"Ini Plan B kamu?" Tanya Seonghwa, ia terus memandangi depan dan belakang tiket yang berhasil ia ambil dari tangan Hana
Hana tidak menjawab, ia malah memalingkan wajahnya.
"Han" Panggil Seonghwa "Apa susahnya sih tinggal jawab iya?"
"Ya kalo udah tau jawabannya kenapa masih nanya?" Hana kembali meninggikan suaranya, tapi tidak membentak "bego" bisik Hana
Seonghwa bisa mendengarnya, tapi ia pura pura tidak mendengar. Ia tidak ingin memperkeruh suasana.
Seonghwa mulai berlutut di hadapan Hana, berusaha menyamakan tingginya dengan Hana yang duduk di pinggir ranjang
"Han, dengerin aku.." Seonghwa melembutkan suaranya "Ini beda sama cerita komik yang suka kamu baca. Kabur dari rumah, tinggal di tempat yang kamu sama sekali gak tau seluk beluknya, punya kenalan disana aja gak ada Han..."
"... ini akan jauh lebih sulit dari yang kamu bayangin" lanjut Seonghwa
Hana masih terdiam, enggan menjawab semua perkataan Seonghwa. Jangankan menjawab, memandang saja ia tidak mau.
"Han.." Seonghwa menarik perlahan dagu Hana, agar perempuan itu setidaknya menatapnya "I know this won't be easy.. ini bakal berat banget buat kamu. Sebenernya aku tau kamu bisa lewatin ini sendirian, tapi aku gak akan biarin itu"
Mata Hana yang asalnya terlihat tajam kini melunak, dan mulai berkaca kaca
"Let's share the pain, the joy, and all the things that we will trough in the future together, okay?"
Hana menggelengkan kepalanya
"Engga Hwa"
"Kenapa?"
"Kamu masih punya banyak hal yang pingin kamu lakuin kan? Kamu masih punya cita cita yang harus di gapai. Masa depan kamu masih cerah, masih panjang. Beda sama aku, aku udah tau masa depan aku bakal terarah kemana"
Hana menarik nafasnya sejenak, berusaha mengontrol emosinya
"Aku gamau kamu ikut ikutan gak punya masa depan. Aku gak mau kamu keseret di dalam masalah aku--"
"Kata siapa?" Potong Seonghwa "Kata siapa kamu udah gak punya masa depan, kata siapa kamu nyeret aku ke dalam masalah kamu?"
Seonghwa menggengam kedua tangan Hana "Dengerin aku, hamil di usia muda dan gak direncanakan bukan berarti gak punya masa depan. Masa depan kamu juga masih panjang Han, cuman ketunda aja.."
Hana mulai menggigit bibir bawahnya, ia sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak jatuh dihadapan Seonghwa
"Kamu emang sempet narik aku ke masalah kamu, tapi kamu milih buat berhenti libatin aku kan? Bahkan sebelum semuanya dimulai kamu udah nendang aku dari masalah kamu.."
Seonghwa perlahan mulai membuka kepalan tangan Hana, mengisi ruang yang ada di sela sela jari Hana dengan jari jarinya
"Dan sekarang kondisinya bukan kamu yang narik aku masuk kedalam masalah kamu, tapi aku yang maksa buat masuk, dan aku mau kamu terima aku jadi partner kamu buat hadapin masalah ini bareng bareng"
Hana tidak menjawab, ia malah semakin kencang menggigit bibir bawahnya. Ia takut jika ia menjawab pertanyaan Seonghwa ia akan menangis
Seonghwa melepaskan salah satu genggaman tangannya dan mengusap pipi Hana lembut dengan punggung tangannya
"Jangan biasain gigit bibir, gak baik.."
Lagi lagi ucapan Seonghwa seperti komando baginya, ia kemudian melepaskan gigitan bibirnya, dan langsung menundukkan kepalanya
KAMU SEDANG MEMBACA
Book 1: Number One - Park Seonghwa
Hayran KurguTanggung jawab itu bukan sesuatu yang mudah, apalagi tanggung jawab terhadap suatu masalah yang besar. Butuh hati yang kuat, fisik yang tangguh untuk menghadapinya Tapi bagaimana jika Seonghwa harus bertanggung jawab terhadap kesalahan yang telah Ha...