Pasangan Terbaik! (bagian 1)

324 18 0
                                    

Lomba masak berlangsung sengit. Semua peserta berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan masakan mereka dengan baik. Bahkan grup dua yang di ketuai oleh Alexa sudah mulai bisa mengejar ketertinggalan.

Priittt priittt priiiitttt!!!!

Waktu memasak telah usai. Semua peserta di minta untuk menyajikan masakan mereka ke depan dan di letakkan pada sebuah meja yang telah disiapkan. Anita dan Cecilia bertugas membawa masakan mereka sebagai perwakilan grup.

Pada grup 1 di wakilkan oleh Astrid dan Desi. Pada grup 3 di wakilkan oleh Dewi dan Susi. Mereka semua membawa makanan yang mereka masak dengan sangat hati-hati. Sangat tidak lucu jika sampai makanan yang mereka bawa jatuh sebelum di cicipi.

Di meja juri sudah ada Soni, Agus dan Agra. Ini lah salah satu alasan mengapa Agra tidak ikut pertandingan sesi kedua ini. Lantaran dirinya di minta Soni untuk menjadi juri.

Agra, Soni dan Agus maju untuk mencicipi hidangan lezat yang terlihat masih panas itu. Berbekal garpu dan sendok mereka mulai mencicipi 3 macam hidangan itu.

Wajah 3 manusia yang bertingkah seperti juri yang handal itu terlihat begitu serius. Seakan mereka bisa membedakan mana makanan mana racun.

Grup 1 di panggil terlebih dahulu untuk menerima komentar dari para juri. Astrid dan Desi terlihat tenang. Mereka yakin masakan yang mereka buat cukup nikmat.

“Jadi nama masakannya apa?” tanya Soni.

“Ikan bakar bumbu rujak,” jawab Astrid.

“Oke. Untuk ikan bakar ini, rasanya cukup enak. Bumbu rujaknya terasa. Cuma aroma amis dari ikannya masih terasa sedikit.” Kata Soni.

Astrid dan Desi diam mendengarkan. Mereka sendiri sudah mencicipi. Dan memang ada aroma masih yang masih terasa dirongga mulut.

Tiga juri bersiap memberi penilaian atas kerja keras grup 1. Dan nilai yang mereka dapat adalah 7-9-8. Jadi total poin mereka adalah 24.

Selanjutnya adalah grup 2. Anita dan Cecilia maju dengan gugup. Mereka agak cemas akan komentar yang akan didapat nanti.

“Nama menu-nya apa tadi?” tanya Soni.

“Gurita goreng saus lemon.”

“Ok. Kalau begitu silahkan sang mantan komentar.” Kata Soni.

Agra menghela nafas, gusar. “Kata mantan pacarnya bisa di skip?”

Soni menyengir. Ia sudah tahu bahwa Agra akan protes.

Anita diam saja. Ia tak berkomentar apa-apa. Karena apa yang di sampaikan Soni tidam salah. Dan lagi pula semua udah tahu akan kabar itu.

Agra memasang wajah serius. Ia menatap Anita sejenak sebelum kembali melihat kertas yang tadi di jadikan dia sebagai catatan akan 3 hidangan yang tadi ia cicipi.

“Guritanya enak. Sayanya juga pas. Aroma alisnya tidak ada. Dan guritanya cukup besar,” ulas Agra.

Cecilia terlihat lega dan puas akan komentar yang diberikan Agra.

“Oke, kalau gitu penilaian dari kami adalah-” Soni membalik papan nilai di tangannya. Terlihat angka 9 di sana. Angka yang sangat bagus untuk sebuah permulaan.

Agra dan juga Agus menyusul. Dan nilai yang mereka tunjukkan adalah 9 dari Agra dan 10 dari Agus. 1 angka sempurna.

“I like your lemon sauce,” ucap Agus.

“Wih yang jaman SMA bahasa inggris-nya dapat bebek sekarang ngoceh sok inggris.” Ujar Agra.

“Maklum habis keselek saus lemon, dia.” tambah Soni.

Agus menunjuk Handphone-nya. "Habis lihat mbah Google," ungkapnya sambil tersenyum jreng.

Total poin yang dikumpulkan grup 2 jadi 28 poin. Memimpin 4 poin dari grup 1.

