Kaminari POV
"Denki?", aku membuka mataku, ayahku yang baru pulang dari rumah sakit membangunkanku dan bertanya "apa yang kau lakukan? kenapa kau tidur didepan pintu?", aku kemudian teringat aku menangis tak henti-henti semalam disini hingga aku ketiduran, aku tersenyum dan menjawab "ah tidak apa-apa, semalam aku mungkin terlalu mengantuk sampai aku tertidur disini", ayahku menatap curiga dan bertanya "kau tidak mabuk kan?", aku menjawab "tentu saja tidak, kalau begitu aku akan bersiap untuk pergi bekerja".
Kemudian aku masuk kamar mandi dan bersiap untuk pergi bekerja di toko kue keluarga Yoshiko untuk pertama kalinya setelah beberapa Minggu, didalam kamar mandi aku berpikir apa yang telah semalam kulakukan, aku telah membunuhnya, rupanya itu bukan mimpi, aku telah membunuh Kyouka dan tidak dapat menemuinya kembali.
Aku kemudian teringat ucapan sebelum aku membunuhnya, aku telah berjanji akan segera menyusulnya, apa itu artinya aku harus menepati janjiku dan bunuh diri untuk menyusulnya?
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian aku keluar menuju ruang makan, disitu ayahku sudah menyiapkan sarapan untuk kami berdua, aku duduk dan ayahku bertanya "jadi hari ini kau akan kembali bekerja lagi?", ucapnya sambil menyodorkan sepiring nasi goreng padaku, aku mengambilnya dan menjawab "ya, aku sudah tidak bekerja selama beberapa Minggu, jadi kupikir aku harus kembali bekerja", ucapku kemudian menyelesaikan sarapanku dan kemudian berangkat bekerja.
Aku sampai didepan toko kue keluarga Yoshiko dan aku masuk kedalam, Yoshiko yang sedang menata kue di etalase tersenyum dan berkata "selamat pagi Kaminari, apa kau yakin kau ingin memulai bekerja sekarang? kau boleh libur selama beberapa hari sampai kau membaik", aku mengambil apron dan menjawab "tidak apa-apa, aku sudah membaik".
.
.
.
.
.
Sambil bekerja, aku berpikir untuk apa aku bekerja jika aku akan segera bunuh diri? dasar diriku ini memang bodoh, Yoshiko yang memerhatikanku bertanya "ada apa Kaminari? apa ada masalah?", aku menjawab "ah, tidak juga, tetapi,,,...", Yoshiko bertanya "tapi apa?", aku menghela nafas dan bertanya "orangtuamu dibunuh oleh penjahat kan?".
Yoshiko terdiam sebentar kemudian menunduk dan bertanya "kenapa kau menanyakan itu?", aku tersadar telah menyinggung perasaannya dan menjawab "maafkan aku, tidak seharusnya aku bertanya pertanyaan seperti itu", ucapku sambil menunduk, Yoshiko kemudian menatapku dan bertanya "tapi kenapa kau bertanya seperti itu? apa terjadi sesuatu?".
Aku terdiam sambil menunduk kemudian bertanya "apa kau membenci seorang pembunuh?", Yoshiko menjawab "tentu saja, mereka orang jahat yang mengambil hidup orang dan kebahagiaan orang lain yang mereka tinggalkan", aku menatapnya lalu bertanya "dan apa yang kau lakukan jika kau tahu bahwa orang yang kau kenal adalah pembunuh?".
Yoshiko berpikir sebentar dan menjawab "jika dia temanku, maka pastinya aku akan sangat terkejut dan mungkin akan memutuskan hubungan dengannya", aku lalu terdiam setelah mendengar penjelasannya, hingga akhirnya seorang pelanggan datang dan kami kembali bekerja melayani pembeli.
.
.
.
.
.
Sesudah bekerja dari toko kue, aku memutuskan untuk mampir ke rumah sakit untuk menjenguk ibuku, aku memasuki rumah sakit dan berjalan menuju kamar tempat ibuku dirawat seperti biasanya.
Aku masuk dan tersenyum melihat ibuku yang terbaring tak sadarkan diri dikasur, aku berjalan mendekat dan kemudian mencium keningnya, lalu memegang tangannya dan berkata "hei ibu, maafkan anakmu ini".
Aku kemudian melanjutkan "aku tidak punya pilihan lain selain melakukan itu", ucapku sambil menitikkan air mata, "aku tahu, kau lebih suka jika aku memilih membiarkanmu dibunuh daripada mengetahui bahwa aku membunuh orang tak bersalah", ucapku dengan air mata yang menetes pada tangan ibuku.
"Tetapi aku adalah anakmu, jadi aku tidak punya pilihan lain selain mengorbankan temanku demi keselamatanmu, jadi kumohon tolonglah mengerti", aku menatap wajahnya dan berkata "aku tidak tahu apa reaksimu ketika kau sadar dan mendengarkan ini semua, tetapi jika kau marah dan tidak ingin melihatku lagi dihadapanmu,,,...".
Aku tersenyum dan menjawab "aku akan bunuh diri hari ini, jadi tenang saja, aku tidak akan pernah muncul lagi dihadapanmu mulai sekarang", ucapku kemudian mencium keningnya, lalu bangkit dan berjalan menuju pintu, kemudian aku menatapnya sekali lagi dan tersenyum lalu berkata "sampai jumpa, tolong jaga ayah ya, aku belum sempat berpamitan dengannya, jadi tolong sampaikan pesanku bahwa aku menyayangi kalian".
.
.
.
.
.
Aku berjalan keluar rumah sakit sambil menahan air mata, tekadku sudah bulat, aku akan segera menyusul Kyouka dan meminta maaf padanya sekarang juga, aku kemudian berjalan menuju jembatan tempat aku membunuh Kyouka kemarin.
Aku berpikir apa aku perlu menyiapkan surat wasiat dan pesan terakhir? tetapi sepertinya tidak usah, jika aku tidak menuliskan peninggalan maka ada kemungkinan orang mengira aku tewas kecelakaan bukan bunuh diri sehingga orangtuaku tidak tertekan ketika mengetahuinya dan juga memperkecil resiko aku dicurigai sebagai pembunuh Kyouka.
Sesampainya di jembatan itu aku berjalan mendekat menuju pagar tempat Kyouka terjatuh dan kemudian tersenyum lalu berkata "hei Kyouka", ucapku sambil mengelus pagar jembatan, "aku akan segera datang", ucapku, aku berkata "aku tidak tahu apa kau mau memaafkanku, tetapi aku akan tetap menepati janjiku dan melakukan ini untuk menebus dosaku".
Air mataku menetes dan terjun tinggi kebawah sungai, aku kemudian tersenyum dan berkata "aku datang, Kyouka", ucapku kemudian menutup mata dan bersiap untuk menjatuhkan diri.
.
.
.
.
.
Tetapi tepat beberapa detik sebelum aku terjun seseorang berkata "Kaminari? apa yang kau lakukan disini? kenapa kau tidak menjawab pesan di telepon untuk pergi bersama-sama menjenguk Kyouka?", aku terkejut dan membuka mataku, aku melihat Midoriya yang bertanya padaku dengan semua siswa-siswi 1A dibelakangnya ikut menatapku heran.
Tetapi apa yang Midoriya katakan lebih membuatku heran, apa maksudnya menjenguk Kyouka?
KAMU SEDANG MEMBACA
im for you & you for me (Boku no hero academia-Kamijirou fanfic)
FanficDenki kaminari dan Kyouka Jirou sudah menjadi sahabat sejak mereka berdua pertama bertemu, sebagai seorang anak SMA seharusnya kehidupan mereka biasa saja, tetapi seolah-olah mereka terkena kutukan yang membuat mereka selalu terkena masalah, bagaima...