Kilatan cahaya kemerahan sekilas terlihat diantara langit kelam ditengah malam. Portal sihir yang cukup besar membelah langit diiringi lolongan serigala liar —bersahutan.
Suara jerit histeris terdengar seiring terbukanya portal sihir bercahaya merah pekat. Memecah keheningan yang telah lama tercipta di malam yang tenang kala itu. Tidak berhenti disitu saja, portal yang menganga itu memuntahkan beberapa sosok manusia, membiarkan mereka terbang bagaikan bulu ringan di udara yang mencekat.
Gravitasi yang menarik tubuh mereka menyulut teriakan histeris lainnya. Mata mereka membelalak penuh kengerian, ketika mereka terjun dengan pemandangan betapa jarak tubuh mereka dengan daratan bumi begitu teramat jauh. Hancur tak berbentuk— itu pikiran pertama yang terlintas dalam benak mereka ketika mereka memikirkan apa akibat jika mereka jatuh dalam ketinggian ratusan meter dari daratan. Selamat? Opsi ini yang kini diragukan oleh mereka ketika perhitungan persentase keselamatan telah memunculkan angka ketidakmungkinan keselamatan mereka.
Akankah mereka mati disini?
Ditengah kekalutan yang terjadi karena sistem kerja otak yang telah dikontrol oleh ketakutan, sosok wanita berambut panjang merah muncul terakhir dari portal seraya menutup cahaya merah yang berbentuk lingkaran itu. Gesit dan elegan —wanita itu melesat menuju para sosok manusia yang terbang bebas di udara. Bibir tipisnya merapalkan mantra singkat, memunculkan cahaya merah lainnya dari kedua tangan. Cahaya merah panjang itu seketika berubah menjadi sebuah tali temali elastis . Tali merah itu dengan cepat menangkap tubuh orang-orang yang menjerit histeris itu, mengikuti gerakan tangan dari si empunya. Mencegah tubuh-tubuh tak berdaya itu beradu keras dengan daratan yang pastinya tidak seempuk yang mereka bayangkan.
Perlahan—suara histeris berganti dengan hembusan nafas penuh kelegaan. Rasa aman seketika dirasakan, ketika tubuh mereka dengan solid ditahan oleh tali temali sihir yang kini membelit tubuh mereka. Setidaknya kini mereka yakin, benturan dengan tanah sudah pasti terhindari.
Dengan gerakan lembut, kaki mereka kini menjejak tanah—mendarat dengan sempurna. Tali temali itu perlahan-lahan menghilang seiring pendaratan sempurna yang mereka telah lakukan.
Wanita cantik bermanik merah darah itu menghampiri rekan-rekannya dengan wajah penuh ketegangan, takut jika ada efek negatif dari perpindahan cepat yang mereka lakukan.
"Apa kalian semua baik-baik saja?" tanyanya dengan wajah berkerut—kalut.
Masih dalam wajah kebingungan sekaligus pening akibat adrenaline yang baru saja mereka rasakan, orang-orang yang kini berkumpul dalam satu titik pendaratan mengangguk serempak dengan lambat. Lega—wanita cantik berambut merah itu menyibak rambutnya yang berantakkan kebelakang lalu menghembuskan nafas panjang penuh kelapangan.
"Terima kasih, Caoranach!" ucap salah satu wanita yang mengenakan gaun putih kotor akibat bergumulan dari kejadian sebelumnya—tulus.
Caoranach menatap senyum tulus yang tersungging di wajah ayu wanita itu dengan canggung. Ada perasaan bersalah ketika menyadari jika senyum itu adalah senyum dari wanita yang sempat dibencinya hingga membuatnya pernah berusaha mengorbankannya untuk keinginan egois yang akhirnya menjadi boomerang sendiri untuk Penyihir Wanita itu.
Hati manusia memang sukar dimengerti.
Caoranach menghembuskan nafas pendek dan membalas senyuman itu sedikit kaku, "tidak perlu berterima kasih! Aku hanya tidak ingin kehilangan muka di hadapan Luigne jika aku membiarkan kamu terluka, Emu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF] Tʜᴇ Gᴀᴛᴇ Oғ Dᴇꜱᴛɪɴʏ [✔️]
Fantasía[COMPLETE] Tidak pernah terbayang jika kehilangan seseorang yang teramat dicintai bisa merubah takdir kehidupan. Luka yang tertoreh membuat sebuah lubang di dalam hati dan bisa menenggelamkan jiwa pada kegelapan yang teramat dalam. Houjou Emu tidak...