21. Kesalahan Terbesar

293 49 89
                                    

Jarum jam masih berputar tanpa pernah bosan membuang masa demi masa yang takkan terpijak lagi.

Begitu juga jutaan detik yang berlalu bersama rasa saling merindu.

Dalam jarak yang lumayan jauh, dua sejoli itu masih bercengkrama lewat layar pemisah. Namun, selama mereka masih di bawah langit yang sama, jarak itu tak seberapa.

Rasa mereka masih melebur bersama udara.

Silvanna masih menatap layar laptopnya yang menampakkan wajah ngantuk seorang cowok. Tampaknya, cowok itu masih ingin bermesraan bersama bantal dan gulingnya.

Berbeda dengan Silvanna yang sudah mandi dan bersiap untuk beraktivitas.

"Gran, aku mau bilang kalo hari ini aku dimintain tolong buat ngisi acara kulineran di StarTV. Nggak apa-apa, kan?" izin Silvanna saat ia dan kekasihnya bervideo call di pagi hari itu.

Perbedaan waktu yang cukup lama membuat salah satu dari mereka rela bangun lebih pagi untuk berkomunikasi. Di sini Granger yang mengalah. Biasanya cowok itu anti bangun sebelum jam 7 pagi waktu setempat. Hanya karena perbedaan waktunya dua jam lebih lambat dari Celestial, ia harus menyempatkan diri mengangkat telepon dari Silvanna pukul 6 Monastery. Ujung-ujungnya Silvanna mengalihkan panggilan ke video call.

Mendengar kata StarTV Granger terbelalak di kasurnya. Ia mendadak lekat menatap Silvanna dari layar handphone.

"Sama Zilong?"

Silvanna mengangguk, "Tapi aku nggak berdua aja. Ada kru TV dan aku ngajak Nana buat nemenin," jelasnya buru-buru.

"Lama nggak?"

"Paling sampe sore," ujar Silvanna. "Boleh, kan?"

"Oke, tapi selama kamu di sana, sering-sering kabarin aku!" kata Granger sebelum kepalanya kembali ambruk di bantal tidurnya.

Silvanna tersenyum senang. "Oke deh, kalo gini kan aku tenang berangkatnya."

Ada jeda selama Silvanna menyiapkan kebutuhannya untuk syuting. Mendadak, ia teringat sesuatu yang membuatnya senyum-senyum sendiri.

Di tempatnya, Granger mengerutkan dahi. Merasa heran dengan perubahan dari raut wajah Silvanna.

"Kenapa? Seneng mau ketemu Zilong?!" sahut Granger kesal. Ia mendecih.

Silvanna mendadak manyun. "Apaan? Aku lagi inget sesuatu aja. Nggak boleh?!" sahut Silvanna.

"Inget apa?"

Silvanna kembali mengutak atik laptopnya.

Dalam beberapa detik, ada sebuah pesan yang masuk ke handphone Granger. Sebuah lagu siap diunduh.

"Kamu dengerin lagu itu," kata Silvanna.

Aku merindu
Kuyakin kau tahu
Tanpa batas waktu
Kuterpaku
Aku meminta
Walau tanpa kata
Cinta berupaya
Engkau jauh di mata
Tapi dekat di doa
Aku merindukanmu

Granger ikut tersenyum ketika mendengar inti lagu itu. Ia tahu, liriknya merupakan isi hati dari kekasihnya itu.

"Curhat, Non?" goda Granger. "Emang pacarnya ke mana?"

"Saya nggak punya pacar, Mas. Punyanya tunangan!" sahutnya diiringi tawa.

Selanjutnya, Granger kembali mendengarkan lagu itu.

Aku masih di dunia ini
Melihatmu dari jauh bersama dia
Walau pasti kuterbakar cemburu
Tapi janganlah kau ke mana-mana

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang