Ada kata yang selalu menyusup bersama udara yang terhirup.
Terasa pekat, berat untuk diembus.
Menghantar getar, menumpuk asa.
Menapaki jejak tempo yang kian memuncak.
Memikul beban kekalutan serta dahaga jiwa
Kata itu,
Rindu.
Potongan bait puisi yang terpampang di sebuah status WhatsApp, membuat pria dua puluh tujuh tahun itu segera membalas status itu dengan sebuah panggilan video. Ia tak peduli dengan muka bantalnya yang muncul saat jeda panggilan sebelum terangkat oleh lawan bicaranya.
Saat panggilan video itu terangkat, muncul wajah seorang gadis yang tengah menyendokkan makanan ke mulutnya. Tampaknya, gadis bermata abu-abu terang itu sedang menyantap makan siangnya di kantor.
"Kalo kangen bilang! Jangan ngode lewat status mulu," sahut Granger saat melihat gambar Silvanna di layar ponselnya.
"Lho, emang siapa yang bikin status buat kamu? Jangan ke-GR-an deh!" balas Silvanna menahan tawa. Ia kembali menyendokkan makanan ke mulutnya.
"Tadi bikin puisi galau di status? Pake nulis rindu."
"Itu buat Dyrroth!" sahut Silvanna.
"Mengelak terus!" oceh Granger membuat Silvanna tertawa di tempatnya.
Lima bulan lebih menjalani hubungan jarak jauh memang sangat menguji mereka. Biarpun terlihat singkat, namun inilah kali pertama mereka jauh. Sebelum LDR, biasanya mereka menyempatkan waktu di tengah kesibukan masing-masing untuk jalan bersama, entah itu untuk makan malam, atau sekedar nonton di bioskop. Dan selama lima bulan ini, keduanya hanya berkomunikasi lewat telepon dan media sosial untuk melepas rindu.
"Kamu baru bangun?" tanya Silvanna setelah meminum air dari botol tumbler-nya.
"Ya, aku semalem nemenin Alucard di rumah sakit," jawab Granger. "Ternyata, calon bayi mereka nggak bisa diselamatkan." Ucapan Granger terdengar lemah mengingat Alucard dan Miya harus merelakan calon bayi mereka diangkat karena memang ada masalah pada janinnya."
Silvanna menghela napas sedih, "Aku turut berduka mendengarnya. Setelah ini, aku bakal kirim pesan pada Miya."
Granger bangkit dan terduduk di sisi ranjang. "Kamu selesai magang kapan, sih?" tanya Granger terdengar tidak sabar.
"Dua minggu lagi. Sekarang, aku lagi ngerjain project magang terakhir aku di sini," jawab Silvanna. "Agak berat, sih, karena aku harus banyak kerja lembur buat persiapan acara live ulang tahun StarTV."
"Kamu harus rutin minum vitamin sama jaga pola makan. Atur waktu istirahat kamu sebaik mungkin," kata Granger penuh perhatian. "Apa aku ke Azrya aja buat nyemangatin kamu?"
Silvanna terkekeh, "Nggak usah. Yang ada nanti kamu aku cuekin di sini karena saking sibuknya," sahut Silvanna. "Kamu juga lagi sibuk nyari tempat kerja baru, kan?"
"Kemarin aku dapat email dari kantor properti. Besok siang aku ke sana buat interview."
"Kamu yakin mau pindah kerja?" tanya Silvanna untuk meyakinkan keputusan kekasihnya itu.
"Bagaimanapun, aku nggak mau terus bergantung pada keluarga Hunter, Silv. Aku mau lebih mandiri dan berdiri di atas kakiku sendiri. Apalagi nanti kalau kita udah nikah, aku mau berusaha buat keluarga kita dengan caraku sendiri. Lagian, Alucard dan Papa Roger nggak keberatan. Mereka malah mendukung keputusan aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
FanfictionCerita ini merupakan kelanjutan dari novel 'Roommate'. Disarankan untuk membaca Roommate terlebih dahulu agar tidak bingung dalam mengikuti alur ceritanya 😊💘 Silvanna sudah mantap menambatkan hatinya pada sosok mantan roommate menyebalkannya, Gra...