Grup 3 yang di wakilkan oleh Dewi dan Susi, sudah berada di depan. Poin yang akan mereka peroleh menjadi penentu siapa yang akan memenangkan pertandingan ini.

Agus selaku komentator terakhir, mulai menuturkan apa-apa saja yang lidahnya dan lidah 2 juri lain rasakan.

“Ini lengkap ya, ada gurita, ikan dan kepiting. Jadi kayak makan seafood beneran. Cara masaknya oke. Bumbunya juga oke. Tapi kurang satu sih dari masakan ini.”

Dewi dan Susi mengerutkan kening. Dalam pikiran mereka masing-masing, terbesit sebuah tanda tanya atas pernyataan yang di sampaikan Agus. Kira-kira apa yang kurang? Itu lah pikir keduanya.

“Kurang banyak,” lanjut Agus.

Perasaan cemas yang sebelumnya menyelimuti hati Dewi dan Susi mencair menjadi perasaan lega dan senang. Dan nilai yang mereka peroleh adalah 9-10-10. Total poin yang di peroleh grup 3 menjadi 29 poin. Unggul tipis dengan grup 2.

Sorakan kemenangan menggelegar. Menyeruak menghapus suara deru ombak yang berlarian.

“Kalah kita,” kata Alexa lesu.

“Ya sudah enggak apa-apa kali. Memang kita cuma modal gurita satu biji doang. Lah mereka tiga. Jelas lebih enak masakan mereka lah,” sahut Jena.

Dan hukuman bagi dua grup yang kalah adalah mereka harus menelan 1 sendok makan merica bubuk dalam sekali suap.

“Siapkan airnya Gus. Ini bakal ada yang nangis-nangis nanti,” kata Soni pada Agus.

Agus sudah seperti kaki tangan Soni. Selalu mendapatkan perintah. Tapi untungnya Agus tidak mengeluh atau protes.

20 gelas berisi air putih di siapkan. Semua anggota dari grup 1 dan 2 telah bersiap. Raut wajah mereka terlihat cemas. Pikir mereka, ini akan menyiksa tenggorokan dan lidah mereka.

“Sama-sama ya,,, dalam hitungan 3, 2, 1 telan!!”

Hampir serempak 20 peserta yang kalah itu memasukkan sesendok merica bubuk dalam mulut. Aroma merica dan rasa pedas dari merica itu sendiri membuat semuanya terbatuk dan bersin-bersin. Mata mereka pun sampai berkaca-kaca. Menelan sesendok merica tentu sangat mustahil untuk dilakukan. Tak ada yang berhasil melakukannya.

“Minum guys, minum. Itu kasian tersedak bubuknya sampai nyebur begitu,” ucap Soni sambil terkekeh tak mampu menahan tawanya.

Membutuhkan cukup banyak waktu untuk menetralkan rasa dan aroma merica dari rongga mulut mereka. Anita bahkan sampai habis air 3 gelas untuk benar-benar melegakan tenggorokannya.

“Parah nih hukumannya,” protes Astrid. “Hidung ku sampai merah begini.” lanjutnya sambil membetulkan hidungnya yang kembali berair dengan tissue.

Perlombaan menyisahkan satu sesi dengan 5 jenis perlombaan. Pada sesi kali ini hanya ada 10 grup yang di perbolehkan untuk ikut serta.  Dan dalam setiap grup akan di isi oleh 2 peserta. Dan diutamakan 1 pria satu wanita.

“Ikut enggak?” tanya Anita pada Cecilia.

“Enggak lah, mau pasangan sama siapa coba? Lagian aku capek habis masak tadi.”

“Halah, masak cuma goreng doang.”

Cecilia terkekeh malu.

“Kamu saja ikut sana. Telepon atasanmu itu biar dia datang,” goda Cecil.

“Enggak, mending kita mojok saja sambil lihat lomba ini sampai selesai,” kata Anita.

“Sambil minum es degan kayaknya jadi seru.”

“Ah betul. Kalau begitu ayo ambil.”

Keduanya lalu menuju meja minuman untuk mengambil segelas es degan dan mengambil beberapa potong buah sebagai kudapan.

Secangkir Kopi Untuk CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang