Chapter 34: Saoirse

240 101 171
                                    

Tercengang—tanpa mengerti apa yang baru saja terjadi. Mungkin itulah yang dirasakan semua orang kini. Mereka berdiri tanpa bergerak dari tempat mereka berpijak kala melihat Tartarus yang menghilang dalam waktu hitungan detik. Yang tidak kalah mengejutkan lagi, kelima orang yang berada ditengah lingkaran ikut menghilang tanpa jejak.

Haruto dan Kouta yang mulai perlahan menyadari hilangnya mereka berlima mulai mengalihkan pandangan kepada Abhartach. Mereka berlari mendekati penyihir tua itu berharap mendapatkan jawaban yang mereka inginkan.

"Dimana mereka, Abhartach?"

Namun ketika Abhartach mempertanyakan hal yang sama dengan wajah kebingungan, kedua rider senior itu sadar jika Abhartach sama seperti mereka, tidak mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi.

"BANGSAT KAU HARUTO!"

Haruto dikejutkan dengan teriakan marah Pallad dari balik barrier. Bugster muda itu memukuli barrier dengan brutal, terlihat jelas kemarahannya telah menguasainya. Tidak hanya Pallad, semua orang yang terjebak dalam barrier itu terlihat memanas karena emosi yang meningkat.

Haruto dan Kouta saling bersitatap lalu bungkam seribu bahasa. Sungguh mereka tidak tahu harus menjelaskan apa kepada sekelompok orang yang telah tersulut kemarahan akibat kejadian yang baru saja terjadi. Mata Haruto kemudian bertemu dengan Koyomi. Wanita muda itu terlihat juga menuntut penjelasan, hingga membuat Haruto yakin, Koyomi juga tidak mengetahui tentang ritual yang baru saja mereka jalani demi mengembalikan kedamaian bumi ini.

"BEBASKAN KAMI BRENGSEK!" umpat Kuroto tak kalah kalap. Bagaimanapun juga melihat apa yang terjadi dengan Emu membuat amarahnya meningkat dengan signifikan.

"Haruskah kita membebaskan mereka?" tanya Caoranach mendekati Haruto dengan wajah kebingungan.

Haruto masih termangu—menimbang apa yang harus dia lakukan. Dia memandang Abhartach yang juga terlihat tegang. "Apa yang harus kita lakukan?"

"Tidak bijak sepertinya jika kita membiarkan mereka terkurung. Tapi—" Abhartach menjeda sejenak lalu menghembuskan nafas berat. "Jika kita membebaskan mereka ketika mereka masih dikuasai emosi, itu juga tidak baik untuk kita!"

Caoranach, Haruto, Kouta, dan Abhartach mengalihkan pandangan pada Pallad dkk yang masih berusaha menerobos barrier ciptaan Caoranach. Emosi masih jelas menguasai mereka. Jika mereka membebaskan mereka semua tanpa penjelasan. Mereka semua yakin jika sekelompok rider itu akan menyerang mereka dan perkelahian tidak bisa terelakkan. Sedangkan mereka sudah tidak ingin ada pertarungan lagi.

Selain itu kini mereka tengah memikirkan apa yang terjadi dengan Emu, Hiiro, Luigne, Rhadamantys, dan Apotropaios. Banyak pertanyaan berputar di kepala mereka. Terutama kemana hilangnya mereka bersama dengan Sang Dewa Tartarus.

Apakah mereka ikut terseret ke dunia bawahJika iya, apa yang akan terjadi dengan mereka?

Haruto tidak ingin berspekulasi lebih dalam lagi begitu juga Abhartach. Yang kini bisa mereka lakukan adalah membantu pemerintah Seito dalam pemulihan kota pasca serangan Tartarus.  Serta bagian tersulit adalah menjelaskan keputusan sepihak mereka dalam melakukan ritual kepada para rider dan mengapa mereka tidak dilibatkan didalamnya.

Sungguh Haruto dan Abhartach berharap Pallad, Takatora, Kiriya, Taiga, serta Kuroto dapat mengerti dengan keputusan mereka.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[FF] Tʜᴇ Gᴀᴛᴇ Oғ Dᴇꜱᴛɪɴʏ [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang