Pengganggu

618 49 0
                                    

Halo semua. maaf baru bisa update. Banyak urusan yang mesti di dahulukan membuat saya susah menulis chapter. Malam kemarin, seharusnya sudah bisa update chapter baru. tapi sayang, HP saya Lowbat.


Untuk chapter kali ini semoga kalian suka. Selamat membaca. dan ku tunggu like serta komennya. Jgn lupa bintang nya.


😴😴😴


Dengan motor matic hasil meminjam dari Melodi, Anita meluncur menuju tempatnya dulu bekerja. Bibir Anita menggerutu sebal di sepanjang perjalanan. Semua gerutuan itu isinya tentang Sagara. Ia berpikir bahwa Sagara tak ada henti-hentinya menganggu ketenangannya.

Gerutuan Anita di sepanjang perjalanan membuat mukanya yang cantik, jadi terlihat seperti angsa yang hendak menyerang mangsanya. Bibirnya manyun tanpa henti sambil sesekali mencibirkan Sagara. Beberapa pengendara yang kebetulan menoleh ke arahnya karena penasaran dengan wajahnya jadi tertawa saat melihat bibir manyunnya.

"Mbak? Pagi-pagi kok cemberut. Awas di tilang polisi lho...." kata salah satu pengendara cowok yang sedang berboncengan hendak menuju tempat kerja.
Dilihat dari seragam yang di pakai 2 cowok itu, tampaknya mereka bekerja di sebuah pabrik.

Anita tak membalas, ia hanya mendengus sebelum membuang pandangan menuju depan kembali.

'Gara-gara orang itu aku jadi ditertawakan. Hm! Awas saja nanti kalau sampai bikin ulah lagi,' batin Anita.

10 menit berkendara, akhirnya Anita sampai di depan gedung besar dengan 30 lantai. Perlu mendongak tinggi agar bisa melihat ujung gedung itu. Pada bagian atas gedung, tersemat plakat besar dan epic bertuliskan DA.crop.

Anita menuju parkiran yang ada di halaman, parkiran khusus tamu sepeda motor. Di sana, ia disambut seorang security bernama pak Eko. Pak Eko yang sangat hafal dengan Anita langsung terkejut lalu tersenyum canggung.

"Loh, Ibu Anita? ke sini lagi, Bu?" tegur pak Eko sambil menunjuk Anita.

Anita tersenyum canggung. "Iya ini Pak. Lagi antar kopi buat pak Sagara."

"Wah hebat Ibu ini mah. Perhatian sekali sama bos besar. Sampai bawakan kopi."

"Bu-bukan, Pak. Ini kopi yang pak Sagara beli di tempat saya bekerja."
kilah Anita.

"Oh.... saya kira Ibu Anita kepikiran sama pak Sagara. Ya sudah Bu, silakan masuk saja. Sudah di tungguin sama pak Sagara." Pak Eko mempersilahkan Anita dengam tangan terbuka. Seakan mempersilahkan seorang putri kerajaan untuk masuk kedalam kastil megahnya.

"Emm... saya titip saja bisa Pak? Tolong Bapak antar ke ruangan pak Sagara."

"Waduh, enggak bisa Bu. Saya harus jaga sini. Kalau pos ini saya tinggal, bisa-bisa saya di marahin."

Mengingat bagaimana sifat Sagara yang sangat otoriter terhadap karyawannya, tentu tak menutup kemungkinan Sagara akan memarahi habis-habisan atau sampai memecat karyawannya.

"Ya sudah deh Pak. Saya coba minta tolong yang lain," kata Anita lalu menuju lobi.

Di lobi, Anita kembali di sambut dengan baik oleh 2 Security yang sedang berjaga di sana. Sambutan yang Anita terima bisa dikatakan sama seperti sebagaimana pak Eko menyambutnya tadi. Dan di sini Anita kembali meminta tolong kepada 2 security itu.

Tak jauh berbeda seperti pak Eko. Dua Security itu juga tak bisa membantu Anita untuk mengantar kopinya. Dan alasan yang keduanya berikan sama seperti pak Eko.

Secangkir Kopi Untuk CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang