Brak!!
Pintu kayu besar berwarna hitam dengan ukiran rumit yang menghiasi keduanya dengan kasar dibuka oleh Luigne. Air mukanya terlihat menegang, urat pada lehernya terlihat jelas melukiskan kemarahan yang menguasainya kini. Abhartach berada di belakangnya diikuti oleh sejumlah pengawal yang membawa para rider yang telah mereka belenggu dengan alat seperti borgol yang ukuran lebih besar dan berat daripada borgol pada umumnya.
Luigne duduk di singgasananya dan melihat ke arah para rider yang didorong oleh para pengawalnya hingga mereka terjatuh kelantai dan dipaksa untuk bersujud di depan Luigne. Alis mata Luigne sedikit terangkat dan menatap hina ke arah para rider yang tidak berdaya.
"Jadi langsung saja pada inti permasalahan! Bagaimana kalian menemukan tempat ini dan bisa berada di tempat ini?!" tanya Luigne dengan meninggikan suaranya dan menatap angkuh kepada para rider yang kini terbelenggu tidak berdaya.
"Apa untungnya kamu mengetahuinya?!" ucap Kuroto memicingkan matanya terlihat kesal dengan keangkuhan Luigne.
"Beraninya kamu bersikap tidak sopan kepada Raja!" teriak Abhartach lalu menendang Kuroto tepat di dadanya membuatnya terjungkal menatap tanah.
"KUROTO/GEMN!" ucap rider lainnya khawatir. Taiga yang berada di dekat Kuroto berusaha membantunya dengan susah payah karena masih dalam keadaan terbelenggu.
Para rider menatap penuh kebencian kepada Abhartach dan Luigne. Mereka kira mereka siapa bisa memperlakukan mereka seperti ini. Di tengah kejadian intens tadi Takatora mendekati Haruto dan berbicara padanya perlahan.
"Haruto, alat itu tidak rusakkan? Mengapa alat itu salah mengira jika boneka jerami itu adalah Emu?" bisik Takatora pelan kepada Haruto seraya menatap gelisah.
Haruto hanya menggelengkan kepalanya menandakan dia juga tidak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi pada alat itu. Namun sedetik kemudian Haruto merasakan pergerakan pada kantung celananya. Alat pelacak yang dia gunakan untuk mengetahui keberadaan Emu bereaksi dan tiba-tiba melayang keluar dari kantungnya dan mengeluarkan cahaya ungu pada jarum penunjuknya.
Semua orang yang ada diruangan itu mau tidak mau teralihkan perhatiannya kepada benda yang muncul tiba-tiba dari Haruto. Luigne mendekati alat itu dan memegangnya. Dia melihat ujung jarum itu mengeluarkan sinar ungu menunjuk ke arah utara. Luigne berbalik arah menoleh ke arah Haruto yang terlihat gugup ketika alat itu keluar sendiri dari kantongnya dan menyita perhatian semua orang yang ada disana, bahkan pihak musuh.
"Bisa kamu jelaskan alat apa ini?" ucap Luigne menatap lurus ke Haruto seraya membolak balikkan alat itu ditangannya.
Haruto tidak menjawab pertanyaan Luigne, dia menoleh ke arah Kouta meminta petunjuk dengan isyarat. Kouta yang melihat Haruto menoleh ke arahnya lalu menatap ke arah Luigne.
"Kami akan memberitahu kegunaan alat itu. Tapi dengan syarat!" Kouta melakukan negosiasi kepada Luigne. Dia berpikir jika mereka bisa bekerjasama walau hanya untuk sementara mereka bisa menyelamatkan Emu dengan cepat.
"Aku mendengarkan, lanjutkan!" Luigne menyimak permintaan Kouta dengan hati-hati.
"Bebaskan kami sekrang. Kita akan bekerjasama untuk menemukan Emu-chan. Setelah itu kita bisa bertarung dengan adil untuk menentukan siapa yang berhak atas Emu-chan. Bagaimana?" Kouta menekan suara dengan intonasi setenang mungkin berusaha meyakinkan Luigne.
Rider lain yang mendengar usul dari Kouta mau tidak mau menyetujui rencana tersebut. Menurut mereka rencana yang diajukan Kouta lebih baik daripada mereka mati konyol di tangan Luigne saat ini. Luigne tampak berpikir sejenak setelah mendengarkan penawaran Kouta. Abhartach mendekatinya dan berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF] Tʜᴇ Gᴀᴛᴇ Oғ Dᴇꜱᴛɪɴʏ [✔️]
Fantasía[COMPLETE] Tidak pernah terbayang jika kehilangan seseorang yang teramat dicintai bisa merubah takdir kehidupan. Luka yang tertoreh membuat sebuah lubang di dalam hati dan bisa menenggelamkan jiwa pada kegelapan yang teramat dalam. Houjou Emu tidak...