Reuni (bagian 2)

391 27 0
                                    

Lantunan lagi Surat Cinta Untuk Starla berbunyi dan memecah lamunan Anita yang mendadak di penuhi ingatan soal Agra yang ia marahi beberapa waktu lalu. Suara lagu itu pertanda ada panggilan telepon yang masuk di handphone-nya.

Anita segera mengangkatnya dan entah mengapa, terlintas di hatinya, ia berharap jika Agra yang menelepon. Namun ternyata bukan.

Sedikit rasa kecewa terbesit tipis di hatinya saat dia tahu bahwa Cecilia yang menelepon.

‘Sial, apa-apaan aku ini. Mantan adalah sampah. Tak ada yang perlu diharapkan dari sampah,’ sesal Anita dalam hati.

“Iya ada apa, Cil?” tanya Anita usai ia menekan tombol terima.

“Kamu lagi sibuk ya? Dari tadi aku kirim pesan tidak kau jawab.”

Anita berdecak. Dia baru ingat bahwa ada 1 notifikasi yang belum ia buka.

“Ah maaf, aku habis mandi. Ada apa memangnya?”

“Tidak, tadi aku mau minta izin untuk memasukkan nomor mu dalam grup. Tapi tidak kau balas-balas. Anak-anak pada nyariin kamu dan maksa aku untuk memasukkan nomor mu.”

“Oh, iya gak apa. Ini aku baru buka grup chat dan lihat-lihat isi nya.”

“Jadi apa kamu sudah tahu soal reuni yang akan di adakan sama Soni?”

“Soni? Soni siapa?” kening Anita mengerut.

“Ketua kelas kita waktu di kelas 2. Masak kamu lupa?”

Anita meringis malu. “Lupa,” celetuknya lirih.

“Harry Potter tahu?”

“Harry Potter?” Anita berpikir sejenak. Dan selang beberapa detik mulut langsung terbuka lebar sambil menyerukan kata ‘O' dengan nada sopran.

“Si Harry Potter? Yang pakai kaca mata?"

“Iya, yang pakai kaca mata. Kaca mata kuda.”

“Eh ngawur, mana ada.”

“Sudah tahu Harry Potter pakai kaca mata masih di tanya aja,” timpal Cecilia kesal.

Anita terkekeh bak mak lampir.

“Terus kabarnya si Harry Potter bagaimana sekarang? Apa masih pakai kaca mata tebal seperti dulu?” mendadak Anita jadi bersemangat. Ingatan masa sekolahnya perlahan muncul dan membuatnya senang.

“Mana ku tahu, aku bukan pacarnya. Aku cuma tahu kalau dia sudah punya 2 anak kembar.”

“Kembar? Wah,,, pasti heboh. Jadi ingin rasanya,” celetuk Anita sambil senyum-senyum sendiri.

“Hm, akhirnya ingat umur juga kau ya? Kalau pingin punya momongan cepat nikah. Tuh CEO mu nganggur.”

“Sama orang itu yang ada aku jadi stres. Lagi pula itu manusia tak akan bisa mengerti soal hubungan asmara dan perasaan wanita. Menikah dengannya sama seperti menikah dengan robot ATM.”

“Wuih! Robot ATM. Kalau itu aku juga mau.”

“Sinting.”

Cecilia terkekeh keras. Melihat temannya yang tersulut emosi setiap membahas Sagar membuat Cecilia sangat terhibur.

“Senang ya kalau aku marah-marah,” cetus Anita menyadari tawa Cecilia.

“Sudah aku mau tidur. Hari ini aku capek sekali,” lanjut Anita hendak mematikan teleponnya.

“Eh bentar. Buru-buru amat sih?"

“Apa lagi?”

“Jadi bagaiamana, apa kamu mau ikut reuni?”

Secangkir Kopi Untuk CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang