18. Cemburu

315 53 63
                                    

Ultimatum dari Nyonya Aurelius beberapa hari yang lalu tidak membuat Granger menyerah begitu saja. Pemuda itu bahkan menjadikan desakan itu sebagai satu masalah yang harus segera ia selesaikan. Ketika tali cintanya bersama Silvanna mulai kusut karena desakan itu, ia harus mengurainya, bagaimanapun caranya.

Demi hubungannya.

Demi apa yang sudah mereka lalui.

Demi semua yang pernah mereka lakukan.

Menjelang sore itu, Silvanna diantarkan Hayabusa ke tempat sebuah Gym di dekat pusat kota. Sebenarnya, Granger tak menyuruhnya ke sana. Pemuda itu hanya berpesan untuk menunggu di apartemen untuk dijemput. Namun, Silvanna berkeras hati ingin menghampirinya ke sana.

Granger bilang akan mengajaknya untuk menghadiri acara launching sebuah perusahaan yang sudah bekerja sama dengan perusahaan property tempat Granger bekerja. Dan tanpa banyak bertanya, Silvanna langsung menyetujui untuk menemani kekasihnya itu.

Setelah melewati pintu kaca otomatis, Silvanna semakin melangkah masuk ke ruangan inti gym itu. Gadis itu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan hingga iris keabuannya menangkap sosok pria tegap bersurai hitam yang tengah berlatih barble di tengah ruangan. Sepersekian detik berikutnya, Silvanna langsung menghampiri pemuda itu.

Silvanna tak langsung menyapa Granger. Ia memilih untuk diam menatap Granger dari belakang sambil duduk di kursi kecil dekat cermin. Kalau diperhatikan, postur tubuh Granger sudah banyak berubah semenjak Silvanna mengenalnya. Cowok itu lebih terlihat tegap dan kekar. Mungkin itu karena Granger sudah sering gym di akhir pekan dan meninggalkan kebiasaan buruknya dulu.

Tak lama kemudian, Granger menaruh kembali barbell yang sudah digunakannya untuk melatih otot tangan kirinya. Beberapa detik kemudian, cowok itu berbalik dan mendapati Silvanna tengah duduk di belakangnya. Cowok itu tak terkejut sama sekali.

Silvanna merengut, merasa surprise kecilnya gagal sore itu. "Kok kamu nggak kaget aku dating?" tanya Silvanna judes.

Granger tersenyum miring, "Parfum kamu udah aku cium dari tadi. Makannya aku langsung udahan barbell-annya," sahut Granger enteng. Ia duduk di samping Silvanna sambil meneguk air mineral dari tas olah raganya. "Aku bilang kan tunggu aja di apartemen, nanti aku jemput."

"Aku udah janjian sama Odette. Rencananya aku mau make-up di sana aja. Kebetulan kan salon Odette deket dari sini," kata Silvanna.

"Kamu ke sini sendiri?"

"Dianterin Haya tadi. Cuma, dia udah balik lagi."

Ada jeda sebelum mereka melanjutkan percakapan dengan topic yang lain. "Mama masih di apartemen?" tanya Granger. Kini nada bicaranya terdengar lebih pelan. Mungkin mendadak teringat dengan ultimatum dari nyonya Aurelius beberapa hari yang lalu.

"Mama udah pulang dari tadi. Dia titip salam buat kamu," jawab Silvanna tak kalah pelan. Ia menatap raut wajah kekasihnya yang tengah menyembunyikan sesuatu. Sebagai kekasih, Silvanna tahu apa yang tengah dipikirkan oleh Granger. "Hon, kita pasti bisa nemuin jalan keluarnya," ucap Silvanna sambil memegang bahu kanan kekasihnya. "Aku tahu kamu. Kamu pasti nggak akan lepasin aku gitu aja, kan?"

Silvanna menghela napas, meluruskan pandangannya kea rah jendela kaca di ujung ruangan gym itu. "Aku juga udah ngomong sama Mama, memberikan mama pengertian. Biar masalah mama, aku yang handle."

Granger tersenyum lega. Sebagai lelaki, ia harus lebih tegas dan terlihat tegar di depan Silvanna. "Thank you, Hon," ucapnya seraya merangkul kepala Silvanna lalu mengecup singkat puncak kepalanya.

"Granger, tolongin aku!" suara seorang gadis hadir di antara mereka. "Aku nggak bisa setting mesin treadmill-nya." Sesosok Freya hadir di depan mereka.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang