Usai lomba antar kelompok pria dan wanita usai, ada jeda 30 menit untuk istirahat sekaligus untuk mempersiapkan perlombaan kelompok campuran berikutnya.
Beberapa alumni pria, mulai menyiapkan meja serta alat masak lengkap dengan bumbu-bumbu dapur yang umum di gunakan.
Di sela jeda, Anita kembali memeriksa handphone-nya. Ia melihat pesan singkatnya tidak dibalas. Jangankan di balas, di baca pun tidak oleh Sagara.
“Apa dia sedang bersama wanita? Sampai menghilang begini,” pikir Anita dengan wajah muram.
Cecilia yang usai buang air kecil bersama Jena dan Alexa, menghampiri Anita dari belakang. Mengejutkan Anita dengan menepuk pundaknya.
“Woi, melamun terus. Mikirin atasanmu ya?” goda Cecil sambil menuding wajah Anita ditekuk.
Anita menghela nafas panjang. “Siapa juga yang mikirin orang kayak gitu.” kata Anita dengan nada datar. Tak ada luapan emosi yang membara saat menampik tuduhan Cecilia. Padahal biasanya ia menepis tuduhan seperti itu dengan nada keras dan tegas.
Cecilia mencibirkan bibir, tidak percaya dengan jawaban Anita.
“Sudah enggak perlu dipikirkan. Tuh anak orang, sudah besar. Yang penting sekarang kita senang-senang,” kata Cecilia.
30 menit berlalu, acara pun kembali di lanjutkan. Soni, selaku pemimpin acara mempersilahkan kepada para alumni untuk membuat 3 grup. Dimana setiap 1 grup akan di isi oleh 10 peserta yang terdiri dari 5 pria 5 wanita.
Anita dan Cecilia kembali dalam grup yang sama. Ada Alexa, Disti dan juga Jena dalam grup mereka. Dan untuk perlombaan kali ini, Agra tidak ikut serta.
“Oke. Seperti yang sudah kalian tahu, perlombaan kali ini adalah perlombaan yang membutuhkan kerja sama tim. Untuk yang pria, tugas kalian adalah memancing. Sedangkan untuk yang wanita, bertugas memasak hasil tangkapan para pria. Masaknya apa saja terserah. Mau di bakar, di buat sup atau di goreng, enggak ada masalah. Yang penting jangan di buat Sushi, kasian jurinya nanti. Kalau sushi-nya pakai ikan Tuna enggak masalah, lah kalau dapatnya ikan buntal kan kasian,” kata Soni panjang lebar.
Ketiga grup sudah bersiap di posisi masing-masing. Mereka tinggal menunggu aba-aba dari Soni untuk memulai pertandingan.
“Waktu yang diberikan adalah 45 menit. Jadi jangan sampai lupa bahwa ada batas waktunya. Nanti Agus akan mengkoordinir waktu yang berjalan. Setiap 10 menit berlalu, mas Agus akan memberi tahu lewat goyangannya,” candaan Soni mulai keluar lagi.
Agus yang sedang berdiri santai sambil menyandarkan punggungnya di sebuah pohon kelapa melambai tidak setuju.
“Maaf, bukan bocah TikTuk.”
“Lah gimana lho, Gus?” balas Soni sambil cengengesan.
“Kau akan ku lempar pakai telur saja kalau waktunya berkurang tiap 10 menit. Setuju enggak Guys?!!” teriak Agus menanyakan persetujuan seluruh Alumni MERDEKA.
Serempak, semua setuju soal itu. Soni yang ada di atas panggung gelapan dan panik. Bukan masalah jika ia harus di lempar telur. Masalahnya, baju yang sedang ia pakai sangat mahal dan baru ia beli kemarin siang.
“Eh tunggu-tunggu,” ucap Soni berusaha membela diri. “Memangnya ada telurnya?”
Agus menoleh ke arah meja masak yang sudah di siapkan barusan. Tapi tak terlihat ada satu butir telur pun di sana. Namun meski begitu Agus tak kehilangan akal. Ia berseru keras-keras.
“Yang merasa laki-laki, siapkan telur kalian.”
Para wanita langsung tertawa keras mendengar omongan Agus. Mereka tahu, telur apa yang Agus maksud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Kopi Untuk CEO
Fiksi RemajaAnita harus merelakan jabatan Sekretaris Maneger-nya lantaran melakukan kesalahan konyol dan memalukan yang di mana melibatkan seorang CEO perusahaan tempat ia bekerja. Dan untuk menebus kesalahannya itu, ia di terpaksa menerima penurunan jabatan m...