Silvanna turun dari taksi di depan gerbang "Swan Beauty and Salon" milik Odette. Di dalam taksi itu masih ada Granger yang harus segera berangkat ke kantor. Sebelum menutup pintu penumpang, Silvanna sempat berpamitan pada cowok bersurai hitam itu.
"Hati-hati, ya. Nanti kamu ke sini aja sehabis pulang kerja," kata Silvanna.
"Oke, dan tolong bilangin Odette suruh dandanin kamu yang cantik!"
Bukannya menjawab, Silvanna malah memutar bola matanya seraya menutup pintu penumpang. Kemudian, ia membalas lambaian tangan Granger yang kembali melanjutkan perjalanan dengan taksi itu. Setelah Silvanna tak melihat taksi tadi, ia segera masuk ke dalam salon sahabatnya itu.
Odette menamakan Swan Salon karena ia terinspirasi dari salah satu danau cantik yang ada di kota Celestial ini. Selain itu, di sana menjadi tempat bersejarah bagi Odette karena di situlah tempat kencan pertama Odette dengan Lancelot berlangsung satu setengah tahun yang lalu. Semenjak pertemuan mereka di lokasi syuting film pendek, mereka jadi sering berkomunikasi dan akhirnya dekat.
Mendekati pintu masuk, Silvanna berpapasan dengan seorang cowok yang tampak rapi dengan setelan tuksedo yang melekat di tubuhnya. Mereka bertemu tatap dalam beberapa detik.
"Mau ke mana, lo? rapi amat?" tanya Silvanna saat melihat penampilan Claude yang jauh lebih rapi dari biasanya.
"Mau kondangan ke sodaranya!" Bukan Claude yang menjawab melainkan seorang gadis berambut pendek—yang juga sudah rapi dengan gaun selutut—yang tiba-tiba muncul di belakangnya dengan langkah hati-hati. Sesekali gadis itu mengutuk kecil mengenai betapa sulitnya berjalan di atas highheels. Dengan sigap, Fanny meraih tangan Claude untuk menyeimbangkan dirinya yang hampir terjatuh.
Silvanna ngeri sendiri melihat Fanny yang sepertinya bersusah payah merias diri dengan penampilan seperti itu. Fanny benar-benar butuh perjuangan.
"Kalian hati-hati, deh. Lo jagain cewek lo. Jalan aja kesusahan dia!" sahut Silvanna diiringi senyum nakal sebelum masuk ke salon itu.
Sesampainya di ruang rias, gadis bermata keabuan itu melihat Odette, sahabatnya, tengah membereskan peralatan makeup. Ia berasumsi kalau peralatan tempur itu bekas digunakan untuk mendandani Fanny barusan.
"Sibuk ya, Dette?" tanya Silvanna saat menghampiri Odette.
Odette berbalik badan dan menyambut kedatangan sahabatnya itu dengan senyuman. "Abis dandanin cewek tomboy. Ternyata lebih susah dari yang gue kira," candanya sembari menyimpan boks makeup-nya di lemari khusus. "Perwakilan wedding organizer-nya ke sini satu jam lagi. Kita sarapan dulu, yuk!" ajak Odette.
"Gue udah sarapan di apartemen sama Granger. Lo aja yang sarapan, gue temenin,"
Odette mengerutkan dahi, "Tumben Granger di apartemen lo pagi-pagi?" tanya Odette.
"Dia nginep di apartemen. Kasian kalo gue suruh pulang. Keliatan capek banget abis jemput gue ke Moniyan."
Odette membulatkan bibirnya. "Jadi lo mau konsep yang mana?" tanya Odette kala ia bergabung duduk dengan Silvanna di sofa ruangan itu.
"Kemaren gue nunjukin email dari lo. Kata dia, terserah sama gue konsepnya mau gimana, yang jelas jangan yang konsep Garden. Dia trauma sama kejadian itu," kata Silvanna sambil menahan tawa, begitu juga dengan Odette yang mengingat pernikahan pura-pura itu. "Tapi gue suka sama konsep yang outdoor wood."
"Oh yang itu," Odette sepertinya hafal dengan konsep yang disebutkan Silvanna. "Gue juga suka tuh. Di samping konsepnya menyatu sama alam, tamu undangan juga nggak bakal boring."
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulmate
FanfictionCerita ini merupakan kelanjutan dari novel 'Roommate'. Disarankan untuk membaca Roommate terlebih dahulu agar tidak bingung dalam mengikuti alur ceritanya 😊💘 Silvanna sudah mantap menambatkan hatinya pada sosok mantan roommate menyebalkannya, Gra...