Aneka Kopi untuk Sagara (bagian ☕☕)

1K 80 3
                                    

Anita mulai menyajikan satu demi satu kopi yang iya beli. Mulai dari Moccacino,

“Silahkan Pak,,,” Dengan senyum lebar.

Lalu Cappuccino,

“Selamat menikmati, Pak,,,” senyum merekah.
Lanjut ke kopi hitam dengan kombinasi gula aren,

“Semoga Bapak suka,” masih dengan senyum.

Lalu kopi gajah,

“,,,,” hanya senyum

Dan yang terakhir kopi ekspreso.

“Se-la-mat me-nik-ma-ti Pak,” dengan senyum lebar yang di kombinasikan dengan wajah mengerut menahan amarah.

Dan dari semua jenis kopi yang menghabiskan gaji hariannya menjadi OB. Tak ada satu kopi pun  yang di teguk habis oleh Sagara. Semua cuma di minum seteguk-seteguk.

Jaka, bu Ida dan Lendra yang sedang di pentry merasakan aura mematikan dari arah Anita yang sedang duduk menunduk menatap kopi-kopi bekas Sagara di depannya.

“Gila bener pak Sagara. Sampai segitunya loh,” gumam Jaka.

“Mungkin ada dendam diantara keduanya,” sahut Lendra.

“Entah apa yang sebenarnya terjadi. Tapi yang pasti jangan sampai mbak Anita memakai jurus pamungkasnya,” ujar bu Ida.

“Jurus pamungkas?” celetuk Jaka dan Lendra bersamaan.

“Tadi dia membeli racun tikus,” terang bu Ida berbisik.

Sontak saja keduanya terkejut plus takut. Ketiganya lalu melirik ke  arah Anita. Di saat yang bersamaan. Anita bangkit dari duduknya lalu menuju meja pantry. Ia lalu meraih cangkir dengan motif terbaik. Lalu mulai memanaskan air kembali. Ketiga OB itu hanya melihat apa yang di lakukan Anita. Mereka tak berani menanyakan kopi apa yang selanjutnya akan Anita buat. Ketigannya hanya berharap Anita tak memakai racun tikus itu untuk bahan campurannya.

“Teman-teman, kira-kira racun ini rasanya tawar atau pahit ya? Kalau pahit, mungkin aku akan mengurangi kopi bubuknya agar rasanya lebih pas,” tanya Anita sembari tangannya memegang racun tikus.

Sontak saja ketiganya langsung terkejut bukan main dan langsung berusaha menghentikan Anita.

“Ja-jangan lakukan itu Bu,,, sabar,,, sabar,,, jangan terbawa emosi,,,” ujar Lendra berusaha menahan tangan Anita.

“Iya, Bu. Anggap saja ini cobaan dari Yang Maha Kuasa,,, sabar,,,” imbuh Jaka menahan tubuh Anita.

Sedangkan bu Ida menjauhkan kopi yang hendak Anita tuang racun.

“Sabar,,, kita cari solusi ini sama-sama, jangan sampai berbuat kriminal, mbak,,,”

☕☕

Hampir setengah jam Jaka, bu Ida dan Lendra menenangkan Anita. Tenaga mereka terasa terkuras habis. Mereka tak menyangka, jika Anita begitu kuat saat emosinya memuncak.

“Lalu, apa solusinya?” tanya Anita usai dirinya sedikit lebih tenang.

“Bagaimana kalau beli kopi siap minum lewat online?” saran Lendra dengan nafas yang masih ngos-ngosan.

“Maksudnya kopi Starback?”

“Iya, itu kopi yang terkenal sekali akan rasanya. Tapi,,, ya gitu, harganya setara dengan gaji harian kita,” terang Lendra.

Bu Ida dan Jaka sama-sama terkejut mendengar hal itu. Keduanya sama-sama baru tahu ada kopi semahal itu.

“Kopi macam apa yang hargannya segitu?” tanya bu Ida heran.

Secangkir Kopi Untuk CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang