Chapter 9: Somebody To Hold

857 157 67
                                    

Pagi menjelang menyapa kota Seito, udara pagi kali ini begitu berbeda dari biasanya. Angin bertiup lebih kencang dari sebelumnya menyebabkan rasa dingin yang sangat terasa ketika menyentuh kulit. Haruto menggosokkan kedua tangannya untuk menghilangkan rasa dingin yang dia rasakan. Dia merapatkan jaketnya agar tubuhnya terlindungi dari rasa dingin. Haruto mengambil handphone dari saku celananya dan mencoba menghubungi Takatora namun tidak ada jawaban. Haruto mencoba menghubungi CR tapi hasilnya juga sama, tidak ada jawaban.

"Cih! Mereka semua ada dimana!" omel Haruto ketika tidak ada seorangpun yang menjawab teleponnya.

Haruto mencoba sekali lagi menghubungi Takatora namun tiba-tiba Garu, alat pelacak miliknya terbang menghampiri Haruto dan memberikan tanda bahaya. Haruto lalu segera pergi secepat mungkin menuju CR dan memacu motornya dengan kecepatan tinggi.

Begitu sampai di CR, Haruto menemukan semua orang tergeletak di lantai. Haruto merasakan adanya aura sihir diruangan tempatnya berada. Benar saja, ketika Haruto menyentuh Kuroto yang tergeletak tepat di dekatnya dia merasakan mantra tidur mengelilinginya. Haruto mengambil cincin sihirnya dan mulai membangunkan semua orang satu persatu.

"Argh—Kepalaku!" Kuroto memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit ketika mulai sadar.

Satu per satu orang-orang yang tertidur mulai terbangun. Mereka terlihat kebingungan dengan apa yang sedang terjadi.

"Minna! Daijoubou desu ka?" tanya Haruto khawatir.

"Doushita no?"  tanya Haruto lagi.

"Ah, Aku tidak tau pasti!" jawab Hiiro yang bersender di dinding berusaha mengingat kejadian yang terjadi sebelum mereka tertidur.

"Yang aku ingat hanya, aku merasakan kantuk yang luar biasa lalu terjatuh!" jawab Hiiro lagi berusaha berdiri.

Kiriya dan Taiga terlihat masih merebahkan diri mereka di lantai. Otak mereka masih berusaha memproses yang terjadi.

Poppy terlihat masih setengah sadar, tak di sengaja dia meletakkan kepalanya disamping Pallad yang kala itu menguap dengan mata setengah tertutup dan bersandar di tembok.

Takatora dan Haima memegangi punggung mereka, sepertinya ketika mereka tertidur mereka tidak sengaja terjatuh dari kursi yang mereka duduki. Bahkan kursi tempat Haima duduk menimpa dirinya.

Butuh beberapa saat untuk Haruto mengingat bahwa Emu masih berada di ruang berbeda dengan mereka.

"OH TIDAK! EMU!!" teriak Haruto seketika.

Haruto berlari menuruni tangga dan segera menuju ruangan tempat Emu dirawat. Betapa leganya dia melihat Emu masih tertidur diruangan itu. Namun entah mengapa ketika Haruto mulai mendekat dia merasakan bulu kuduknya berdiri.

"Emu!" Poppy dan Hiiro menyusul Haruto.

"Syukurlah!" sahut Poppy dengan wajah lega.

Mereka bertiga kemudian menghampiri Emu. Haruto melihat ada yang aneh dengan Emu. Wajahnya sangat pucat , warna pink hangat yang selalu menghiasi wajah Emu memudar. Kemudian Hiiro mendekati Emu ingin memastikan keadaannya. Namun ketika Hiiro memegang tangan wanita yang dicintainya itu matanya terbelalak dan kepanikan menghampirinya.

"Haruto-san!" suara Hiiro tercekat di tenggorokannnya.

"Tu-Tubuh Emu sangat dingin!" sahutnya lagi.

Poppy dan Haruto menyentuh Emu dan membenarkan perkataan Hiiro. Tubuh Emu sangat dingin seperti es.

"Emu! Emu!" Poppy menggoyangkan badan Dokter muda itu mencoba membangunkan Emu namun tidak ada respon.

[FF] Tʜᴇ Gᴀᴛᴇ Oғ Dᴇꜱᴛɪɴʏ [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang