarungan. Komandan tersebut terlihat enggan menuruti permintaan Takatora. Namun melihat telah banyak prajuritnya yang menjadi korban, Komandan itu mengangguk tanpa banyak berdebat. Bukannya dia pengecut, tapi perkataan Takatora memang benar adanya.

Pertarungan yang melibatkan hal-hal di luar logikanya memang tidak bisa mereka imbangi. Percuma mereka menghabiskan ratusan selongsong peluru dan granat tangan. Nyatanya benda-benda yang dibuat oleh ilmu pengetahuan itu tidak dapat menembus pertahanan sang Dewa.

Meraih Handy Talkie miliknya, akhirnya Komandan itu memerintahkan pasukannya untuk mundur. Misi mereka berubah dalam sekejab, warga sipil, team medis, serta korban terluka adalah prioritas mereka kini. Rider beserta Caoranach mengambil alih pertempuran setelah itu.

"Kita harus segera menghubungi teman-teman!" seru Kiriya seraya melesatkan panah laser dari senjatanya ke arah Tartarus.

"Kita tidak mungkin bisa menyerang terus seperti ini!"

"Kemampuan kita masih kurang untuk menghentikan Tartarus!" imbuhnya lagi dengan nafas tersengal.

Haruto yang berada di dekatnya juga memikirkan hal yang sama. Tapi sungguh dia juga kini kebingungan. Dia tidak mengetahui cara untuk menghubungi mereka.

"Haruto...,"

Mendadak Haruto mendengar suara Koyomi berputar di pikirannya. Fokusnya hilang, dia mulai menoleh kesana kemari untuk mencari dimana suara itu berada. Hingga satu serangan jarak jauh dari Tartarus tidak terlihat olehnya. Beruntung Takatora dengan singgah melompat ke arahnya dan menangkisnya. Membuat Haruto terkejut dan kembali menyadari posisinya.

"Ada apa denganmu Wizard?!" protes Takatora setelah berhasil menangkis serangan Tartarus.

"Fokuslah! Kita tengah berada di pertempuran!" sergahnya lagi seraya menembakkan senjatanya kembali ke Tartarus.

"Ma-Maaf...," ucap pelan.

"Tapi aku sepertinya mendengar suara Koyomi!" imbuhnya lagi. Tatapan kebingungan jelas terlihat pada kedua netra hitamnya.

"Apa?!" Takatora terkejut, bisa-bisanya Haruto mengkhayalkan suara Koyomi ditengah pertarungan sengit ini, "bagaimana bisa?"

Haruto hanya menaikkan bahunya tanpa menjawab. Dia berusaha untuk kembali fokus ketimbang memikirkan hal yang tidak dapat dijelaskan alasannya.

"Haruto...,"

Suara itu kembali menggema dalam pikirannya. Haruto kembali menoleh—mencari sumber suara.

"Koyomi?" guman Haruto mulai menajamkan indera pendengarannya.

"Kami akan segera datang! Bertahanlah sedikit lagi!"

Suara lembut itu menghilangkan semua kecemasannya. Sepertinya Koyomi menggunakan ikatan batin mereka untuk menyampaikan pesan tersebut. Senyum tersungging di bibir tipis pria tinggi itu, dia mengangguk samar. Pedangnya kembali terangkat mantap, demi Koyomi dan umat manusia.

[FF] Tʜᴇ Gᴀᴛᴇ Oғ Dᴇꜱᴛɪɴʏ [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang