Part9~ Puisi ~

50 42 4
                                    

Happy Reading!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!!

Warning⚠

 Persiapkan perasaan anda!

“Lima!

Empat!

Dua!

Sa..!"

ucap Syifa terpotong saat melihat salah satu dari mereka mengacungkan tangannya.

“Saya! Saya bisa!” ucap Oji mengacungkan tanganya mantap.

“Ok, coba bacakan!” ucap Syifa tegas.

“Ibu Asih pergi ke pasar ...,”

“Cakep ...,” jawab siswa dan siswi lain serempak.

“Tidak lupa membeli mangga ...,”

“Cakep ...,”

“Wahai engkau yang sudah menjadi pacar ...,”

“Cakep ...,”

“Bolehkah aku mendua ...,” ucapnya sambil tertawa bangga.

“Wuuuuuh ....” ucap mereka serempak mensoraki Oji.

“Dasar cowok jelalatan lu!” ucap salah satu diantara mereka mengatai Oji, begitu pun dengan yang lainnya

“Itu pantun! Bukan puisi, Ojol!” ucap Syifa kesal.

“Nggak apa-apalah, Kak! Yang penting kepikiran dan sudah memenuhi tugas.” jelasnya, “ tapi makasih ya semuanya, udah bilang gue cakep,” lanjunya berkacak pinggang lalu mengedipkan matanya.

“Wiihh pede amat lu, muka kaya moyet kesasar gitu! Ngarep di bilang cakep?” ucap  siswi meledek dan siswa siswinya menertawai ejekan yng diucapkan siswi itu.

“Udah-udah, jangan pada ribut,” ucap Mayda menengahi. “Lo, yang berdiri yang dideket teman gue! Mana puisi lo?” lanjut mayda bertanya.

Fadli berbalik kearah kanannya menatap Syifa lamat, lalu memegang kedua tangannya sampai Syifa berhadapan dengannya. “Jika mencintaimu itu adalah mimpi ... Merindukanmu itu juga mimpi ... Maka, aku berharap untuk bisa memilikimu itu adalah nyata!” ucapnya sambil mengecup punggung tangan Syifa.

“Wuuuuh, dasar modus lu!” ucap salah satu siswa menyoraki Fadli.

Syifa bergidik ngeri. “Apaan sih lu, GJ banget jadi orang!” ucap Syifa sambil menarik tangannya dari genggaman Fadli.

“Hehehh,” tawa santai.

“Pada kagak bener lo! Minggir sekarang giliran gue yang genteng ini!” ucap Revan sambil berdiri ditengah-tengah siswa dan siswi lain. Namun, berhadapan langsung dengan Mayda.

(Apakah Ini Cinta)

Saat pertama bertemu ...

Aku terjatuh dalam pesonamu

Bidadarikah engaku ...

Sehingga engkau selalu ada dalam pikiranku

Hati yang berdegup ....

Pikiran yang mengingat ....

Wajah yang terbayang ....

Mimpi yang menghantuiku akan dirimu.

Apakah ini cinta ....

Wajah yang tidak bisa kulupakan

Tatapan mata yang jatuh ke hati

Tangan yang ingin selalu kugenggam

Dan dirimu ... yang ingin kumiliki.

“Wooooh, romantis banget siih,” ucap para kaum hawa serempak.

Revan menatap Mayda sambil tersenyum manis, dan saat itu pula Mayda pun tersipu malu.

“Wooy! Kalo puisi kayak gituan gue juga bisa kali!” ucap Alex yang langsung berdiri dihadapan Mayda.

“Gue juga bisa!” ucap Devian sambil melangkahkan kakinya untuk menghampiri Syifa. “Minggir lo!” lanjutnya sambil mendorong Fadli pelan.

“Gue dulu, nanti baru giliran lo!” ucap Alex mantap. Lalu kembali menatap Mayda penuh cinta.

Digenggamlah tangan Mayda. “Mungkin lo nggak bisa mencintai gue ... Mungkin lo nggak bisa merindukan gue ... Mungkin lo juga nggak bisa gue miliki ... Tapi satu hal yang harus lo tahu? Gue akan terus berusaha untuk bisa ngedapetin hatilo!” ucap Alex sambil menggenggam tangan Mayda erat.

Alex menoleh ke arah Devian. “Sekarang giliran lo!” ucapnya sambil menatap Devian.

Devian menggenggam tangan Syifa lembut. “Puisi apa yang pas buat cewek judes kayak lo?!” ucap Devian tersenyum meledek.

“Hahahhh, cewek kayak dia mah kagak pantes buat digombalin!” ucap salah satu siswa meremehkan Syifa. Seketika itu semua siswa dan siswi termasuk Mayda, Alex, Devian, Fadli, Revan dan Abqary melirik ke arah orang yang meledek Syifa.

Abqary senyum meremehkan, melihat itu Syifa menundukan kepalanya sakit dan malu. Syifa pun melepaskan tangannya dari genggaman Devian kasar. Devian melihat Syifa merasa bersalah, saat Alex hendak menghampiri Syifa langkahnya terhenti karena teriakan seseorang.

“Kata siapa cewek judes kayak Syifa nggak pantes digombalin!” ucap seorang laki-laki yang tak lain adalah Panji sedikit berteriak. “Gua bisa gombalin Syifa!” lanjutnya sambil menghampiri Syifa dan mendorong Devian pelan dan menggenggam tangan Syifa erat.

Panji menatap Syifa sayang. “Gue tahu lo dingin ... Gue juga tahu lo cuek ... Tapi, tahukah lo? Bahwa sekalinya lo tersenyum itu membuat gue jatuh hati.” Ucap Panji sambil tersenyum manis Syifa menatap Panji lama lalu menarik tangannya dari genggaman tangan Panji.

“Gue harus pergi!” ucap Syifa sambil melangkahkan kakinya, namun terhenti saat Devian memanggilnya.

“Tunggu!” panggil Devian sedikit berteriak.

“Apa?” ucap Syifa dingin.

“Jangan pergi ... sebelum lo mencuri hati gue!”

 🍀


🍀


🍀


🍀


🍀



BERSAMBUNG ....

Dasar Bocil NgeselinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang