Pukul 6:30, Anita sudah bersiap dengan gaun dress sederhana dengan warna putih bersih. Sepatu highthill berwarna merah sudah menghiasi kaki indahnya. Rambutnya yang panjang, digulungnya dan dikuncir dengan kuncir cantik. Di depan cermin, usai ia menghias indah bibirnya dengan lipstik merah muda, Anita berkata. Aku siap.
Dengan penuh rasa percaya diri dan gugup, ia merenggang menuju pintu. Bersiap keluar kamar dan menjemput Sagara.
Di depan pintu milik orang paling berkuasa di DA.crop, Anita mengetuk pintu sebanyak 3 kali. Berharap, orang paling menyusahkan dalam hidupnya itu segera keluar karena acara temu kangen sudah mulai dari 30 menit lalu.
Anita telat berangkat lantaran harus membeli baju dulu untuk acara ini. Karena dia tak membawa persiapan untuk menghadiri acara reuni.
5 detik berlalu namun Sagara tak merespon. Anita kembali mengetuk. Namun tetap saja. Pikir Anita, mungkin bos-nya itu sedang tertidur. Guratan senyum menghiasi bibirnya. Jika dugaannya benar, maka tak ada yang perlu di cemaskan lagi. Tanpa Sagara yang ikut nimbrung di acara reuni sma-nya, maka kemungkinan besar ia bisa menikmati acara temu kangen dengan santai dan damai. Tanpa perlu ketir-ketir mengkhawatirkan Sagara yang bisa saja berbuat onar atau mempermalukan dirinya.
Anita tak lagi mengetuk pintu Sagara. Dengan langkah penuh kegembiraan, dirinya segera menuju tempat reuni berada. Hatinya berdebar, tak sabar.
☕☕☕
Suara alunan lagu pop bermain merdu mengiringi acara reuni temu kangen dengan begitu hikmat. Puluhan wajah dengan karakteristik yang berbeda memenuhi acara temu kangen. Mereka saling mengobrol satu sama lain dengan begitu santai dan behagia. Mereka juga tertawa bersama dan juga berbagi cerita soal kisah hidup mereka setelah lulus SMA.
Pemandangan yang indah. Mengingatkan kepada kita betapa pentingnya menjaga tali pertemanan.
Tak hanya alunan musik pop dari lagu band terkenal Indonesia saja yang mengiringi acara ini. Ragam sajian makanan khas serta cemilan khas bali juga ada. Semua sajian yang lezat itu tersaji rapi dan elok di atas dua buah meja panjang dengan taplak putih yang diletakkan di ujung ruangan. Tujuannya agar tidak sampai tersenggol. Jadi meja penuh makanan itu, diletakkan di sana.
Di tengah acara yang berlangsung dengan baik, Anita hadir. Ia masuk lewat pintu besar yang dijaga oleh penjaga. Kedatangan Anita menuai perhatian banyak mata untuk memandangnya selidik. Banyak pasang mata yang belum tahu siapa wanita cantik yang sudah masuk itu.
Tatapan penuh tanda tanya itu membuat Anita merasa canggung. Bahkan ia merasa salah ruangan. Karena dirinya sendiri hampir lupa dengan wajah teman-temannya semasa SMA dulu. Karena, tentu banyak wajah yang berubah seiring waktu menambah usia mereka. Yang awalnya imut di masa SMA, bisa jadi amit-amit kalau sudah bertambah dewasa, apalagi bagi yang sudah menikah. Yang dulunya cungkring, bisa jadi berisi kalau sudah menikah.
Anita menelan ludah berat lalu tersenyum canggung. Perlahan ia mengambil langkah mundur. Namun belum sampai dua langkah, sebuah suara yang ia kenali memanggil namanya.
“Anita?!” teriak pemilik suara itu. Membuat banyak mata yang menatap dalam Anita, beralih ke wanita berbando merah yang berdiri disamping meja minum bersama 4 orang wanita. Yang dimana salah satu wanita itu menggendong seorang anak perempuan berusia 3 tahun.
“Anita?” gumaman dari para penghuni ruangan yang luas ini terdengar menggema, lumayan keras hingga membuat Anita gugup.
Atsmosfer dalam ruangan tiba-tiba berubah untuk Anita. Rasanya seperti sesak dan gerah. Anita berusaha menampilkan wajah ramahnya dengan guratan senyum yang manis untuk memecah hening yang terasa setahun itu. Padahal keheningan hanya terjadi selama 2 detik saja.
“Ini Anita? Si semut OSIS?” celetuk seorang pria dengan jenggot rapi namun cukup tebal membuat beberapa orang juga menanyakan hal yang sama.
