"Honey, please. Jangan bikin aku khawatir," ucap Granger saat mata mereka bertemu.
Silvanna tak menjawab apa-apa, tapi tangannya berangsur memegang perutnya sendiri.
Melihat tingkah itu, Granger membulatkan mata. "Hon?" Granger tajam menatap Silvanna. Ia berusaha membaca sebuah pesan yang ingin disampaikannya lewat tatapan mata. Satu kata yang menghantui pikirannya saat ini. Namun, ia ingin mendengar penjelasan lebih, tak hanya dari tatapan mata kekasihnya.
Bungkamnya Silvanna memancing rasa penasaran Granger. Dari tatapan itu, sudah dapat disimpulkan kalau pikirannya benar. Telah terjadi apa-apa pada Silvanna saat itu.
Tatapan Granger melembut seraya mengatupkan kedua telapak tangannya di wajah kekasihnya. "It's oke, Hon. Aku bakal tanggung jawab," ungkap Granger dengan nada yang tulus seperti biasanya.
Tak lama kemudian, Estes, dokter yang menangani Silvanna saat itu masuk ke ruang IGD sambil membawa catatan resep untuk Silvanna.
"Sebaiknya kamu bisa lebih menjaga kesehatanmu, Silva," peringat Estes dengan hati-hati. "Dan ini resep yang harus kamu tebus di apotek." Estes menyerahkan secarik kertas itu.
"Terima kasih, Dok. Saya akan lebih menjaga kesehatan saya mulai sekarang," sahut Silvanna menerima carikan kertas itu.
"Kalau begitu, saya permisi dulu," pamit Estes kemudian. Setelah melemparkan senyum ramah pada dua sejoli itu, ia meninggalkan ruangan IGD.
"Oke, Silv, minggu depan kita nikah!" sahut Granger serius.
Dahi Silvanna mengerut mendengar kalimat dari Granger barusan sambil terus memegangi perutnya. Ia terkejut saat Granger hendak ikut mengelus perutnya.
Satu tepukan dari kertas resep hinggap di kening Granger. "Mau apa?" tanya Silvanna galak.
"Mau pegang calon anakku, dong," sahut Granger.
"Anak dari Hongkong?!" sahut Silvanna frontal. "Aku laper!"
Rahang Granger hampir jatuh mendengar pernyataan dari Silvanna. "Kamu hamil, kan? Kata Karina kamu mual-mual. Terus megangin perut terus."
"Asam lambungku naik, Gran. Aku nggak jaga pola makan beberapa hari ini," ungkap Silvanna.
Ada udara segar yang dirasakan Granger saat itu. Kalaupun iya Silvanna hamil, ia akan segera bertanggung jawab. "Ja-jadi—"
"Jadi aku nggak hamil. Aku mual karena asam lambungku naik," kata Silvanna seraya menarik napas tipis. "Kamu mau tanggung jawab, kan? Tebusin obat ini di apotek sekarang karena aku udah boleh pulang." Silvanna menepukkan kertas resep itu ke telapak tangan Granger. Ia turun dari brankar secara perlahan sambil menahan senyumnya.
"Thank, God!" Granger yang masih diam di tempatnya mengucap syukur karena tidak terjadi apa-apa pada Silvanna. Ia mendongak dan dan mengusap wajahnya sendiri. Granger merasa, salah satu beban beratnya terlepas hari ini.
***
Kedua sejoli itu tiba di apartemen kediaman Silvanna. Gadis itu langsung ambruk di sofa, sementara Granger mengambil bantal dari kamar Silvanna. Ia membiarkan tunangannya itu berbaring di sofa untuk mengistirahatkan tubuhnya.
"Kamu nggak balik kerja?" tanya Silvanna pada Granger yang kini sibuk menyiapkan sesuatu di dapur.
"Mana tega aku ninggalin kamu sendiri dalam keadaan begini?" sahut Granger.
"Hey inget, kamu kerja bukan di tempat Roger lagi! Nggak ada Alucard yang bisa backup kamu!" Silvanna mengingatkan.
"Aku udah bilang, kok. Kayaknya, atasanku nggak keberatan," kata Granger seraya membawakan nampan berisi makanan yang mereka beli dalam perjalanan pulang tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
FanfictionCerita ini merupakan kelanjutan dari novel 'Roommate'. Disarankan untuk membaca Roommate terlebih dahulu agar tidak bingung dalam mengikuti alur ceritanya 😊💘 Silvanna sudah mantap menambatkan hatinya pada sosok mantan roommate menyebalkannya, Gra...