"Sensei, aku menemukan sebuah manuscript aneh!" Alis Takatora mengernyit seraya melihat manuscript itu lalu memberikannya kepada Ichigo.
Ichigo memicingkan matanya dan berusaha melihat lebih jelas manuscript yang di maksud dari balik kacamatanya setengah bulan miliknya. Manuscript itu terlihat sangat tua dan lusuh, ada beberapa noda coklat yang membuat tulisan di dalamnya tidak terbaca dengan jelas. Namun ichigo mengenali tulisan itu.
"Ah, sepertinya aku membutuhkan kaca pembesar! Sebentar-" Ichigo mencari kaca pembesar untuk melihat lebih baik kemudian melihat manuscript tua itu dalam pencahayaan terang lampu belajar.
"Ini sepertinya manuscript tua, mungkin sekitar abad 14. Terlihat dari karakteristik kertas yang digunakan. Ehm, ini tertulis dalam bahasa Irlandia kuno" ucap Ichigo menghela nafas pendek.
"Aku mungkin handal dalam bahasa Jepang, Inggris dan Jerman. Namun untuk bahasa Irlandia aku butuh waktu!" ucap Ichigo seraya menyeringai kepada Takatora.
"Baiklah, Sensei mengerjakan manuscript itu saja dulu. Siapa tahu akan berguna" ucap Takatora lalu kembali menuju meja tempat dia mencari informasi.
Disudut lain, Kuroto terlihat frustasi dengan tumpukan buku yang ada di depannya. Dia menyesal telah mengajukan diri untuk membantu mencari informasi mengenai dunia yang sebenarnya dia tidak mengerti sama sekali.
"ARGH! AKU BENCI MEMBACA BUKU!" jerit Kuroto seraya mengacak-acak rambutnya. Wajahnya tenggelam dalam tumpukan buku yang ada dihadapannya.
"Ayolah Kuroto-san! Jangan menyerah! Bukan kamu saja yang benci membaca tumpukkan buku ini! Aku saja sampai mual melihat buku-buku yang harus aku baca!" Haruto memasang wajah malas.
Takatora mengelengkan kepalanya beberapakali mendengar keributan yang ditimbulkan oleh Haruto dan Kuroto. Tiada hari tanpa keributan yang selalu diawali oleh mereka berdua.
"Sudah! Sudah! Kalian berdua jangan mengeluh! Lanjutkan saja tugas kalian!" ucap Takatora ketus tanpa mengalihkan wajahnya dari buku yang dia baca.
Haruto dan Kuroto memandang kesal kepada Takatora dan mulai menggerutu yang tidak jelas seraya melanjutkan membaca buku yang tumpukannya sudah seperti Tokyo Tower, sangat tinggi.
Sudah hampir seminggu mereka mencari informasi tentang bagaimana cara menemukan buku sihir yang bisa membuat gerbang antar dua dimensi dunia untuk mencari Emu yang telah dibawa entah kemana oleh Luigne. Takatora dan Ichigo mungkin bukan orang bermasalah dengan buku-buku, namun bagi Haruto dan Kuroto ini salah satu neraka terkejam buat mereka.
"Haruto! Maukah kamu mendengar titah Dewa!" Mendadak Kuroto mendekat menuju kursi Haruto seraya memasang wajah polos tidak berdosa namun tetap aura keseombongannya tidak hilang.
Haruto mengangkat bahunya seakan tidak peduli dengan perkataan Kuroto dan mengalihkan pandangannya ke buku yang dia baca lagi. Namun Kuroto tidak henti-hentinya menganggunya.
"Baiklah! Apa titahmu D-E-W-A!" ucap Haruto jengkel lalu menyerah dengan sikap Kuroto yang tidak bosan mengganggunya sebelum dia menuruti permintaan si Game Master itu.
"Bacalah semua buku yang pria tua itu berikan kepadaku! Kamu akan menerima berkat dari Dewa karena telah membantu mengerjakan tugas manusia biasa! Bagaimana penawaran bagus bukan?" Haruto menganga seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Yang benar saja.
"Maaf ya DE-WA! Tapi manusia biasanya ini tidak perlu berkat dari DEWA SEPERTIMU!" ucap Haruto kesal yang akhirnya menyulut kemarahan Kuroto.
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF] Tʜᴇ Gᴀᴛᴇ Oғ Dᴇꜱᴛɪɴʏ [✔️]
Fantasía[COMPLETE] Tidak pernah terbayang jika kehilangan seseorang yang teramat dicintai bisa merubah takdir kehidupan. Luka yang tertoreh membuat sebuah lubang di dalam hati dan bisa menenggelamkan jiwa pada kegelapan yang teramat dalam. Houjou Emu tidak...