Cecilia segera menjemput Anita yang berdiri kaku di dekat pintu.
“Iya Gus. Masak iya kamu lupa. Kau kan ngebet banget sama dia dulu,” sahut Cecilia.
“Gus?” lirih Anita. Ia menatap wajah orang yang sudah bertanya tadi.
Di saat Cecilia membuka ingatan Agus kembali tentang Anita, diam-diam Anita mengamati muka Aghs dalam. Dan lima detik kemudian, ia baru bisa mengenali siapa lelaki berjenggot itu.
“Itu Agus?” celetuknya spontan.
Agus dan Cecilia menoleh ke arah Anita kompak.“Iya, kamu lupa juga?” sahut Cecilia.
Anita meringis malu. “Wajahnya jauh berbeda.”
Setelah Agus sudah mulai ingat Anita, satu persatu teman lama Anita mulai bisa mengingatnya dengan baik. Sambutan hangat langsung di utarakan pada Anita. Senyum bahagia tentu terlukis di wajah Anita. Ia begitu senang bisa bertemu dengan teman-teman lamanya yang sudah tidak ia temui selama 6 tahun. Sampai-sampai ia melupakan 1 hal, yaitu Agra. Dari sekian banyak peserta alumni. Hanya Agra yang diam di ujung tanpa berani beranjak menghampiri Anita. Malahan, setelah ia menghabiskan minumannya, ia melenggang meninggalkan reuni tanpa ada yang menyadarinya.
☕☕☕
Angin pantai berhembus kencang dan terasa sangat dingin. Lampu-lampu dari perahu nelayan yang sedang berlayar di tengah laut terlihat begitu indah dari bibir pantai. Terlihat seolah bintang-bintang di langit sedang berenang-renang di sana.
“Pemandangan yang indah bukan? Seperti melihat dasar laut yang gelap. Aku penasaran, apa ada hiu di sana?” celetuk Agra sambil berjalan menghampiri Sagara yang sedang duduk sendiri menatap pantai.
“Kau bisa masuk ke sana untuk mencari tahunya.” Sahut Sagara santai.
Agra duduk tak jauh dari Sagara. Ia lalu melihat ke kanan, kiri dan atas. Entah apa yang sedang ia cari.
“Tak ku sangka kau akan menurut,” kata Sagara. Ia menyinggung soal ucapannya pada Agra dua bulan lalu untuk tidak lagi mendekati Anita.
“Menurut?” Agra tersenyum sinis. “Aku menjauh bukan karena aku menuruti ocehan mu. Kau pikir kau siapa? Orang hebat?!”
Sagara tersenyum tanpa harus menoleh ke arah Agra.“Kau cukup berani juga.”
Angin yang dingin seakan tak terasa saat dua orang pria dengan emosi yang sama-sama membara berada di satu tempat. Namun suasana tegang itu tak berlangsung lama.
“Apa kau benar-benar mencintai Anita?” tanya Agra dengan sorot mata sendu.
Sorot mata serta nada bicara yang berubah drastis itu membuat Sagara mengerutkan kening. Ia merasa seolah-olah lawan bertarungnya kehilangan semangat juang.
“Pertanyaan macam apa itu? Apa kau menguji ku atau bertindak seperti seorang ayah yang menjaga putrinya dari pria jahat?”
Agra tersenyum tipis. “Ku rasa keduanya.”
Angin pantai kembali berhembus. Membawa dingin yang tadi sempat menghilang.
“Anita itu wanita yang sangat Istimewa,” kata Agra.
“Ya, aku setuju. Dia memang istimewa. Bisa marah dan protes padaku. Padahal semua orang di kantor menaruh hormat penuh padaku. Tapi dia begitu berani.”
“Kalau itu mungkin karena kau selalu mengganggunya.”
Sagara diam. Dia memang menyadari hal itu. Selama Anita menjadi OB pribadinya. sampai jabatan OB itu sudah tak lagi tersemat di Anita. Namun tetap saja, Sagara masih memerintah atau bahkan memutuskan hal yang membuat Anita marah dan kesal.
"Apa aku boleh bertanya?" tanya Sagara.
Agra menoleh.
"Bagaimana kau bisa mengenal Anita dan bagaimana kalian bisa jadi sepasang kekasih?" lanjut Sagara bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Kopi Untuk CEO
Novela JuvenilAnita harus merelakan jabatan Sekretaris Maneger-nya lantaran melakukan kesalahan konyol dan memalukan yang di mana melibatkan seorang CEO perusahaan tempat ia bekerja. Dan untuk menebus kesalahannya itu, ia di terpaksa menerima penurunan jabatan m...