Nadia menoleh ke arah pria yang saat ini duduk di sampingnya.
Dia datang lagi, dengan kejutan yang tak terduga seperti sebelumnya, seperti takdir yang bermain-main mempertemukan keduanya di saat yang paling tak diinginkan. Seperti saat dirinya merasa frustasi dan sendiri ketika ia kehilangan kopernya dulu atau ketika dia meratap dan mabuk seorang diri di tepi danau yang asing.
Namun seperti biasa, ketika Tobby dan Nadia berada di suatu tempat yang sama, akan muncul argumen kecil di antara mereka yang pastinya tidak akan terelakan. Kali ini mereka baru saja menyelesaikan argumen kecil mengenai alasan mengapa keduanya berada di tempat ini. Tobby mengatakan alasannya berada di tempat ini adalah karena pria itu sedang mencari tempat untuk merokok, jawaban yang tentu saja ia ragukan.
Mengapa ia harus merokok di tempat yang jauh dari tempat pesta pernikahan sedang berlangsung? Apa ia datang ke tempat ini untuk mencarinya? Mengapa ia tidak mengatakan hal yang sebenarnya padanya?
Namun ia tak memungkiri, hati kecilnya berterima kasih pada Tobby karena ia ada di sini bersamanya, untuk apapun itu alasannya. Serangan paniknya bisa sedikit ia lupakan setelah sesi pertengkaran kecil bersamanya yang kemudian setuju mereka hentikan sejenak untuk saat ini.
"Tob." Panggilnya. Tiba-tiba ia ingin mendengar pendapatnya tentang satu hal. Ia yakin Tobby adalah orang yang tepat, pria ini tidak akan memberikan jawaban yang dipenuhi bunga hanya untuk menjaga perasaannya. Ia yakin Tobby akan mengatakan hal yang sebenarnya.
"Am I that selfish?" Tanyanya.
Jujur.. perkataan Jamie masih mengganggunya. Apakah ia begitu egois karena memilih karirnya ketimbang hubungannya dengan Jamie? Apakah wanita memang harus menjadi pihak yang mengalah dalam sebuah hubungan?
"Jujur nih?" Tanyanya.
"Ya jujur lah.. gimana sih."
"Hmm.. you got some sharp edges but.."
Sekilas Nadia tersenyum. He's right..
"Alright.. you basically just dissed me." Katanya.
"Well I told you the truth even if it's ugly.. but wait.. I still have the 'but' here.."
"Ok.. I'll listen.."
"But after I hung out with you for a while.. in this unexpected catastrophic event, I finally know that you unexpectedly.."
He's using the kind of emphasis she was using back then, unnecessarily.
"I sensed unnecessary emphasis right there.."
Ia melihat Tobby tersenyum, yang entah mengapa membuatnya ikut tersenyum."..have some soft spots too.."
He thinks she has soft spot..
"..and by the way, your overly control everything traits.."
"Wait.. is that another diss for me? I thought you will give some compliments after the 'but' word.."Katanya, sengaja memotongnya lagi.
"Let me continue first.." Katanya."Your overly control everything traits are sometime useful, untuk situasi kayak beberapa hari yang lalu itu. Kalau gue sendirian kemarin mungkin hari ini gue gak akan ada disini dan menyaksikan pernikahan sahabat gue. So.. I thank you for that." Katanya.
He looks sincere.
"Hmm.. sweet.. you're welcome." Timpal Nadia. "Gue rasa gue gak pernah membayangkan bakal ngobrol sama lo kayak gini kalau kemarin kita gak kena musibah bareng. You're a good person. I acknowledge that.. walaupun emang kita tetep kayak air dan minyak." Lanjutnya. Ia jujur ketika mengatakan hal itu. Ia tidak pernah membayangkan akan mengakui fakta bahwa Tobby sebenarnya adalah pria yang baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE ATTRACTION
ChickLitBagaimana jika dua orang yang memiliki sifat saling bertolak belakang dan membenci kehadiran satu sama lain disatukan dalam satu perjalanan yang tak akan pernah bisa mereka lupakan? Semuanya berawal dari rencana pernikahan dua teman mereka yang memb...