Waktu itu layaknya sungai. Manusia tidak akan bisa menyentuh air sungai yang sama. Karena kita semua paham jika air yang telah mengalir tidak akan mengalir kembali ditempat yang sama untuk kedua kalinya. Realita itulah yang kini menghantam Merlinus, sang penyihir hitam dengan keras. Penyesalan karena telah melakukan tindakan bodoh tidak hentinya dia gumankan setiap kali tubuhnya dihantam oleh Tartarus sebagai penyaluran kemarahan atas barrier yang menahannya untuk menuju dunia manusia. Kalimat pengandaian tercekat dalam setiap nafas yang ditariknya. Waktu yang telah dia buang untuk menyiapkan kebangkitan Tartarus, mendadak ingin ditariknya kembali walaupun dia tau jika itu adalah hal yang sangat mustahil.
Waktu yang berlalu mustahil akan bisa dikembalikan lagi dan sayangnya memang itulah kenyataannya.
Terkulai-Merlinus mencoba mengatur deruan nafasnya yang tak beraturan ditengah kepayahan yang menguasainya. Matanya yang kuyu bergerak lemah, melihat sang Dewa Tartarus yang memperlihatkan keperkasaannya. Sang Dewa menerjang barrier kasat mata yang mengungkungnya dengan membabi buta. Semburan bola api panas berulang kali dilepaskannya demi menghancurkan satu-satu penghalang yang merintanginya untuk menuju dunia yang ingin dikuasainya mutlak.
Dunia manusia.
Merlinus diam dengan mata menutup perlahan. Mengumpulkan sisa tenaganya. Dia kembali merapalkan mantra penyembuhannya. Mantra yang sedari tadi menolongnya untuk tetap bertahan ditengah gempuran Tartarus. Mantra yang membuat masih bisa bertahan dan tidak mati konyol dengan cepat. Mendengus- entah mengapa dia tidak yakin jika dia beruntung atau sial memiliki kemampuan penyembuhan yang mumpuni. Hingga dia harus bolak balik merasakan hidupnya yang diujung tanduk setiap kali tubuhnya sembuh dalam waktu singkat.
Ah, mungkin akan lebih mudah jika dia tidak memiliki kemampuan penyembuhan saat ini. Dia akan dengan mudah mati, lalu bereinkarnasi kembali. Setidaknya itu yang terlintas dalam pikirannya kini.
Tapi, apakah akan sesederhana itu?
Raungan penuh amarah terdengar kembali. Tartarus yang frustasi dengan barrier kokoh yang mengurungnya, mengepakkan sayap solid-nya dan mulai menerjang barrier itu dengan tanduk tajamnya tepat di titik dimana dia menyemburkan bola api dengan membabi buta. Pada serangan langsung pertama, barrier itu tidak bergeming-masih menunjukkan betapa kokohnya sihir yang digunakan. Bukannya menyerah begitu saja, Tartarus yang tidak pernah mau kalah meneruskan serangan langsungnya tanpa jeda dengan kekuatan yang semakin meningkat.
Keadaan sekitar mendadak memanas. Suhu yang meningkat signifikan menandakan kekuatan yang meningkat dari tubuh Tartarus tidak bisa dipandang sebelah mata. Terjangan selanjutnya menimbul bunyi retakan yang membuat panik sang pencipta barrier yang terlihat mulai tersengal-kelelahan. Seringai miring dengan mata kepercayaan diri penuh menghiasi rahang keras milik Sang Dewa. Berkeyakinan penuh, Sang Dewa yakin barrier yang mulai melemah itu akan segera hancur dalam hitungan menit bahkan detik.
Merlinus menegak ludah -menyapu tenggorokan keringnya. Ditengah kesakitan dia kini berharap Sang Dewa dapat menghancurkan barrier sihir itu dan segera pergi ke dunia manusia. Pikiran jahat kembali mengaliri setiap sudut otaknya. Jika Sang Dewa menyerang dunia dan melupakan keberadaannya, tentu saja itu kesempatan untuknya pergi menyelamatkan dirinya sendiri menuju dimensi dimana tidak akan ada orang yang akan menemukannya. Dimensi dimana hanya sihir hitam tingkat tinggi yang bisa menembusnya.
Disisi lain, Minos dan Aecus yang membangun barrier sihir dengan mantra tingkat tinggi mulai menunjukkan kepanikkannya. Awalnya mereka yakin bisa menahan Sang Dewa hingga ritual penyegelan akan dilakukan. Sayangnya kini mereka mendengus pesimis setelah menghadapi kenyataan jika kekuatan barrier mereka dengan cepat melemah dihadapan Sang Dewa, Tartarus. Wajah keduanya memucat dengan wajah semakin tersengal-lelah. Tenaga mereka terkuras telak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF] Tʜᴇ Gᴀᴛᴇ Oғ Dᴇꜱᴛɪɴʏ [✔️]
Fantasía[COMPLETE] Tidak pernah terbayang jika kehilangan seseorang yang teramat dicintai bisa merubah takdir kehidupan. Luka yang tertoreh membuat sebuah lubang di dalam hati dan bisa menenggelamkan jiwa pada kegelapan yang teramat dalam. Houjou Emu tidak...