29. Never Let You Go

258 30 90
                                    

"Aku belum tau, Gran. Orang tuaku begitu marah. Dan maaf, sampai sekarang mereka belum mau jenguk kamu di sini."

Granger menundukkan pandangannya. "Aku berharap banget, orang tua kamu masih percaya sama aku buat jagain kamu."

"Tapi kami keberatan buat itu, Granger!" sahut Tuan Aurelius yang entah dari kapan ada di ambang pintu rumah sakit.

Kedua pasang mata anak-anak muda di depannya langsung menyambut kedatangannya dengan tampang cemas. Pasalnya, bukan ucapan selamat yang dilontarkan pertama kali oleh pria paruh baya itu, melainkan sebuah pesan keberatan.

Silvanna menundukkan kepalanya, tidak ingin menatap siapa-siapa.

Tuan Aurelius semakin dalam memasuki ruang rawat Granger. Ia melipat tangannya di belakang punggung dan berjalan melalui brangkar untuk menuju jendela di ujung ruangan tanpa menoleh sedikitpun pada Granger.

"Kamu tahu, Granger, titik terendah dalam hidup saya itu ketika mendengar kabar kalau kamu hanya mempermainkan anak saya." Tuan Aurelius mulai bicara. "Sejak saat itu, memaafkan kamu adalah hal terharam bagi saya." Setelah menatap deretan gedung yang menyeimbangi tinggi rumah sakit itu, Tuan Aurelius membalikkan badan. "Kamu pikir, membesarkan anak gadis itu mudah? Karena itulah saya tidak mau menyerahkan anak saya lagi pada laki-laki macam kamu!" 

Granger menunduk. Perkataan Tuan Aurelius kini terasa amat perih menusuk hatinya. Namun ia harus mengerti, kasus ini memang benar-benar membuat keluarga Silvanna hancur, sehancur-hancurnya. Bahkan, orang yang sudah meretakkan kepercayaan orang tua Silvanna kepadanya, tidak menanggung beban seperih ini. Dia hanya mendekam di penjara dalam jangka waktu yang belum diputus pengadilan.

"Tuan, izinkan saya mengutarakan isi hati saya pada Anda." Kali ini Granger memberanikan diri untuk bersuara. "Saya mengerti kalau kasus ini begitu melukai Anda dan keluarga. Tapi di sini saya berjuang bukan untuk membela diri, saya ingin saya hanya ingin membuktikan kalau saya memang tidak bersalah dalam kasus ini. Saya murni dijebak karena dendam seseorang yang mengarah pada saya."

"Ya saya tahu itu. Teman-temanmu juga sangat membelamu ketika mereka mengobrol dengan saya." Tuan Aurelius menatap Granger tanpa meninggalkan tempatnya berdiri sekarang. "Tapi saya kurang yakin kalau harus mempercayai kamu untuk menjaga anak saya lagi."

Granger tahu, kalau hanya dari ucapan, Tuan Aurelius tidak akan percaya. Jadi ia bulatkan kekuatannya untuk menahan perih atas luka-luka di beberapa bagian tubuhnya yang belum mengering.

Silvanna khawatir dengan Granger yang memaksa berjalan menghampiri ayahnya. Di saat Granger tertatih karena menahan sakit, di situ Silvanna membantu sambil membawa gantungan infus.

Tanpa diduga, Grangar berlutut di depan Tuan Aurelius saat itu juga.

"Izinkan saya untuk menjaga Silvanna lagi, Tuan. Dialah satu-satunya orang terdekatku saat ini. Satu-satunya gadis yang saya cintai sampai saat ini, dan dialah satu-satunya alasan mengapa saya harus melanjutkan hidup," katanya kala bersimpuh di depan lutut Tuan Aurelius.

"Berdiri, Granger! Tak pantas kamu berlutut di depan saya," titah Tuan Aurelius.

"Demi Silvanna. Saya meminta Silvanna pada Anda untuk saya persunting sesegera mungkin," kata Granger tak ada gentarnya. "Saya tidak bisa melepaskan dia."

Tuan Aurelius membuang muka, mungkin merasa muak dengan janji-janji pemuda ini yang belum juga terealisasi. Malahan, pemuda ini sudah meretakkan kepercayaan yang sudah diberikannya.

Peluang adanya kesempatan kedua begitu tipis. Hampir tidak ada.

"Kamu masih bisa janji?" Tuan Aurelius mendecih. "Kepercayaan saya sudah tak sempurna buat kamu. Lebih baik, relakan Silvanna segera setelah kamu pulih dari sakit ini." Tanpa ragu, Tuan Aurelius keluar ruangan itu karena urusannya dirasa sudah cukup.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang