Matahari di pagi ini terasa sangat cerah dan hangat. Membuat semua orang yang terkena sinarnya merasa bersemangat dan bahagia.
Puluhan karyawan yang baru sampai di halaman kantor terlihat begitu bersemangat. Mereka terlihat begitu siap untuk menghadapi pekerjaan kantor yang monoton. Pekerjaan yang selalu mereka kerjakan tanpa ada fariasi dalam pekerjaan itu. Hanya duduk dilayar komputer berjam-jam hingga bokong dan mata mereka lelah.
Di antara karyawan yang datang dengan penuh semangat. Seorang pria berumur 30 tahun baru saja turun dari mobil mewahnya dan kini sedang berjalan menuju pintu masuk gedung kantor.
Wajah tegas penuh karisma dengan rambut hitam legam belah samping yang terlihat rapi. Serta jas berwarna biru tua yang tersemat pada tubuh tinggi serta atletisnya. Membuat semua karyawan yang ada disekitarnya tahu siapa dirinya.
Sapaan hangat langsung tercurah dari senyum hangat para karyawan. Pria penuh karisma itu hanya menangguk tanpa membalas senyum para karyawannya. Sungguh perilaku yang sadistik. Namun para karyawan sudah terbiasa mengenai hal itu sehingga tak terlalu memikirkannya.
“Pagi Pak?” sapa 3 satpam yang berjaga dipintu.
Sama seperti membalas sapaan para karyawan sebelumnya. Ia hanya mengangguk dengan gaya.
Pria itu berjalan ke arah lift dan naik menuju lantai teratas. Lantai 30. Sesampainya di lantai itu, ia turun dan segera berjalan masuk dalam ruangan dengan tulisan CEO yang tersemat di dinding samping pintu.
Aroma lembut dan wangi ruangan yang hanya dikhususkan untuknya itu menyambut kehadirannya.
“Ah,,, hari yang indah,” kata pria itu lalu meraih telepon kantor yang ada dimeja kerjanya.
Ia lalu beberapa angka pada telepon itu lalu menempelkan gagang telepon dikepung kanannya.Beberapa saat pria itu menanti sampai panggilan teleponnya di sambut oleh nomor yang ia tuju. Tak sampai 10 detik teleponnya diterima. Suara wanita dengan nada bicara sopan dan santun menyambut dirinya. Menanyakan maksud pria itu menelepon, dengan sopan.
“Selamat pagi, Kafe Jasmine disini. Ada yang bisa kami bantu?”
“Saya pesan American Coffee 1.”
“Ok, American Coffee 1. Apa ada lagi pak?”
“Itu saja. Oh iya, gulanya kasih 2 butir saja.”
“Oh baik Pak. Maaf sebelumnya, ini dengan bapak siapa?”
“Sagara.”
“Oh baik Pak Sagara. Apa ada lagi, Pak?”
“Tidak itu saja.”
“Baik, sistem pembayarannya via m-banking ya Pak...”
“Iya.”
“Lalu dikirim ke alamat mana Pak?"
“Kirim ke jalan Pahlawan nomor 33. Tolong antar sampai ke lantai 30 atas nama saya.”
“Oh baik Pak. Saya ulangi lagi pesanan Bapak ya. American Coffee 1 dengan gula 2 butir di kirim ke alamat jalan Pahlawan nomor 33, lantai 30 atas nama Bapak Sagara. Mohon di tunggu ya Pak. Terima kasih telah-”
“Eh tunggu sebentar, nanti yang kirim kopinya siapa?”
“Yang mengirim nanti namanya pak Karim pak. Kenapa ya pak?”
“Di situ ada pegawai bernama Anita?”
“Anita? Em,,, ada Pak.”
“Ah, suruh dia yang mengirim kopi saya.”
“Maaf Pak, tapi untuk jasa mengirim dilaksanakan sama pegawai lain Pak. Mbak Anita bertugas di bagian kasir.”
“Saya ada urusan sebentar dengannya. Suruh dia yang mengirim, saya enggak mau tahu. Kalau kau tidak bisa, kasih telepon ini kepada manager mu. Biar aku bicara dengannya.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Kopi Untuk CEO
Teen FictionAnita harus merelakan jabatan Sekretaris Maneger-nya lantaran melakukan kesalahan konyol dan memalukan yang di mana melibatkan seorang CEO perusahaan tempat ia bekerja. Dan untuk menebus kesalahannya itu, ia di terpaksa menerima penurunan jabatan m...