41 - Confession

402 62 10
                                    

Aisha memandangi langit-langit kamarnya. Kini sudah tidak ada harapan lagi baginya. Nasibnya juga akan berakhir seperti ibunya.

'Pa, Papa selalu bilang kalau Aisha mirip sama Mama, tapi Aisha gak mau punya nasib yang mirip sama Mama. Masih banyak hal yang belum Aisha tau di dunia, masih banyak tempat di dunia yang belum Aisha kunjungi' Batin Aisha 'Pa, bisa gak jemput Aisha di sini? Aisha gak sanggup pulang sendiri'

Kini Aisha benar-benar butuh orang yang akan selalu berada di sisinya dan menenangkan setiap keresahannya. Ia tidak bisa berdiri sendiri, kini semuanya sudah berubah, ia bukan lagi Aisha yang duku, yang bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Mendapatkan kabar ini saja sudah sangat membuatnya terguncang, bagaimana jika ada hal buruk lagi yang bisa membuatnya jauh lebih terguncang?

Aisha mulai mengambil ponsel yang berada di saku Outer-nya. Ia pun mencari kontak ayahnya

"Pa, bisa jemput Aisha?" Bisik Aisha sebelum ia benar-benar menghubungi Ayahnya.

Sudah lama ia tidak menghubungi ayahnya, ini pasti akan terasa canggung

'Gak usah di telepon, pulang sendiri aja, Papa sibuk' Batin Aisha, namun di sisi lain..

'Telepon aja, Papa pasti jemput. Papa selalu bilang sekarang Aisha paling penting buat Papa semenjak Mama gak ada'

'Gak usah Sha..'

Aisha menghela napasnya. Melakukan hal kecil seperti ini saja ia tidak bisa

'Sha, sekarang gak ada yang bisa kamu anadalin selain Papa'

Aisha memejamkan matanya dan mulai menyentuh tombol 'Memanggil'

Saat nada sambung mulai terdengar, Aisha kembali melatih cara bicaranya agar tidak terdengar canggung

"Ha-Halo Pa" Ucap Aisha sambil
memejamkan matanya

"Halo" Terdengar suara perempuan dari sebrang sana. Bukan, bukan suara ini yang ingin Aisha dengar

"B-bun.. Papa mana ya?" Tanya Aisha canggung

"Papa lagi kerja. Dia malah ninggalin hpnya, biasanya gak pernah kayak gini" Ucap perempuan yang Aisha sebut sebagai Bunda

"Oh gitu.."

"Kenapa Sha? Kamu mau main ke sini?"

Ia seharusnya sadar kini ayahnya bukan hanya untuk dirinya sendiri. Ayahnya sudah mempunyai keluarga baru dan sejujurnya Aisha belum bisa menerima itu

"Engga, masih banyak kerjaan"

"Waduh, anak Bunda kok pada sibuk semua ya?"

Aisha terdiam

"Jangan kecapean Sha, nanti kamu bisa sakit loh"

'Udah sakit' Batin Aisha

"Jangan lupa makan makanan yang bergizi, minum vitamin, istirahat yang cukup ya"

"Iya"

"Sha, Bunda putus teleponnya gak apa-apa ya? Ini adik kamu nangis"

Aisha tidak menjawab

"Gak apa-apa Sha?" Tanya Bundanya lagi

"Iya"

Sambungan pun diputus. Aisha kembali menghela napasnya, harusnya ia sadar jika ia meminta ayahnya untuk menjemput dirinya, ia akan tinggal bersama dengan keluarga baru ayahnya, dan Aisha sangat menolak keras akan hal itu. Ia tidak sanggup jika harus melihat kasih sayang yang biasanya ayahnya berikan pada ibunya dan dirinya dibagi untuk orang lain

Book 1: Number One - Park SeonghwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang