Dalam satu mobil yang sama, Zilong membawa Freya. Entah ke mana pria itu akan membawa perempuan itu. Yang jelas keduanya begitu tenang dalam pikirannya masing-masing.
Freya menoleh ke arah Zilong yang sedang fokus menyetir. "Gue nggak nyangka kalo kita punya tujuan yang sama," kata Freya membuka percakapan di antara keduanya. Mungkin dia sudah bosan melewati 15 menit tanpa kata sedikitpun dari mereka.
"Ya, gue tau kalo lo orang yang potensial buat jalanin rencana ini," sahut Zilong. Lalu ia menoleh sebentar ke Freya. "Gue tau lo suka sama Granger, makannya kita bikin rencana ini serapi mungkin, biar tujuan kita masing-masing bisa kita dapetin," ujar Zilong kembali menatap jalan.
Freya tersenyum licik, " Gue nggak tau apa yang bikin lo atau Granger sampe tergila-gila sama dia." Freya menggeleng seperti merendahkan. "Padahal, masih banyak perempuan lain yang lebih layak buat diperjuangkan!"
"Lo mana ngerti apa yang dibutuhin cowok dari cewek yang layak buat dampingin kita?" Zilong rasanya tidak sependapat dengan Freya soal ini.
"Bukannya cantik, pinter, itu udah cukup, ya?" kata Freya.
"Nggak selalu begitu," kali ini Zilong akan mengutarakan pendapatnya. "Coba posisikan diri lo sendiri, gimana lo menyukai Granger saat ini? Kurang lebih gue juga punya perasaan seperti itu ke Silvanna."
"Dari awal ketemu, gue udah nge-tag Granger buat gue. Dan apa yang gue mau harus bisa gue dapetin. Akhirnya gue yang menang karena gue punya alasan kuat kenapa gue yang harus milikin Granger sekarang."
"Lo emang perempuan yang cerdas, Freya. Lo bisa mendapatkan apa yang lo mau tanpa harus berjuang lebih." Zilong memuji kepandaian Freya ketika itu. "Sekarang, rencana lo selanjutnya apa?"
"Gue punya rencana buat nyamperin orang tua Silvanna. Gue bakal bilang ke mereka kalo Granger nggak serius sama Silvanna. Sekaligus, gue mau kasih bukti ke mereka biar Silvanna lebih dijauhkan dari Granger. Dengan begitu, gue udah bisa milikin Granger," jelas Freya mengenai rencananya.
Zilong mengangguk setuju. "Oke kalo gitu, gue bisa bantu lo. Gue tau alamat orang tua Silvanna di Moniyan. Kita ke sana, tapi nggak hari ini."
"Oke, mungkin besok kita bisa terbang ke Moniyan."
***
Sesuai rencana mereka, Kota Moniyan menjadi destinasi Zilong dan Freya kali ini. Berbekal alamat kediaman Silvanna di Moniyan yang didapat Zilong dari arsip peserta magang StarTV, ia dan rekan satu misinya menyambangi sebuah rumah yang tidak terlalu mewah di sana.
Freya mencocokkan alamat rumah itu dengan alamat yang tertera pada profil Silvanna. Setelah itu, ia mengangguk sebagai ajakan pada Zilong untuk ikut masuk.
"Lebih baik, lo sendiri aja yang masuk. Gue udah terlanjur kenal sama adiknya Silvanna. Gue khawatir dia tau dan rencana kita bakal gagal!" kata Zilong membuat Freya kembali berpikir.
"Oke, gue masuk sendiri. Tapi inget, lo jangan ke mana-mana!" ancam Freya. Setelah perempuan itu meneguhkan hati, ia masuk ke gerbang yang tak dikunci itu. Sementara itu, Zilong mencari tempat untuk bersembunyi.
"Permisi!" seru Freya sambil menekan-nekan bel yang ada di depan pintu rumah itu. Setelah beberapa kali ia menyahut dan menekan bel, muncul seorang perempuan yang begitu mirip dengan Silvanna.
"Mohon maaf, Anda cari siapa?" tanya Nyonya Aurelius, ia tidak mengenali perempuan itu.
"Selamat siang, Nyonya. Saya Freya. Keperluan saya ke sini hanya untuk menyampaikan sebuah kabar." Freya memotong kalimatnya. "Saya minta tolong Anda untuk menjauhkan Silvanna dengan calon suami saya."
Nyonya Aurelius mengerutkan dahi. Orang gila dari mana yang menyuruh Silvanna untuk menjauhi calon suami orang lain? Silvanna sudah bertunangan dan siap menikah di waktu yang dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
FanfictionCerita ini merupakan kelanjutan dari novel 'Roommate'. Disarankan untuk membaca Roommate terlebih dahulu agar tidak bingung dalam mengikuti alur ceritanya 😊💘 Silvanna sudah mantap menambatkan hatinya pada sosok mantan roommate menyebalkannya, Gra...