Chapter 5 : The Truth Seeker

712 165 8
                                    

Zawame city di pagi hari, riuh dengan berbagai aktifitas rutin oleh para pengejar mimpi. Damai tanpa ada ketakutan lagi yang akan menghancurkan impian. Semua orang berjalan menyusuri jalan-jalan kota dengan senyuman yang penuh dengan harapan. Ya, kota ini telah dibangun kembali dengan harapan dan mimpi yang kuat. Setelah bertahun-tahun lalu harapan itu hampir hilang dari hati masyarakat.

Takatora menyeruput kopinya sambil menatap layar laptop di depannya. Dia memeriksa laporan mengenai beberapa fasilitas yang akan mendapatkan suntikan dana dari Yggdrasill Corp. Takatora berencana untuk menanamkan saham pada RS.Universitas Seito dan Gemn Corp. Takatora tidak tau apa motivasinya menyetujui proposal yang dikirimkan oleh kementerian kesehatan tapi Takatora cukup tertarik dengan CR yang ada di Rumah sakit itu terutama kerjasama mereka dengan Gemn Corp dalam menangani wabah game. Dia menjadi ingin lebih tau mengenai CR lebih dalam lagi.

Takatora meraih I-pad miliknya dan mulai mengechek jadwalnya untuk hari ini. Takatora berencana untuk mengunjungi RS.Universitas Seito untuk meeting dengan Direktur dan para Dokter yang bertanggung jawab di CR. Kementerian kesehatan telah memberikannya ijin untuk bertemu langsung dengan mereka. Lagipula itu merupakan salah satu syarat yang Takatora ajukan sebagai kompensasi menanam saham disana.

"Meeting-nya dimulai pukul 10:00. Masih ada waktu 4 jam lagi. Seito dan Zawame terpisah jarak sekitar 1 jam. Sepertinya aku akan berangkat pukul 07:00 agar tidak diburu waktu." guman Takatora pada dirinya sendiri.

"Selamat pagi, Nii-san" Takatora menoleh dan melihat adiknya Mitsuzane yang menghampirinya membawakan sandwich tuna untuk sarapan.

"Pagi, Mitsuzane!" sapa Takatora kepada adik satu-satunya itu.

"Jadi pergi ke Seito?" tanya Mitsuzane mengintip jadwal yang Kakaknya pegang.

"Tentu saja! Sebagai pemegang saham, aku harus memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Apakah kamu mau ikut?" Takatora bertanya kepada Mitsuzane.

"Mungkin lain kali saja. Lagipula hari ini aku ada meeting menggantikan Nii-san dikantor karena kunjungan Nii-san ke Seito. Apa Nii-san lupa?" Mitsuzane menimpali ajakan kakaknya.

Takatora tersenyum lalu menepuk dahinya.

"Oh, iya hampir saja aku lupa! Gomenne Mitsuzane, aku jadi merepotkanmu." Takatora mengelus pundak adiknya meminta maaf.

"Ah, tidak perlu minta maaf Nii-san! Aku tidak merasa direpotkan!" senyum mengembang di wajah Mitsuzane, dia merasa senang bisa membantu kakaknya dengan kemampuan yang dimilikinya.

Takatora menatap wajah adiknya, dia menyukai sifat adiknya yang sekarang. Setelah melalui banyak hal yang menyulitkan. Pengalaman itu benar-benar membuat Mitsuzane menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab. Dia menjadi pribadi yang lebih ceria dan yang paling penting hubungan mereka menjadi lebih erat dari sebelumnya. Takatora benar-benar bersyukur.

KRING!

Dering suara handphone Takatora menghentikan perbincangan antara kedua kakak adik itu. Takatora mengambil handphone dari atas meja dan menatap layar handphonenya.

Nomor tidak dikenal. Siapa yang menelpon pagi-pagi seperti ini.

Takatora mengangkat telpon dari nomor tidak dikenal itu. Belum sempat Takatora berbicara, orang yang menelponnya sudah lebih dulu menyapanya dengan nada yang sangat akrab.

"Ne, Takatora-san. Bagaimana Kabarmu? Aku punya kabar penting untukmu."

Takatora segera mengenali suara itu. Tidak salah lagi ini adalah suaranya pria itu.

[FF] Tʜᴇ Gᴀᴛᴇ Oғ Dᴇꜱᴛɪɴʏ [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang