Chapter 33: Sacrifice

307 120 142
                                    

Sekarat—mungkin kata itu yang dapat mencerminkan keadaan kota Seito saat ini. Bagaimana tidak! Hampir setengah kota terdapat lubang menganga besar. Pepohonan telah menjadi bahan bakar untuk api yang membara. Api yang melahap gedung-gedung bertingkat serta kendaraan yang kini terbengkalai ditinggal pemiliknya.

Udara sekitar mencekik setiap kali hirupan nafas masuk ke dalam tenggorokan. Lebih banyak karbondioksida daripada oksigen murni yang dihasilkan. Membuat siapa saja yang berada disana bisa kehilangan kesadarannya dalam sekejab.

Berjuang—kini hanya itu yang bisa dilakukan sekelompok orang demi mengembalikan Seito pada keadaan semula.

"Dimana Rhadamantys?" seru Luigne semakin frustasi ketika melihat keadaan mereka telah payah dan lelah.

Tidak ada yang menjawab, karena pada kenyataannya mereka tidak mengetahui jawabannya. Abhartach menggerakkan giginya mencoba menahan emosinya yang ingin meluap. Rhadamantys sungguh menggiring mereka ke jurang kematian. Sang hakim dunia bawah itu menjanjikan akan segera mengakhiri semua ini. Namun hingga kini, dia belum juga menunjukkan batang hidungnya.

Cerberus dan Chimera yang didapuk oleh Tartarus untuk 'bermain-main' dengan mereka sungguh telah menguras tenaga mereka. Berhadapan dengan binatang buas tidaklah mudah. Liar dan tidak bisa ditebak membuat mereka susah untuk meng-handle keduanya.

Bahkan yang mencengangkan, kekuatan Taiga dalam mode Kamen Rider Cronus tidak dapat membantu banyak. Kekuatannya dalam menghentikan waktu ternyata tidak berpengaruh bagi makhluk mitologi itu. Bahkan Tartarus sempat mencemoohnya. Apalagi setiap mereka menyerang kedua makhluk buas itu hingga melukainya, mereka dapat pulih dengan cepat. Sedang Taiga dan rider lainnya sudah mulai kehabisan tenaga mereka.

Mode kiwami dan kachidoki milik Kouta dan Takatora juga tidak membantu banyak. Setiap kali mereka menyerang Cerberus dan Chimera, kedua binatang buas itu dapat menangkisnya. Bahkan Tartarus membuat serangan keduanya berbalik menyerang mereka. Hingga mereka terkadang harus merasakan kekuatan mereka berbalik menyerang mereka.

Emu dan Haruto yang juga menggunakan final form, harus berjuang mati-matian untuk melindungi rider lainnya. Namun kekuatan mereka seakan tidak ada apa-apa nya dengan kekuatan Tartarus yang tidak terbatas. Mereka hampir mencapai batas. Mereka lelah secara fisik maupun mental.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Emu kepada Haruto penuh kecemasan.

"Rencana apa yang kalian pikirkan sebenarnya?" imbuhnya lagi seraya menoleh kearah Haruto yang membisu.

Haruto merasakan kecemasannya. Seandainya Emu dapat melihat raut wajahnya dari balik pelindung kepalanya, Emu pasti dapat menangkap raut kecemasan berlebihan dari wajahnya.

"Hiiro! Pallad!"

Atensi keduanya terpecah begitu mendengar teriakan Kiriya. Keduanya menoleh begitu melihat kedua rider itu diterjang oleh Cerberus  ketika mereka mencoba menyerang anjing berkepala tiga itu. Kedua tubuh rider itu menabrak reruntuhan gedung dengan kerasnya. Keduanya terbatuk dalam posisi tengkurap.

Caoranach dan Mitchy mendekati keduanya dengan cepat. Sedang Kiriya dan Kuroto memblokade anjing berkepala tiga itu agar tidak mendekati Hiiro dan Pallad. Binatang itu menggeram dengan air liur menetes di mulutnya. Mencium bau anyir darah segar yang mengalir semakin membangkitkan sifat binatang liar.

Emu dan Haruto mencoba mendekat, namun serangan dadakan dari Tartarus memukul mundur mereka. Keduanya menoleh kepada Tartarus yang masih duduk dengan santainya. Dia hanya menggoyangkan tangannya, lalu kekuatan besar muncul menyerang rider  lainnya.

[FF] Tʜᴇ Gᴀᴛᴇ Oғ Dᴇꜱᴛɪɴʏ [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang