Salam Perpisahan (bagian 1)

344 21 0
                                    

Perlombaan berpasangan, akhirnya berakhir. Semua pasang telinga mendengar dengan saksama hasil akhir yang sudah 10 grup atau pasangan itu kumpulkan dari 4 perlombaan.
Pada posisi pertama, masih di kuasai oleh Rahma dan Putra. Mereka memimpin dengan 8 poin. Posisi ke dua di isi oleh Sagara dan Anita dengan 6 poin. Dan di posisi ketiga di tempati oleh pasangan Kena dan Toni dengan 5 poin.

7 pasangan yang berada di bawah 3 besar harus bersiap menerima hukuman. Astrid yang paling sebal dengan hukuman. Karena pada pertandingan meniru gerakan estafet, dia sudah mendapatkannya. Jadi mendapatkan hukuman kedua, ia rasa itu sangat menyebalkan.

Matahari sudah semakin turun bersiap meninggalkan tahtanya yang ia pertahankan seharian penuh. Rembulan di ufuk timur sedikit cindong ke selatan sudah terlihat walau masih samar-samar.

Di atas panggung Soni mengumumkan beberapa hal. Pertama, tak ada hukuman dalam perlombaan berpasangan ini. Berita itu sungguh menggembirakan bagi pasangan yang kalah, dan sedikit mengecewakan bagi yang menonton dan menunggu eksekusi hukuman dilaksanakan. Karena bagi mereka, melihat orang di hukum itu seru. Ironi.

Dan pada pengumuman kedua, 10 pasangan yang berlomba barusan, mendapatkan hadiah sepesial berupa makan malam romantis di
yang dikelola oleh Soni. Yang berada di jawa Timur, tepatnya Surabaya.

10 pasangan itu bersorak. Tak terkecuali Anita. Ia bahkan sampai menepuk bahu Sagara. Sagara hanya tersenyum tipis memandang Anita.

“Segitu senangnya dapat kupon makan?” seloroh Sagara.

Anita berhenti berjingkrak. Senyumnya ia kulum.

“Apa Bapak tidak suka?”

“Tentu saja. Tapi apa kamu mau pergi kesitu dengan ku?”

Anita diam sejenak. Ia terlihat sedang berpikir.

“Tentu tidak. Aku akan mengajak Cecilia,” senyum Anita tergores lebar.

Sagara terkekeh lirih. Ia tak protes kan keputusan dipihak itu. Baginya asal Anita senang. Itu sudah cukup.

Di sela Sagara mengikhlaskan kupon yang bisa membuatnya makan malam romantis bersama Anita, Anita sendiri bergumam dalam hati. Bertanya akan sikap Sagara yang semakin membuatnya bingung, tak paham dan penasaran. Batinnya bertanya ada apa dengan Sagara? Anita merasa Sagara telah berubah jauh. Dan ia tak tahu apa penyebabnya. Apa karena buku panduan cinta itu? Anita kurang yakin jika itu yang menjadi penyebabnya.

Usai perlombaan berakhir. Semua orang kembali ke kamar hotel untuk membersihkan diri juga berganti pakaian.

“Jangan lupa kembali jam 7, karena ada pesta barbeque. Kalau ada yang bawa alat musik, silahkan di bawa. Kita meriahkan kembali reuni ini. Oke?” seru Soni sebelum semua beranjak.

Semua menyahut dengan semangat dan tenaga mereka yang tersisa. Jujur aja acara siang sampai senja ini, cukup menguras banyak tenaga.

☕☕☕

Anita duduk di atas kasur besar dan lembutnya usai mandi dan keramas. Ia kini sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan hairdryer yang di sediakan hotel.

Di sela dirinya sibuk mengeringkan rambut, sebuah panggilan masuk. Tercantum nama IBU di layar handphone-nya. Anita segera mengangkat panggilan telepon tersebut.
Obrolan serius terjadi antara Anita dan Ibunya. Wajah Anita terlihat gelisaj saat sang Ibu menjelaskan maksudnya menghubungi Anita.

Anita hanya mengangguk dan menjawab iya saat ibunya bertanya apa ia paham atau tidak. Namun di sisi lain. Hatinya seperti getir, tak menyangka hari itu akan hadir.

“Iya Bu. Ibu sama Abah sehat-sehat saja di sana. Besok lusa, Anita akan pulang.”

“Iya. Hati-hati pulangnya. Bawa saja baju atau hal yang penting saja. Sisa barangnya biar nanti di kirim pakai pick-up ke desa.”

Secangkir Kopi Untuk CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang