EP 40 - Always

5.1K 551 21
                                    

"How you act like that in front of a guest?!" Tanya Ibunya ketika menghampirinya di ruang perpustakaan tempat biasanya dirinya menghabiskan waktu bersama ayahnya. In the time like this she misses her father the most. Ayahnya selalu bisa menenangkan hatinya ketika ia dan ibunya berselisih pendapat.

"I've excused myself.." Jawab Nadia datar.

"Kamu selalu bereaksi seperti ini ketika kamu tahu kalau perkataan Mama benar. Kamu selalu gak bisa menerima kalau ucapan Mama ke kamu ketika itu benar-benar terjadi." Katanya.

It's true. She hates it when her mother said 'I've told you.'. Selama ini ia selalu berusaha untuk melampaui ekspektasi ibunya namun Nadia selalu merasa dirinya tidak pernah bisa melakukannya.

"That guy Jamie, I said it to you before right? there's no way he would be a perfect match for you. Dengan sifat kamu yang seperti ini, gak mungkin." Katanya.

"Selalu.. kembali ke masalah sifat aku. Apa yang Mama harapkan aku lakukan untuk bisa baik di mata Mama? I thought I've done everything to win your approvement." Katanya. "But it felt like I always ended up losing."

Ibunya selalu terlihat sempurna di matanya. Sebagai seorang yang memang terlahir di keluarga terhormat dan dihargai oleh masyarakat bukan hanya dari apa yang telah dilakukan kakek buyutnya untuk negara selama hidupnya namun juga legacy yang ditinggalkannya setelah beliau tiada, Ibunya tetap bisa mengemban beban itu dengan sempurna. Ia salah satu keturunan kakek buyutnya yang dapat membuktikan bahwa dirinya bisa sukses tanpa menggunakan bantuan dari keluarga besarnya.

"Nadia.. kenapa kamu selalu menganggap Mama adalah musuh yang harus kamu kalahkan?" Tanya Ibunya. "Kamu seharusnya menghapus pemikiran itu dari benakmu. I'm your mother. What I do is to make sure that's you're doing fine."

"What you do is suffocating me." Katanya. Nadia menghelas nafasnya. Ia begitu lelah untuk meneruskan perdebatan yang tak akan kunjung selesai bersama ibunya. "Lebih baik aku pulang sekarang." Lanjut Nadia. "Pertemuan kita selalu berakhir dengan perdebatan. Aku kesini sebenarnya untuk cari tahu apa motif Mama minta aku ngundang Tobby untuk makan malam hari ini karena Mama pasti tahu aku sama Tobby sebenernya gak punya hubungan spesial apapun."

"Ya, Mama tahu." Jawab Ibunya.

Tentu saja Ibunya tahu.

Nadia kemudian terdiam menunggu penjelasan dari ibunya atas jawaban yang ia lontarkan itu.

"Kamu mau tahu motif Mama?"

"Hm." Timpal Nadia.

"Motif Mama undang Tobias ke sini untuk cari tahu tentang pria seperti apa yang berhasil membuat seorang Nadia meminta bantuan ibunya untuk keluar dari suatu permasalahan."

Deg. Seperti dugaannya, ibunya benar-benar tahu mengenai kejadian di bandara beberapa hari yang lalu.

"Gadis yang berjanji tidak akan pernah meminta bantuan ibunya untuk urusan apapun dalam kehidupannya kali ini mengalah pada egonya, bukan untuk menyelamatkan dirinya, tapi menyelamatkan orang lain."

Tentu saja Nadia ingat janji itu.

"Aku akan mengganti bantuan Mama itu." Tukasnya. Dalam janjinya kala itu, jika dirinya meminta bantuan ibunya untuk suatu hal, ibunya berhak meminta satu hal darinya, apapun itu. "Maaf karena aku udah melanggar janji aku."

"Hmm promise is a promise." Kata Ibunya sambil tersenyum.

***

"We've arrived." Kata Tobby memecah keheningnya di antara mereka selama perjalanan pulang kembali ke rumahnya.

IMPOSSIBLE ATTRACTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang